-ALO 09

793 109 4
                                    

Saturday, 20 January 2022

Erine menutup kedua telinganya, ia tak kuat mendengar suara teman-temannya yang begitu berisik dan banyak tanya.

"SERIUSAN? TRUS GUE SEKAMAR SAMA SIAPA DONG NANTI??"

"Oh my god!! Erine diculik sugar mommy"

"Berarti lo ga akan di asrama lagi dong? "

"Nyokap bokap lo udah pada tau kalau lo keluar dari asrama gitu? " Tanya Ribka dan membuat teman-temannya menatap dirinya.

"Pasti udah lah kocak, lo ga tau kalau mrs. A itu punya hubungan yang luas? Coba lo tanya nenek nenek yang di pasar sebelah, pasti mereka tau beliau" Ketus Nachia.

Erine menghela nafasnya lalu berjalan meninggalkan teman-temannya yang masih saja berdebat tentang hal yang tak perlu didebatkan.

"Woi Erine" Erine menoleh lalu kembali menatap kedepan.

Mereka pun akhirnya memutuskan untuk berhenti sebentar dirumah makan untuk mengisi perut mereka yang sudah keroncongan. Tebak manusia yang makan paling banyak? Jika jawaban kalian Nachia, kalian benar.

Erine sedari tadi tak memakan satupun makanan didepannya meskipun makanan itu adalah makanan favorite nya. Lily menatap Erine yang sedari tadi tak menyentuh satupun makanannya dan memilih untuk melamun dalam pikirannya.

"Kenapa Erine? Lo masih kesel sama mrs. A itu? "

Layaknya teman yang paling waras, Erine menganggukkan kepalanya lalu menatap Lily. Ia akui bahwa hanya Lily yang paling care dibanding teman-temannya lain, yah mereka aslinya juga care, cuma ketutup mirisnya aja.

"Kenapa ga kabur aja? " Tanya Ribka dengan memasukkan makanannya kedalam mulutnya.

Erine terdiam, apa yang dikatakan Ribka benar-benar membuatnya teringat. Ia adalah Erine, ia bisa melakukan apapun yang dia inginkan tanpa memikirkan siapapun.

"Iya juga, kenapa gue ga kepikiran kabur aja ya?" Mereka pun tertawa bersamaan karena kebodohan mereka.

Ribka yang sedang tertawa tiba-tiba terdiam dan terpikirkan suatu hal yang lewat di pikirannya.

"Lo udah coba kabar kabar ke orang tua lo? Lo kan anak mami papi banget Rine" Erine menatap tajam Ribka yang seolah-olah meledeknya.

Erine menatap ponselnya yang berada di samping piring makannya, memang dirinya adalah anak tunggal yang sangat disayangi oleh mama dan papanya. Namun entah kenapa akhir akhir ini, tidak. Lebih tepatnya setelah telepon terakhir dengan papanya, mereka berdua jadi sulit dihubungi.

Erine kemarin sempat memiliki hawa dan perasaan aneh karena baik mama ataupun papanya tak menjawab pesan dan juga panggilan suaranya. Apalagi papanya, papanya tak pernah menolak satupun panggilan suaranya, namun kemarin ia menolaknya.

"Hei.. " Erine menoleh dan terkejut ketika Moreen menepuk punggungnya.

"Lo lagi berantem? Mau gue yang ngabarin ke mama lo? "

Erine menatap Moreen lalu menyadari bahwa teman-temannya yang biasanya memasang wajah menjengkelkan, kali ini mereka memasang wajah yang terlihat sangat khawatir.

"Gue gapapa kocak, stop masang wajah jelek lo pada dah" Erine segera menutup matanya ketika Regie hendak melemparkan garpu padanya padahal itu hanya ancang-ancang dan tidak terjadi beneran.

"Kita khawatir bego, jadi gimana? " Erine kembali terdiam dan tentu saja membuat teman-temannya khawatir kembali.

Tanpa basa basi, Lily mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan sesuatu di ponselnya.

A Little Obsession [LARINE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang