Sorry :(
Selamat membaca
Dari tiga hari yang lalu setelah pulang dari kampung, Jevano terserang demam. Tapi sekarang udah mendingan, panasnya udah turun, dan pas ditanya juga katanya udah gak pusing lagi kaya kemaren.
Tapi sekarang malah Tia yang pusing. Pusing banget ngadepin si bungsu yang manjanya lagi kumat ini.
"Dedek nonton TV dulu oke? Mamah mau goreng ikan dulu sebentar, yah?" Tia berujar setelah letakin handphonenya di atas meja. Tia habis nelfon suaminya yang masih di kantor buat ngaduin tingkah manja anaknya sama keluhan dia.
"Aaa~" Jevano gerakin tubuhnya yang masih lemes di gendongan Tia.
Tia menghela nafasnya sabar. Dia benerin jarik panjang yang sedikit melorot ulah anaknya yang gerak-gerak mulu dari tadi.
"Mamah capek, ugh" Tia cium pipinya Jevano greget. Hampir satu jam dia gendong Jevano. Udah pegel banget bahu dia, pinggangnya juga udah encok banget, belum lagi tadi malem habis, ekhem! Layaninsuaminya.
Baru aja Tia jalan kearah sofa, Jevano udah berontak.
"Nda mau duduk! Nda mauuu" rengek nya sambil gerakin tubuhnya ke kanan dan kiri.
Tia sebodo amat, dia terusin aja jalannya sambil nyeimbangin tubuhnya yang oleng karena Jevano.
Pas udah sampe sofa, Tia langsung duduk dan lepasin kain panjang yang melilit di tubuhnya itu. Tia benerin duduknya Jevano yang ada di pangkuannya supaya ngadep dia.
Tia tangkup wajah anaknya yang udah siap mau nangis itu.
"Anak mamah kenapa sih ini, hm?" Tanya Tia sambil gesekin hidung keduanya.
"Mamah~ hiks.." Tia langsung dekap Jevano yang udah nangis.
"Kenapa sayaang?" tanya Tia sambil usap pelan punggungnya Jevano.
"Mau gendong, hiks.."
"Mamah capek. Dedek gak kasian sama mamah?" tanya Tia pura-pura sedih.
Jevano yang masih sesegukan gelengin kepalanya. Tia terkekeh, susah emang kalo lagi manja kaya gini.
"Dedek mau apa, hm?" tanya Tia.
"Mau gendong!"
"Bobo aja, yah?"
Jevano makin kejer nangisnya. "Nda mauuuu"
Tia cuma diemin Jevano sambil terus diusap punggung sama kepalanya, nanti kalo udah capek juga berhenti sendiri nangisnya.
Dan bener aja, Jevano udah berhentiin tangisannya dan dongakin kepalanya liatin ibunya. "Mau mpeng" cicitnya yang masih sesegukan sambil nepuk dada Tia.
"Nen dot?" tanya Tia.
Jevano geleng, "ini" jari telunjuk Jevano nunjuk nunjuk dadanya Tia.
"Nen dot aja, yah?" canda Tia.
"Nda mau Nen dot! Mau mpeng!"
Tia ketawa geli. "Udah gede gini kok masih mpeng aja sih, hm?" ujarnya sambil nyium pipi Jevano gemes.
"Dede kecil, papah yang gede nda boleh mpeng sama mamah"
Eh
Tia kikuk sebentar sebelum dia iyain maunya Jevano. Bisa panjang kalo gak di iyain.
Akhirnya Tia beranjak dari sofa dan jalan kearah kamarnya sambil gendong Jevano kaya bayi koala.
Tia ikut rebahin tubuhnya diatas kasur disamping Jevano yang udah terlentang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harmonish
Fanfiction[Fluffy] [Genderswitch] . . . "Aban aban pen totonan" "Mamah ih, abang gak ngerti dedek ngomong apa!" "Emang dedek ngomong apa bang" "Tau tuh" "Dedek mau apa, hm?" "Pen totonan" "Hah?" "Ish, totonan tuu" tunjuk nya kearah rak mainan. "Owalah bang...