"Aku tahu balas dendam itu tidak baik, tapi bisakah kau balaskan dendam ku pada mereka?"
"Aku akan membalaskan dendammu pada mereka!?"
Felizia Eilen Sapphira wanita berusia 25 tahun memiliki kehidupan kelam penuh dengan kegelapan, tidak percaya ha...
Hari libur sekolah adalah hari paling menyenangkan bagi seluruh manusia menikmati waktu bersama bareng keluarga, teman ataupun kerabat dekat.
Seperti saat ini Eilen bersiap pergi liburan bersama seluruh keluarganya ke puncak.
"Liburan kali ini aku ingin membuat banyak kenangan, jarang sekali kita berkumpul? Butuh waktu lama aku menunggu saat seperti ini." Eilen berucap sembari berpikir kapan terakhir mereka pergi bersama untuk berlibur mungkin sekitar lima tahun lalu.
Kakak kedua Eilen tersenyum sembari mengacak rambut adiknya. "Kita bakal buat kenangan indah, supaya kalau salah satu dari kita tidak ada bisa mengenangnya nanti!"
Eilen sontak tak terima memukul mulut kakaknya. "Minimal jaga ucapan, ngga ada siapapun bakal pergi!"
Semua lantas tertawa lucu akibat pertengkaran kedua manusia seperti kucing sama anjing jika bertemu. Tapi ketika salah satunya tidak ada, mereka akan bilang rindu dan kangen namun kalau bertemu mengatakan hal sebaliknya.
Eilen menatap seluruh keluarganya dengan sayu. "Semoga ini bukan yang terakhir. Entah kenapa perasaan ku menjadi tidak enak,"
****
Menjelang malam tiba saat semua orang tengah berkumpul di ruang tamu lampu villa tiba-tiba saja mati. Eilen menatap sekitar gelap tidak melihat apapun, memanggil nama-nama orang tua dan kedua kakaknya tapi tidak ada satupun sahutan dari mereka.
Eilen semakin kalut terus berjalan namun hanya kesepian dan sunyi ia dapat. Kemana semuanya? Kemana perginya?
Takk
Suara jetekan lampu membuat Eilen bernapas lega sekarang kembali terang tidak gelap lagi. Baru ingin melangkah kakinya seperti menginjak sesuatu? Menunduk ke bawah betapa terkejutnya saat melihat seluruh tubuh keluarganya tergeletak dilantai dengan simbah darah.
Kaki Eilen lemas seperti jelly, tidak kuat menopang beban tubuh sendiri.
"Ibu, ibu bangun jangan tidur disini. Disini dingin."
"Ayah, ayo katanya mau ajarin aku bermain musik. Ajarin aku yah, kenapa malah tidur?"
"Kakak, cepat bangun adek marah sama kakak kalau kakak tidak bangun sekarang. Bangun kakak!"
"BANGUN KALIAN SEMUA! JANGAN TINGGALKAN AKU SENDIRIAN! BANGUN ...."
Eilen berteriak mengaung memanggil nama-nama keluarganya tapi semua tetap diam. Mereka—benar-benar pergi meninggalkan Eilen sendirian.
"Bangun ... Jangan tinggalkan aku—aku mohon bangun ..." tangannya terus mengguncang tubuh mereka secara bergantian. Eilen tidak takut dengan darah yang mengotori sekitar, ia hanya ingin mereka membuka mata dan bilang kalau ini hanya sebuah prank.
Nyatanya, mereka benar pergi.
Eilen sendiri, tidak ada satupun dari keluarganya tersisa.
§§§§
Berhubung malam ini kedua orang tua Gevano tidak berada dirumah para sahabatnya memutuskan untuk menginap beberapa malam disana. Tidak hanya anak cowo tapi ada juga beberapa anak cewek ikut bergabung, tentu mereka akan tidur terpisah.
"Lo semua mau makan? Siapin sendiri ya, gua malas masaknya!" Gavin berujar sambil makan keripik singkong ia beli di minimarket sore tadi.
"Siap," serempak
Tawa tawa bahagia mereka saling bersahutan disaat melihat kelakukan salah seorang dari mereka yang sedang melakukan hal aneh.
Namun tak berlangsung lama, tawa itu terbungkam mendengar suara pecahan atau lemparan barang dari lantai dua.
"Malam Jum'at ya?" ujar Farka
"Kenapa emang?"
"Siapa tahu setan penghuni rumah ngamuk karena kita terlalu berisik," geplakan cinta langsung didapat Farka siapa lagi kalau bukan dari saudara kembarnya.
"Ga usah mengada-ngada,"
Walau takut mereka memberanikan diri mengeceknya saling berdempetan dan memeluk satu sama lain.
Sampai dimana sumber suara terdengar jelas, berada dikamar milih si bungsu Pradipta.
Mencoba membuka nyatanya terkunci dari dalam. Mereka mendobrak ketika suara barang dilempar semakin parah, pintu terbuka terlihat kamar sudah berantakan barang dan pecahan kaca ada dimana-mana.
Si pelaku kekacauan duduk di pojok kamar menutupi wajah dengan lutut dan kedua tangan menutupi telinga.
"AYAH! AYAH JANGAN PERGI!"
"IBU!"
"KAKAK DIMANA? KAKAK!"
Eilen berkeliaran mencari kehadiran ibu ayah dan kedua kakaknya.
"Ibu!" senyum Eilen mengembang melihat ibu melambaikan tangan di depan jendela. Kebetulan juga jendela tidak ditutup, Eilen berniat menghampiri sang ibu semua kaget saat melihat Eilen seperti ingin melompat dari kamarnya.
Argano berada paling dekat dengan gadis itu langsung menarik cepat sebelum Eilen benar-benar melompat.
"LEPAS! GUA MAU KETEMU IBU! GUA BILANG LEPAS BANGSAT!"
Argano akui kekuatan Eilen atau Liora tidak main-main kuat sekali. Argano melirik kawannya meminta pertolongan mereka untuk membantu menahan Liora masih terus saja memberontak.
"IBU ... MAU IBU!"
"LEPAS GUA MAU BARENG IBU! ARGHHH!"
Kepala Liora berdenyut nyeri pandangan semakin ngeblur tidak nampak jelas.
"Ibu ...." Liora pingsan di pelukan Nathan pemuda itu membawa tubuh tak berdaya si bungsu Pradipta ke kasur.
"Gila tenaganya ngga main-main. Kuat banget!" Farka meluruskan kaki di lantai sempat kena cakar pula saat menahan Liora.
"Kenapa dia manggil keluarga kalian? Kakak? Ibu? Ayah?"
"Bukannya dia manggil nyokap dan bokap lo dengan sebutan papa, mama? ibu ayah yang dimaksud siapa?" gumam Argano semakin kebingungan disaat memikirkan racauan Liora.
Pradipta bersaudara ikut mikir, aneh kenapa sejak bangun dari komanya Liora terlihat berbeda. Sekarang? Mengamuk memanggil seluruh anggota keluarganya, tapi dengan sebutan untuk orang tuanya sangat berbeda.
"Bang? Lo yakin dia Liora?" Farka menatap Pradipta bersaudara masih memikirkan dengan mimik muka serius.