"Tajam tapi sirat akan makna"
.
.
.
.Tak menyia-nyiakan waktu istirahatnya, mereka pun langsung menuju ke kantin. Apalagi kalau tujuannya itu bukan untuk mengisi perut mereka yang terus berbunyi.
"Owh iya, ini kantinnya gaess." Aileen dengan riang menunjukkan kantin sekolah.
"Gini aja gaes, gimana kalo kita bagi tugas? Gue sama Aileen yang pesen makanan dan minum. Terus kalian cari bangku kosong. Ya biar cepet gitu. Rame tuh soalnya" sambil menunjuk ke arah kantin, Zera menawarkan idenya mengingat kantin penuh denga manusia yang memiliki tujuan sama.
"Okey. Kita berdua yang cari tempat duduk" setuju Key sambil mengacungkan ibu jarinya.
"Eh, tapi kalian mau pesen apa nih? Menunya mau di samain apa gimana?" tanya Aileen yang belum menanyakan perihal menu yang akan di pesan.
"Samain ajalah biar gak ribet" jawab Lara.
"Nasi goreng sama es teh aja kali ya? Belum makan nih gue dari rumah. Buru-buru tadi soalnya" tawar Zera
"Bolehhh" setuju Key
Mereka pun akhirnya berpisah di pintu masuk kantin guna menjalankan tugas yang sudah terbagi. Aileen dan Zera bertugas pesan makan dan minum. Sedangkan Lara dan Key mencari tempat duduk yang kosong.
"Gila ini rame banget dah, mana penuh semua" ucap Key sembari menolehkan kepalanya kesana kemari.
Sementara Lara hanya diam tak menyahut ucapan Key. Meskipun begitu matanya tak henti menelisik seisi kantin. Mencari bangku yang masih kosong. Walaupun nyatanya dirinya tak melihat masih ada sisa bangku kosong. Semua sudah penuh terisi. Hingga matanya berhenti di satu sudut pojok kanan paling ujung kantin. Matanya berbinar, ternyata masih ada bangku yang kosong.
"Tuh Key. Kosong tuh." tunjuk Lara sambil menarik tangan Key menuju ke tempat yang di maksud.
"Akhirnya dapet juga. Gila ya nih sekolah gede tapi kantinnya cuman segini lebarnya dah" keluh key yang masih setia menatap seisi kantin.
"Sama sih. Heran juga gue." ucap Lara menyetujui.
Namun belum sempat Lara menjatuhkan pantatnya ke bangku itu. Lara menatap dirinya. Apakah ada yang salah dengan penampilannya kali ini. Atau perasaannya saja. Pasalnya seisi kantin menatap ke arah mereka dengan berbagai macam tatapan.
"Key, kenapa pada liatin kita deh? Perasaan tadi nggak kan ya?" tanya Lara kebingungan.
Sedangkan key didinya sudah duduk sembari meregangkan otot kaki dan tangannya. Dan malah menarik tangan Lara untuk segera duduk.
"Dah ah duduk aja. Gausah peduliin. Iri kali sama kecantikan kita. Dah ah cape gue sumpah." ujarnya.
Sementara suasana kantin yang bising mendadak hening seketika kala segerombolan siswa masuk ke kantin. Tak ada lagi tawa atau bisikan lirih sekalipun. Tak hanya itu semua mata pun kini tak lagi menatap ke arah Lara dan Key. Mendadak diam dan fokus dengan makanan masing-masing. Hanya ada denting sendok dan garpu.
Lain halnya dengan Key, dirinya justru antusias. Melihat indahnya ciptaan Tuhan. Bibirnya tak berhenti tersenyum. Serta binar matanya terlihat jelas mengagumi segerombolan siswa itu. Apalagi kini berjalan menuju ke arah mereka. Tangannya juga tak tinggal diam kini menggoyang-goyangkan tangan Lara.
"Ckck! Key apa sih anjir. Wah dah gak waras nih anak" kesal Lara berusaha melepaskan tangannya dari Key.
"Ra ganteng banget. Mimpi apa ya semalem gue?"
Sedangkan yang di ajak ngobrol malah berdecak mencibirkan bibirnya serta memutar bola mata.
"Biasa aja kali palingan. Gausah lebay deh Key."
"Tapi itu mereka ke sini" ucap Key yang masih antusias.
Brak...
"Ganti tempat duduk"
Tiga kata cukup untuk dimengerti. Lelaki tinggi dengan rambut acak-acakan serta baju dikeluarkan. Sangat tak mencerminkan anak sekolah. Apalagi tatapan tajamnya itu membuat siapapun tak berani menatapnya lama. Sangat layak di juluki sebagai preman sekolah. Tapi kenapa dirinya dan Key harus pindah tempat duduk. Pikir Lara.
Lama menatapnya. Akhirnya Lara pun memberanikan diri untuk bicara. Tentu saja untuk protes. Seenaknya menyuruh ganti tempat duduk. Tidakkah dirinya yang seharusnya mencari.
"Kenapa harus ganti? Kita duluan yang disini. Harusnya Lo yang nyari. Jangan seenaknya dong Lo." teriak Lara yang tak terima.
"Anak baru?" tanyanya
"Kenapa emang" jawab Lara
Sedangkan yang di ajak bicara malah menatap temannya seakan memberi kode. Dan benar saja salah satu temannya mendekati Lara dan Key.
"Cantik-cantik mending pindah ya? Dari pada nanti di amuk singa. Pindah sebelah itu kosong tuh" bujuk temannya lelaki itu sambil menunjuk ke arah tempat duduk yang kosong.
"Harus?" tanya Lara
"Iya harus. Ayo."
Lara dan Key pun pasrah. Keduanya di giring ke tempat duduk tepat di sebelah tadi.
"Sebelumnya sorry ya. Tempat duduk itu udah jadi hak paten gue sama temen-temen gue. Dan siapapun gak boleh duduk di sana selaim kita. Iya kita maklumi kok Lo berdua masih baru jadi belum tau" jelas cowok berambut keriting yang berdiri di hadapan Lara dan Key itu.
"Emang kalian siapa?" tanya Lara yang masih bingung dengan situasi saat ini.
"Udah pokoknya jangan. Biar kalian aman. Okey cantik?!" ucapnya sebelum pergi.
Sementara itu lelaki dengan sorot mata tajam tadi masih setia menatap Lara. Hal itu tertangkap oleh Lara. Kedua netranya bertemu. Saling adu dengan sorot yang berbeda. Lara dengan mata teduhnya dan kini sejuta pertanyaan muncul di kepalanya.
_________
Happy reading❤️...
KAMU SEDANG MEMBACA
LARA
Novela JuvenilKetika raga memaksa untuk terus hidup. Namun jiwa selalu berontak keras ingin mati. Ini cerita tentang anak perempuan yang yang harus hidup sekuat baja. Anak perempuan yang harus berani menjalani kerasnya dunia yang selalu mematahkan hidupnya. Dan a...