"Sky, bagaimana sekolahmu besok?" Tanya Noah, sambil merebahkan dirinya pada kursi kerjanya itu. Membuat gadis itu hanya mengedikkan kedua bahunya sehingga Noah mengelus pelipis keningnya dengan matanya yang terpejam sekejap.
"Tetaplah sekolah, aku akan menyiapkan apa yang kamu butuhkan besok." Ujarnya pada gadis itu. Membuat Sky mengeluarkan senyumannya dan anggukkan cepat.
Kemudian seseorang datang menghampiri Noah ke dalam ruangannya, setelah pria itu mempersilahkannya untuk masuk. "Noah, Tuan Heilder meminta Sky untuk menghadap kepadanya." Ucapnya sambil memberikan sebuah lirikan singkat pada Sky.
"Ikuti aku." Pinta pria tersebut pada gadis itu. Hal ini tentunya membuat Sky penasaran dan bertanya-tanya akan Heilder yang memanggilnya secara mendadak.
"Sky, ambil ini." Saat tiba di ruangan pemilik perusahaan ini, pria itu langsung memberikan sebuah map berwarna cokelat pada Sky, secara gesit Sky langsung menerima dan membuka map tersebut lalu melihat terkait isi map yang terdapat di dalamnya.
Namun, Sky mengerutkan alisnya juga keningnya akan sebuah lembaran foto lama yang saat ini dilihatnya, pada foto tersebut terlihat sebuah keluarga dengan seorang pria, wanita, dan gadis kecil yang duduk di tengah-tengah pria dan wanita tersebut mendapatkan sebuah senyuman juga pelukan hangat.
Sky, mengangkat wajahnya lalu melemparkan pandangannya pada Heilder. "Siapa ini?" Tanyanya, yang nampak kebingungan setelah melihat lembaran foto tersebut yang kini tengah dalam genggamannya.
"Pria dalam foto itu, adalah sosok yang sedang kamu incar, Sky."
Mata Sky terbelalak, ia cukup dibuat terkejut dengan sosok pria tersebut yang ada di dalam lembaran foto itu, sosok pria yang selama ini ia cari dan penantiannya selama tiga tahun di Heilder Company, pria yang membalut hidupnya dengan penuh dendam bertumpuk untuk membunuhnya.
"Dari mana, kamu mendapatkan foto ini?" Tanya Sky dengan rasa penasarannya.
"Orang-orangku yang mencarinya, hari ini kamu sudah melihat wajah asli Athar Sky." Jawab Heilder.
"Lalu, siapa wanita dan anak kecil ini?" Tanyanya kembali.
"Wanita itu bernama Viela, dia adalah istri sah Athar, dan anak kecil itu adalah saudaramu Sky. Luna Berlin, saat ini anak itu sedang menjalani sekolahnya bersamamu. Dari dulu dia sudah hadir di SMA Gemilang." Seketika, gadis itu tertegun diam banyak sekali pikir yang datang pada kepalanya, andai saja Sky tahu informasi ini dari dulu, mungkin ia sudah bertindak cukup jauh.
"Berhati-hatilah Sky, Athar tidak akan membiarkan putrinya berada dalam bahaya dan tanpa kamu sadari, Luna selalu dikelilingi oleh orang-orang yang selalu menjaganya tanpa terlihat."
Saat itu, Sky sedikit terkekeh geli mendengar ucapan Heilder mendengar perihal Luna, yang selalu dilindunginya dan tidak akan membiarkannya berada dalam bahaya.
"Dasar pria bajingan, tidak akan membiarkannya dalam bahaya? Kita lihat saja." Ujar Sky, disertai sebuah senyuman tipis yang sudah terukir pada bibirnya juga dengan pandangan matanya yang kian fokus menatap sosok Athar juga putrinya pada lembaran foto tersebut.
***
"Pagi, Sky." Sapa Theo dengan senyuman hangatnya, melihat kedatangan Sky yang baru saja masuk ke dalam kelas lalu duduk pada kursinya sambil meletakkan tasnya.Gadis itu hanya menatap Theo sekejap dengan sebuah senyuman singkat ia berikan, Sky berpikir jika dirinya tidak membalas senyuman pagi hari yang telah diberikan oleh pemuda itu, rasanya Sky akan menjadi seorang penjahat karena menolak senyuman Theo disertai dengan sorot mentari yang semesta iringi dalam senyumannya untuk ia berikan pada dirinya itu.
Saat ini, bel istirahat telah berbunyi dan kali ini Sky memutuskan untuk berkeliaran mengelilingi penjuru sekolah dalam waktu dua puluh menit sesuai dengan jam istirahat yang sudah diberikan, untuk mencari sosok seorang gadis bernama Luna yang katanya sebagai saudara satu Ayahnya itu.
"Sky, mau ke kantin?" Tanya Theo, menghentikan langkahnya saat Sky sudah berada di dekat pintu kelasnya, kemudian melemparkan pandangannya pada Theo.
Lalu, Celyn datang menghampiri pemuda itu. "Theo, lo mau ke kantin? Bareng kita aja. Bahaya lho, kalo deket-deket sama anak aneh itu." Ujarnya dengan lirikan tipis dan membuang wajahnya saat memandang Sky sekilat.
Sky menghela nafasnya secara kasar, ia tidak ingin berurusan dengan kelakuan busuk Celyn, bisa-bisa dirinya terbawa emosi lalu mencekik leher gadis itu dan menusuknya dengan pisau yang berada dalam di dalam saku roknya.
"Anak aneh? Lo kali Cel, yang aneh!" Ujarnya dengan sebuah senyuman ejekan pada Celyn yang mengatai Sky sebagai anak aneh, tentu saja Theo tidak akan menerimanya.
Celyn terpegun dengan matanya yang terbelalak kaget juga mulutnya yang menganga beku, mendengar perkataan yang dilontarkan Theo kepada Celyn juga membuat Naifa merasa terkejut, kemudian ia memberikan sebuah usap singkat pada punggung Celyn, agar tidak terbawa emosi.
Theo? Kenapa dia begitu seberani itu kepadanya? Celyn merasa dirinya benar-benar telah ditolak secara mentah-mentah, lalu ditimpali dengan ejekan secara tidak langsung dan tentunya sebuah rasa malu timbul pada dirinya.
Saat ini, Sky sudah menyusuri lorong sekolah, sepanjang jalan gadis itu mengeluarkan lirikan tajamnya pada banyaknya name tag yang dipakai oleh banyaknya siswi di sekolahnya itu, Sky hanya perlu untuk mendapatkan nama Luna dan bisa untuk mendekatinya, karena ia benar-benar membutuhkan informasi terkait Athar.
Akan tetapi, sedari tadi Sky merasa pergerakannya telah teramati oleh sebuah sosok yang mungkin sedang mengikutinya, Sky juga merasa tidak bebas akan pergerakannya yang tertahan seperti ini, kemudian Sky berniat pergi menuju kantin untuk mengisi perutnya sambil kembari mencari sosok gadis itu.
Dan lagi-lagi, Sky mendapatkan sebuah tabrakan dari seorang gadis yang selalu menghantamnya secara tiba-tiba, kali ini gadis itu tengah membawa puding keju yang akhirnya mengotori baju seragam Sky akibat tabrakan yang tidak sengaja dilakukannya.
"HAH?!" Paniknya melihat puding yang dibawanya, mengenai baju gadis yang ia tabrak dengan tidak sengaja. "Sorry, baju lo jadi kotor."
Sky memicingkan matanya dengan sebuah tatapan dingin akan matanya yang teralih untuk melihat name tag yang dipakai gadis itu, alhasil membuat matanya terbelalak dengan name tag yang tertulis Luna Berlin.
"Ketemu!" Pekiknya dengan sebuah senyuman smirk yang keluar dari bibirnya disertai tatapannya yang tertuju pada name tag tersebut. Membuat gadis yang berada di depannya cukup keheranan.
"Apanya yang ketemu?" Tanyanya pada Sky, lalu menjadikan wajahnya sejajar dengan gadis itu.
Sky nampak gugup kebingungan, namun ia segera untuk mengalihkan pembicaraan. "Aduh, baju gue jadi kotor nih." Ujarnya, memperlihatkan rasa gelisah akan bajunya yang terkena potongan puding yang sudah remuk dan basah.
"Sorry, sini gue bersihin." Beberapa lembaran tisu dengan ukuran kecil ia ambil untuk mengelap dan membersihkan baju Sky yang telah dibuat kotor olehnya.
"Hobi banget ya, nabrak gue?" Tanya Sky pada gadis yang bernama Luna itu.
"Gue nggak sengaja tadi keseleo, ini gantinya gue bersihin." Jawabnya kian fokus untuk membersihkan baju yang menjadi seragam sekolah itu.
"Luna, lo nggak kenapa-napa?" Seorang pemuda bertubuh tinggi dengan kulitnya yang begitu putih, baru saja tiba menghampiri Luna dan menanyakan keadakan gadis itu,.
Sky mengalihkan pandangannya pada sosok tersebut dan ia tidak menyangka akan mendapat sebuah lirikan kembali, namun dengan mata yang tersorot tajam diberikannya pada Sky. Siapa dia? Rasanya Sky baru melihatnya hari ini.
"Nggak apa-apa. Cuman baju Sk-..?" Seketika ia berhenti berbicara untuk melihat nama yang tertempel pada baju Sky.
"Sky." Ujar Sky cepat pada Luna. Membuat gadis itu mengangguk pelan.
"Baju lo udah bersih, tapi masih ada bekasnya dikit, sorry banget ya?"
Sky mengangguk pelan. "Santai aja, Luna?"
"Ah, iya. Nama gue Luna dari XII IPA-1, lo dari kelas apa?" Gadis itu mengulurkan tangannya, menyambut tangan Sky untuk berjabat tangan dengannya, dan tentunya Sky membalasnya.
"Gue? XII IPA-4."
Angguk Luna pelan, lalu terdengar suara bel masuk, menandakan semua murid untuk segera memasuki kelas kembali dan mengikuti jam pelajaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEXT TO THE MASK
Teen FictionSiapa yang tidak mendambakan kehidupan yang berjalan dengan bahagia? Tentu semua orang pasti selalu menginginkankannya, kehidupan yang damai tentram dipenuhi riang tawa akan rasa kebahagiaan menikmati hidup yang sempurna. Namun semesta tidak mengizi...