Bab 19 Apa kamu baik-baik saja, Ipeh?

6 2 0
                                    


Tiga hari setelah pertemuanku dengan pria itu..

Jika aku diberi waktu selama satu minggu, berarti waktuku masih bersisa empat hari lagi untuk menentukan keputusan final. Apakah aku akan berubah pikiran? Entahlah.

Hari ini aku dan Salma masih berlanjut dengan aktivitas melatih murid-murid untuk mempersiapkan festival seni. Aku juga sibuk mengkoordinir segala kebutuhan dalam acara tersebut. Aku dan Salma kembali pulang ke asrama sore hari seperti kemarin. Sedangkan Ipeh, dia bilang tidak melatih murid-murid IT nya hari ini. Tadi pagi ibunya menelpon, katanya Ipeh harus pulang dulu ke rumahnya.

Waktu demi waktu terus berlanjut. Hari demi hari silih berganti. Tepat dua hari lagi aku akan bertemu kembali dengan pria itu. Aku kembali menyaksikan wajah-wajah murung di sekolah, wajah murid-murid juga semua guru dan staff. Mr.Joko juga akhir-akhir ini jarang nampak. Biasanya sesekali beliau keluar berjalan-jalan mengawasi keadaan sekolah. Namun, dua hari belakangan ini beliau lebih memilih berdiam diri di ruangannya. Hal ini juga terjadi pada sahabatku, Ipeh.

Ipeh yang biasanya tidak bisa diam barang sebentar saja, sekarang menjadi lebih pendiam. Ada yang berbeda dengan raut wajahnya semenjak ia kembali pulang ke asrama setelah kembali ke rumah orang tuanya. Ia nampak tidak bersemangat. Bahkan, ia juga meliburkan jam tambahan murid-murid di kelas IT nya. Proyek robot mereka pun jadi terhenti. Beberapa kali Ipeh uring-uringan tidak jelas. Ia bahkan selalu tidur lebih awal selama dua malam ini, jarang mengobrol bersama aku dan Salma. Aku sudah berusaha menanyakan penyebabnya langsung kepada Ipeh. Tapi, Ipeh tidak mau menjawab. Dia hanya bilang sedang tidak enak badan.

Sampai saat malam ini, aku mendengar percakapan antara Salma dan Ipeh di balkon kamar kami. Malam ini Ipeh memang tidak tidur lebih dulu. Ia memilih menyendiri di balkon. Aku sedang membaringkan tubuh di tempat tidurku. Mencoba memejamkan mataku, tapi tidak bisa tidur. Salma mengira aku sudah tidur, saat aku dengar langkah kakinya berjalan menuju balkon.

"Peh, lo kenapa, sih? Lo udah dua hari diem kayak gini? Lo nggak mungkin kan kalau cuma nggak enak badan?"

Ipeh masih terdiam.

"Lo cerita dong, Peh. Siapa tau gue atau Arina bisa bantu permasalahan lo."

"Apa Arina udah tidur?" Ipeh bertanya.

"Iya, dia udah tidur. Kayaknya dia capek banget nyiapin acara festival seni ini. Kenapa? Lo mau cerita ke Arina juga, biar gue bangunin."

"Jangan! Gua mau cerita sama lu, tapi jangan sampai Arina tau. Biarin aja dia tidur."

What? Ada hal yang aku tidak boleh tau. Apa mereka sedang mengucilkan aku sekarang? Maaf saja Ipeh, aku belum tidur, aku bahkan berniat memasang telinga lebar-lebar agar bisa mendengar percakapan kalian. Kalau kalian mau bilang aku tukang nguping, terserahlah.

"Emang ada apa, sih? Kenapa semenjak lo balik ke rumah, tingkah lo jadi aneh gini, Peh."

"Gua lagi ada masalah rumit. Gua nggak ngerti gimana cara gua nyelesain masalah ini. Gua buntu banget."

"Cerita dong, Peh" Salma terus merayu.

"Oke oke, gua cerita. Sebenernya gua pengen banget cerita ame lu berdua dari kemaren. Tapi gua nggak mungkin cerita ke Arina, gua takut ini juga jadi beban pikiran dia, gua takut dia merasa bersalah."

Aku? Aku yang membuat Ipeh enggan bercerita tentang apa yang sedang dialaminya. Ada apa lagi denganku? Ada apa denganmu, Ipeh?

***

Dua hari yang lalu..

Hari ini Ipeh memutuskan untuk meliburkan jam tambahan murid-murid IT nya untuk melanjutkan proyek robot. Pagi tadi ibunya menelponnya, bilang ia harus pulang sebentar saja. Setelah berpamitan kepada Salma dan Arina, Ipeh segera kembali ke asrama untuk berganti pakaian. Ipeh sudah bisa menebak, pasti ada masalah di rumah jika ia sampai disuruh pulang.

Kisah ArinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang