Bab 10.2: Merayakan Hidup
Hari itu terasa istimewa. Langit biru cerah tanpa awan menggelayuti kepala Naya saat dia melangkah keluar dari rumahnya. Suara burung berkicau membuatnya semakin bersemangat. Dia merasakan energi baru mengalir dalam dirinya, energi yang datang dari pencapaian-pencapaian yang telah diraihnya.
"Ini adalah hari yang sempurna untuk merayakan hidup," Naya berbisik kepada dirinya sendiri. Dia sudah mengatur acara kecil untuk merayakan kesuksesannya dengan teman-teman dekat dan keluarganya.
Naya memeriksa daftar belanja di ponselnya. "Bahan makanan, dekorasi, dan tentunya kue," pikirnya sambil tersenyum. Dia berencana untuk mengadakan pesta sederhana di taman belakang rumahnya. Dengan bantuan Rania, mereka akan mengatur semuanya.
Setibanya di pasar, Naya merasa bersemangat. Dia membeli sayuran segar, buah-buahan, dan beberapa bahan lain yang diperlukan. "Hari ini harus istimewa," ujarnya kepada penjual sayur yang tersenyum lebar saat melihat Naya yang ceria.
Setelah selesai berbelanja, Naya pulang dan mulai menyiapkan segalanya. Rania datang tepat waktu untuk membantunya. "Hai, Naya! Siap untuk pesta?" Rania bertanya sambil membawa beberapa balon warna-warni.
"Siap! Aku sudah membeli semua bahan yang kita butuhkan. Ayo kita mulai!" Naya menjawab, merasa senang dengan kehadiran sahabatnya.
Mereka berdua bekerja sama, mengatur dekorasi, menyiapkan makanan, dan menata meja. Sambil bekerja, mereka berbincang-bincang.
"Naya, aku masih tidak percaya betapa jauh perjalananmu," Rania mengungkapkan sambil menggantung balon di pohon.
"Ya, rasanya seperti mimpi. Dari semua rintangan yang aku lewati, akhirnya aku bisa menerbitkan buku. Aku merasa hidupku berharga," Naya menjawab, mengingat kembali perjalanan yang telah dilaluinya.
"Dan kamu tidak sendirian. Kami semua di sini untuk mendukungmu. Aku bangga bisa menjadi bagian dari perjalananmu," Rania menambahkan.
Setelah beberapa jam bekerja keras, pesta pun siap. Naya melihat sekeliling, terpesona oleh hasil kerja mereka. "Wow, Rania, kita melakukannya! Ini akan menjadi pesta yang luar biasa," katanya dengan penuh semangat.
Waktu berlalu, dan teman-teman serta keluarganya mulai berdatangan. Suasana semakin meriah dengan tawa dan suara gembira. Dika tiba lebih awal dan segera menghampiri Naya.
"Naya! Tempat ini terlihat hebat! Kamu dan Rania benar-benar melakukan pekerjaan yang luar biasa," Dika memuji.
"Terima kasih, Dika! Aku sangat senang kamu bisa datang. Ini semua untuk merayakan hidupku dan pencapaian kita semua," Naya menjawab, hatinya dipenuhi rasa syukur.
Keluarga Naya juga datang, dan dia merasa bahagia bisa berbagi momen ini dengan mereka. Ibunya tersenyum dan memeluknya. "Aku sangat bangga padamu, Naya. Kamu telah melalui banyak hal dan tetap kuat," katanya dengan penuh kasih.
"Terima kasih, Bu. Dukungan Ibu sangat berarti bagiku," Naya menjawab, berusaha menahan air mata bahagia.
Ketika semua orang berkumpul, Naya mengambil mikrofon dan berdiri di depan mereka. "Teman-teman, terima kasih telah datang. Hari ini bukan hanya untuk merayakan bukuku, tetapi juga untuk merayakan hidup kita. Setiap dari kita memiliki cerita dan perjuangan, dan kita harus bangga akan perjalanan kita masing-masing."
Suasana hening sejenak, semua orang mendengarkan Naya dengan penuh perhatian. "Aku ingin kalian tahu bahwa setiap langkah yang kita ambil, baik atau buruk, membentuk kita menjadi siapa kita saat ini. Aku bersyukur memiliki kalian di hidupku," lanjutnya.
"Dan kita bersyukur punya kamu, Naya. Kamu adalah inspirasi bagi kami semua," seorang teman berteriak, disusul tepuk tangan meriah dari yang lainnya.
"Terima kasih! Sekarang, mari kita nikmati makanan dan kue yang sudah kami siapkan!" Naya mengajak, dan suasana kembali ceria.
Saat malam tiba, suasana semakin hangat dengan kebersamaan dan tawa. Mereka menikmati hidangan yang lezat dan berbagi cerita lucu tentang pengalaman masing-masing. Naya merasa nyaman dan bahagia.
Dika kemudian berdiri dan mengangkat gelasnya. "Untuk Naya! Seorang penulis yang menginspirasi kita semua dan teman yang hebat!" teriaknya.
"Untuk Naya!" semua orang bersorak dan mengangkat gelas mereka.
Naya tersenyum lebar. "Terima kasih, semuanya! Aku sangat beruntung memiliki kalian di hidupku. Mari kita terus mendukung satu sama lain, apapun yang terjadi."
Rania mendekat dan berbisik, "Kamu benar-benar bersinar, Naya. Semua yang kamu lakukan adalah luar biasa."
"Terima kasih, Rania. Aku tidak bisa melakukan ini tanpa dukunganmu," Naya membalas, merangkul sahabatnya.
Tak lama kemudian, saat semua orang sedang berbincang dan tertawa, Naya mendengar suara musik lembut. "Bagaimana kalau kita berdansa?" dia mengusulkan.
Semua orang menyetujui, dan mereka mulai menari di bawah cahaya lampu yang berkilau. Naya merasakan kebahagiaan yang belum pernah dia alami sebelumnya. Dia menari dengan Dika, Rania, dan teman-teman lainnya, merasakan kebebasan dan kehangatan persahabatan.
"Dika, aku sangat bersyukur kamu ada di sini bersamaku," Naya berkata sambil tersenyum.
"Aku juga, Naya. Kita sudah melalui banyak hal bersama, dan ini adalah momen yang patut dirayakan," Dika menjawab dengan penuh arti.
Naya menatap sekeliling, melihat senyum di wajah orang-orang yang dia cintai. Dia merasa hidupnya adalah sebuah perjalanan yang berharga, penuh pelajaran dan cinta.
Setelah beberapa lagu, mereka semua berkumpul di sekitar meja untuk memotong kue. Kue itu didekorasi dengan indah, dihiasi dengan tulisan "Selamat untuk Naya!" Naya merasa terharu melihat perhatian yang diberikan teman-temannya.
"Siap? Kita hitung bersama!" Dika memimpin.
"1... 2... 3!" semua orang berteriak bersamaan saat Naya memotong kue.
"Yay! Selamat!" mereka bersorak meriah. Naya membagikan potongan kue kepada semua orang, dan tawa kembali mengisi udara.
Ketika semua orang menikmati kue, Rania mengambil kesempatan untuk berbicara. "Naya, kita ingin mendengar lebih banyak tentang buku ini. Apa tema yang ingin kamu sampaikan?"
Naya tersenyum, merasa bangga bisa berbagi. "Buku ini tentang perjalanan hidupku dan bagaimana kita bisa menemukan kekuatan dalam diri kita meskipun menghadapi berbagai kesulitan. Aku ingin pembaca merasakan harapan dan semangat untuk terus berjuang."
"Wow, itu sangat menginspirasi! Aku tidak sabar untuk membacanya," Rania menjawab, matanya bersinar.
"Dan aku yakin buku ini akan membantu banyak orang seperti kita," Dika menambahkan. "Kamu harus berbagi cerita ini di media sosial, Naya!"
"Ya, itu ide bagus. Aku juga ingin melakukan beberapa sesi diskusi untuk membahas buku ini," Naya menjawab, merencanakan langkah selanjutnya dalam perjalanannya.
Malam semakin larut, tetapi semangat mereka tidak pudar. Mereka melanjutkan merayakan hidup, bercanda, dan berbagi cerita hingga larut malam.
Saat pesta berakhir dan teman-teman pulang satu per satu, Naya merasa lelah tetapi bahagia. Dia duduk di teras, menikmati udara malam yang sejuk. Rania duduk di sampingnya.
"Ini adalah malam yang luar biasa, Naya. Aku senang bisa merayakannya bersamamu," Rania berkata.
"Terima kasih, Rania. Aku tidak bisa melakukan semua ini tanpa kamu. Kamu selalu ada untukku, dan itu sangat berarti," Naya membalas.
"Mari kita buat lebih banyak kenangan indah di masa depan. Aku yakin kamu akan terus mencapai lebih banyak pencapaian," Rania menambahkan.
"Ya, dan aku ingin kamu di sampingku dalam setiap langkah. Kita bisa melakukan ini bersama-sama," Naya menjawab dengan semangat.
Malam itu, saat Naya menatap bintang-bintang, dia merasa siap untuk menghadapi segala tantangan. Dia tahu bahwa hidup adalah sebuah perjalanan yang berharga, dan dia ingin merayakannya setiap hari.
Dengan pikiran penuh harapan dan hati yang penuh cinta, Naya tahu bahwa dia tidak sendirian. Dia memiliki teman-teman, keluarga, dan cinta di sekelilingnya. Dia bersyukur untuk semua yang telah dia capai dan untuk semua yang akan datang.
"Selamat untukku dan untuk kita semua," Naya berbisik, mengangkat tangannya ke arah langit. "Aku siap untuk petualangan selanjutnya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Tak Lagi Sama
RandomNaya, gadis remaja berusia 17 tahun, merasa dunianya hancur ketika orang tuanya bercerai dan ayahnya, menikah lagi. Meskipun Fahri masih sering terlihat di kehidupan Naya secara fisik, namun kehadiran emosionalnya terasa semakin jauh. Naya tumbuh me...