Bab 12 Surat dari Ibu

6 4 0
                                    


Dua minggu yang lalu..

Aldrich melangkahkan kaki meninggalkan rumah sakit dimana ibunya dirawat. Ia merasa sedikit kecewa karena belum bisa menemui Ibunya, padahal Ia sudah mengusahakan mencari penerbangan tercepat agar bisa segera kembali ke Jakarta untuk bertemu sang Ibu. Aldrich tidak menyangka kondisi Ibunya kembali memburuk.

Mobil yang dinaiki Aldrich melesat cepat meninggalkan pelataran Rumah Sakit Harapan Jiwa. Ia meminta James untuk membawanya ke hotel terdekat. Ia belum ingin kembali ke rumah besar, yakni rumah orang tuanya dan rumah masa kecil Aldrich. Dia akan tetap memantau kondisi sang Ibu dari dekat.

Di perjalanan, Aldrich memperhatikan orang-orang berkerumun seperti mau melakukan demo. Di depannya terlihat seorang wanita yang sepertinya memimpin kerumunan itu. Aldrich melihat sekilas wajah wanita itu dan sedikit menyampaikan komentarnya kepada James.

"Apa orang Indonesia selalu berkerumun seperti itu, James?" tanya si penumpang.

"Saya rasa...sesekali, tuan." jawab si sopir.

"Ck. Mereka perlu di edukasi. Berkerumun itu bisa menyebarkan banyak penyakit." sahutnya lagi.

James hanya tersenyum. Mobil melesat makin cepat meninggalkan kerumunan itu. Tanpa menunggu lama sampailah Aldrich di hotel yang sudah dipesan oleh James. Mereka berdua akan tinggal di hotel ini untuk sementara. James menyerahkan kartu kamar kepada Aldrich. Kamar mereka berdua bersebrangan satu sama lain. James sengaja memilih demikian karena jika Aldrich memerlukan sesuatu, James bisa dengan cepat mendatanginya.

Aldrich melucuti sepatu, jas, dan dasinya lalu meletakkan sembarang di sofa. Ia pun melepaskan dua kancing kemejanya yang paling atas dan juga kancing lengan tangannya kemudian menggulung hingga ke siku. Aldrich menghempaskan tubuhnya di atas sofa. Sesaat Ia memegang dahinya yang berkerut, kemudian menyandarkan tubuh dan kepala di sofa yang berkualitas nomor satu ini.

Aldrich duduk tegak kembali dan meraih amplop yang Ia letakkan di atas meja. Aldrich kembali menatap foto-foto yang tadi diserahkan oleh Om Roy. Foto-foto kejadian 10 tahun lalu saat ayahnya mengalami kecelakaan. Lebih tepatnya kecelakaan yang disengaja oleh seseorang.

Tepatnya 10 tahun lalu, saat Aldrich masih melanjutkan pendidikan di London. Surya Agung, Rieta, dan anak perempuan mereka bernama Arin sedang melakukan perjalanan liburan. Mereka berlibur ke Bandung, tempat kelahiran Rieta. Mereka menginap beberapa hari di sebuah villa milik keluarga mereka sendiri. Liburan mereka begitu menyenangkan.

Setelah liburan selesai, mereka segera kembali ke Jakarta karena ada beberapa proyek yang harus di kerjakan oleh Surya Agung. Mereka pun kembali ke Jakarta menaiki kendaraan pribadi yang dikendarai sendiri oleh Surya. Tidak ada hal mencurigakan sejauh mereka pergi hingga kembali pulang. Namun, kejadian yang tak diduga-duga menghampiri mereka begitu cepat.

Saat di tengah perjalanan, Rieta merasa haus dan ingin membeli minuman. Di sekeliling jalan ini sangat sepi. Mereka sedang melewati kebun teh yang begitu luas. Namun, beruntung Rieta menemukan seorang pedagang pinggir jalan yang menjajakan makanan serta minuman. Surya pun menepikan mobilnya kira-kira 6 meter dari warung itu.

Rieta turun dari mobil untuk membeli beberapa minuman. Sedangkan, Surya dan Arin tetap menunggu di dalam mobil. Rieta segera memesan minuman yang diinginkannya. Saat Rieta hendak membayar, ada pengendara motor yang melaju sangat kencang dan mengeluarkan suara bising dari mesin motornya. Rieta pun hanya menggelengkan kepala dan melanjutkan pembayaran.

Saat pembayaran selesai, Rieta mengucapkan terimakasih kepada pedagang dan kembali ke mobil. Namun saat Rieta membalikkan badan, pengendara motor tadi kembali lewat dan melemparkan sesuatu ke kolong bawah mobil Surya. Rieta melihat dengan jelas sekali pengendara motor itu langsung tancap gas setelah melemparkan benda itu. Rieta yang merasa ada yang tidak beres segera melangkahkan kakinya menuju mobil. Namun baru beberapa langkah kakinya berjalan, mobil yang tumpangi Surya dan Arin meledak sampai terpental ke tengah jalan. Seketika Api menyembul ganas dan mengeluarkan asap hitam mengepul di udara.

Kisah ArinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang