09

769 93 8
                                    

Masih edisi di kampung.

Happy Reading

Tia pusing.

Dari tadi Marka disuruh makan siang gak mau terus. Katanya gak mau makan kalo enggak pake mie!

Tia udah ada masakin mie lem*nil* tapi di tolak sama Marka. Katanya bukan mie itu.

Terus juga Tia udah beli beberapa jenis mie tapi semuanya ditolak juga.

"Abang inget mienya yang kaya gimana?" Tia udah sabar banget ini ngadepin si abang.

"Yang kaya ini, tapi bukan ini" ucapnya sambil nunjuk salah satu bungkus mie yang ada di depannya.

Tia menghela nafasnya, dia liatin suaminya yang lagi nyuapin Jevano.

"Kaya gimana sih, pah?" Tia udah prustasi banget. Masalahnya si abang belum sarapan juga, tadi pagi cuma minum susu.

"Aban mam ini aja, ini enak" Jevano nyodorin mie yang udah Tia masakin tadi.

"Ish! Gamau yang itu!" bentak Marka.

"Bang" tegur Jeffran.

"Abang gak mau makan!" sungut nya sambil bersidekap dada.

Jeffran berdecak, "Gak nurut kamu ya."

"Huwaaaaaa" Marka nangis setelah tadi telinganya disentil sama papahnya, gak kuat kok.

"Papah tenapa tentil telinana aban papah. Aban nanis"

"Dedek mau juga papah sentil?"

"Ndak! Tan dedek mam" Jeffran terkekeh liat Jevano yang udah panik takut disentil juga.

Marka sekarang udah ada di pangkuannya Tia, masih nangis.

"Coba deh, emang abang pernah makan dimana mie nya?" tanya Tia pelan.

"Kemarin kemarin hiks.. Di rumahnya kak ojan"

Dari tadi kek bang -batin Tia.

"Yaudah nanti mamah tanya sama kak ojan" ujar Tia. "Sekarang abang makan yang ini dulu oke?" lanjut Tia.

Marka geleng, "gak mau itu mamah" cicitnya.

Tia gigit bibir bawahnya, liat kearah suaminya yang udah selesai nyuapin Jevano.

"Coba papah tanya sama bu Juwi" suruh Tia sama suaminya. Bukannya apa, Tia cuma gak mau keluar rumah kalo cuaca panas kaya sekarang. Padahal rumah bu Juwi cuma kehalang dua rumah doang. Btw bu Juwi ibunya ojan.

Jeffran ngangguk, "dedek mau ikut?" tanyanya sama Jevano.

Jevano ngulurin tangannya, "itut papah"

"Abang mau ikut juga?" Marka gelengin kepalanya. Dia sembunyiin mukanya didada sang ibu.

Sepeninggal Jeffran sama Jevano, Marka nyeletuk, "mamah, abang takut sama papah"

Tia senyum, "gak papa kok, papah gak marah" ujarnya sambil rapihin rambut Marka.

"Tapi abang disentil"

"Emang sakit?" tanya Tia.

Marka geleng, "engga sakit, tapi abang takut. Papah kalo marah mukanya serem"

Tia terkekeh. "Abang tau gak kenapa papah marah sama abang?" tanya Tia.

"Mm" Marka ngangguk. "Abang ngomongnya bentak-bentak" sambungnya.

Tia tangkup wajah marka yang daritadi nunduk, dikecupnya pelan bibir Marka, "nanti gak boleh bentak-bentak lagi, oke?" ucap Tia.

"Iya mamah"

...

"Aduh, maaf nih buk, siang-siang ganggu"

"Gak papa atu mas jep" ucap Ibu Juwi.

"Yaudah buk, kalo gitu saya permisi. Makasih bu, Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam"

Jeffran gak langsung pulang ke rumah mertuanya setelah tadi dirumah bu Juwi. Dia melipir sebentar ke warung bude Ati.

"Total semuanya tiga puluh dua rebu mas" Ujar bude Ati setelah ngitung belanjaannya Jeffran.

Jeffran langsung buka dompetnya dan ngambil duit lima puluh ribu.

"Kembaliannya mas"

"Terimakasih" ucap Jeffran dan langsung pergi dari warung bude Ati sambil gendong Jevano dan nenteng kresek item.

Jeffran udah sampe di rumah mertuanya dan langsung letakin kresek tadi diatas meja makan.

"Mamahnya dimana?" tanya Jeffran sama Marka yang masih duduk di kursi meja makan. Sementara Tia gak ada di situ.

"Di kamar" jawab Marka.

"Oh, udah pulang. Gimana pah? Ketemu?" tanya Tia langsung saat liat suaminya udah pulang.

"Udah mah, liat aja" kata Jeffran.

Tia langsung buka kantong plastik item itu. "Astaga, pantesan" ucap Tia ketika liat isi dalamnya. 

"Ini bang?" tanya Tia sambil nunjukin mie kremes satu renceng di tangannya.

"Iya itu" jawab marka sambil senyum.

Akhirnya.

"Terus makan nya gimana?" tanya Tia bingung.

"Di hancurin mamah, terus dicampur sama nasinya, terus di bulet-buletin" kata Marka, dan Tia langsung ber oh ria.

Ada-ada saja.

Tia nyodorin nasinya yang udah selesai di buletin di depan Marka. "Nih diabisin" kata Tia.

Marka mengangguk.

Kini perhatian Tia beralih sama suaminya. 

"Papah nih kebiasaan, banyak banget beli nya" tanya Tia.

"Gapapa mah, buat stok" kata Jeffran. Tia cuma ngedengus.

"Dedek juga, kenapa beli yupi banyak-banyak? Nanti sakit gigi loh" Jevano yang lagi asyik makan yupi noleh denger suara ibunya.

"Papah beniin, mamah. Dede minta na tatu" ujarnya.

Jeffran cuma nyengir diliatin sinis sama istrinya.






TBC

Dikit" aja jangan banyak" haha

HarmonishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang