Tempat asing?

111 17 0
                                    

Eilen memegangi kepala terasa pusing, mengerjap saat silau lampu memasuki ratena matanya. Berkeliaran menatap sekeliling namun bukan kamar atau sekitaran mansion nya? Dimana dia sekarang, kenapa malah tempat asing yang terlihat membuat Eilen semakin bingung.

"Nona Liora sudah sadar?" Eilen melihat wanita tua asing mendekatinya. Eilen menatap tajam saat wanita tua itu ingin menyentuh tangannya, dia singkirkan begitu saja.

Terlihat wajah wanita tua itu terkejut melihat Nona mudanya seperti tidak suka disentuh.

"Siapa anda berani ingin menyentuh tangan saya?!" Eilen paling tidak suka ketika harus bersentuhan dengan orang lain, apalagi jika bersama orang tidak sama sekali ia kenali.

Terlihat takut karena bentakan Eilen wanita tua itu menyingkirkan mundur memanggil kan dokter.

Eilen dengan perasaan aneh memegangi kepalanya. Aneh? Bukankah seharusnya ada perban disana, kenapa tidak ada dan lihatlah malah tangan kirinya lah yang diperban.

Masa sih luka di kepala bisa pindah ke tangan? Tunggu, Eilen baru sadar kalau tangannya terlihat lebih kecil tapi lebih putih bukan bersih tapi lebih ke pucat.

Buru-buru Eilen bangun lalu bercermin yang ada di ruangan ini.

"ARGHHH!!"

Para bodyguard datang berhamburan khawatir Nona muda mereka kenapa-napa. Bukan menemukan hal seperti dugaan mereka, ternyata Nona muda sedang bercermin sambil membola mata sempurna.

"Di—ia siapa?" jujur saja wajah itu begitu asing. Kenapa tubuh Eilen lebih kecil malah terlihat seperti remaja, wajah asing ini terpampang nyata di penglihatannya.

"Jawab gua sialan! Dia siapa!" Dokter datang langsung menenangkan Eilen masih mengamuk tak terima kenapa dia menjadi kecil kembali.

Kenapa pula dia berada ditempat berbeda dari mansion nya. Sejak kapan pula ia memiliki wajah putih pucat seperti orang terkena penyakit parah, lebih ke mayat hidup sih menurutnya.

Tidak punya pilihan lain dokter menyuntikan obat tidur di leher Eilen tanpa sepengetahuan wanita itu. Eilen merasakan kantuk luar biasa hanya bisa mengumpat.

"Gua sumpahin lo mati tua bangka!"

§§§§

Beberapa orang tengah berkumpul diruang tengah menunggu penjelasan dokter mungkin akan menjelaskan kondisi si bungsu sempat mengamuk.

"Sepertinya Nona muda mengalami amnesia sebab dia tidak ingat siapa dirinya. Bisa terjadi mungkin karena benturan keras yang mempengaruhi kerja otak,"

"Ciuh! Kenapa tidak mati sekalian!" semua orang langsung menatap tajam pada mulut si sulung tidak bisa terkontrol sama sekali.

"Kenapa? Salahkah gua berucap, jangan sok munafik lo semua kalo pengen dia mati!"

Si sulung keluarga Pradipta langsung pergi tanpa pamit menuju kamar dan membanting pintu kencang.

"Kalian masih belum berubah ternyata, saya tidak habis pikir entah dosa apa yang membuat Nona muda harus berada di keluarga ini!" sang dokter menggeleng kepala melihat sifat mereka tidak ada perubahan. Bahkan sering kali dia memperingatkan mereka seperti tak dihiraukan sama sekali, ucapan dianggap enteng dan diacuhkan begitu saja.

"Baiklah, saya cukup muak memperingati kalian tidak bisa diberitahukan. Kalau terjadi sesuatu pada Nona muda saya tidak segan melakukan sesuatu yang sudah lama saya inginkan, camkan itu!"

We (not) the same person Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang