10. Kenapa?

33 12 3
                                    

Alea dengan seragam sekolah yang terlihat begitu lusuh itu terus melangkah mundur untuk menghindari segerombolan remaja yang 2 tahun lebih tua daripada dirinya. Napasnya terengah-engah. Peluhnya menetes tanpa berhenti. Bahkan kemeja seragam putihnya itu sudah bercampur dengan tanah karena sempat jatuh berguling beberapa kali.

Sekujur tubuh Alea bergetar hebat saat menyadari jika para kakak kelas itu sudah berada di dekatnya. Kedua kakinya melangkah ke belakang tanpa arah hingga membawanya ke tembok belakang sekolah yang sangat sepi. Alea benar benar menyesal karena memilih ke arah sini.

Kedua matanya menyorot takut ke arah 3 kakak kelas yang memandangnya sinis.

"Apa mau kalian!?" lirih Alea dengan bibir yang bergetar.

Dania dan kedua temannya tak menjawab pertanyaan Alea, melainkan mendorong Alea hingga tersungkur ke tanah dan menjambak rambut Alea hingga wajahnya berwarna merah.

Dania sesekali menampar Alea sedangkan kedua temannya sibuk menjambak rambut Alea.

Terkadang Alea ingin melawan tapi dia tidak berdaya untuk saat-saat seperti ini. Ingin bertahan tapi mentalnya terus-menerus dirusak hingga dirinya hampir mati.

Air matanya meluncur bebas tanpa aba-aba, membasahi Alea yang masih meringis kesakitan.

"Lo yang mulai lu juga yang banyak drama," cemooh Dania.

Setelah kalimat itu keluar dari mulut Dania, barulah kedua temannya melepaskan genggaman tangannya dari rambut Alea.

Memang benar rasa sakit di kepala Alea memang berkurang. Namun, kini tangannya diikat ke belakang oleh teman temannya Dania.

"Gue? EMANGNYA GUE PERNAH GANGGU HIDUP LO!?" tampik Alea tanpa rasa takut.

Dania menaikkan sebelah alisnya dan mulai berpikir sejenak. "eum... Lo kan yang nyuruh Abyan buat mutusin princess ini?"

Alea tertawa terbahak-bahak ketika mendengarkan kalimat princes yang keluar dari mulut Dania.

"Hah!? princess? gak salah dengar gue?"

"Cuih..." Alea meludah dan kembali menatap ke arah kakak kelasnya itu.

"Heh, ingat ya manusia yang tercipta dari kecebong albino. Gue sama sekali gak ada nyuruh abang gue mutusin lo, dia sendiri kali yang gak mau punya pacar spek babi hutan kek lo," papar Alea dengan nada yang sedikit kasar.

Dania hanya mengerutkan keningnya lalu pergi meninggalkan aleha yang tangannya masih terikat ke belakang.

"WOI BABI HUTAN, LEPASIN GUE JANCOK!!"

-Rumah tentang Ayah-

Alea melangkahkan kakinya ke rumah tepat pada jam 17.29 WIB.

Baru saja dirinya melangkahkan kakinya ke dalam rumah, dirinya  disambut dengan sarengga dan Alexa yang sudah bersiap-siap untuk menghajar Alea habis-habisan.

Alea menghembuskan nafasnya berat. Pasrah. Dirinya benar-benar pasrah saat ini, menderita akan kejamnya semesta kepada dirinya.

*Bugh...*

Sesuai dengan dugaan Alea. Dirinya akan dihajar habis-habisan oleh Serangga dan Alexa.

"Gimana manis? Enteng banget ya pulang kerumah jam segini," desis Alexa.

"Tangan Lea di ikat sama kakak kelas pah, kak, makanya Lea pulang telat.  Lea di bully habis habisan di sekolah," lirih Alea tidak berdaya.

"ALASAN!!"teriak Serengga dengan kuat. Dirinya masih tak percaya akan apa yang dikatakan putri bungsunya.

Serengga tidak akan pernah percaya lagi kepada Alea semenjak tuduhan tudahan dari Alexa kepada Alea yang membuat Alea semakin di benci oleh Serengga.

Serengga mulai memukul, menunjang Alea beberapa kali bahkan sesekali menyeretnya hingga dirinya benar benar puas menyiksa Alea.

Saat penyiksaan itu selesai, Alea berdiam diri di sudut rumah.

Dia terduduk di lantai dengan memeluk kuda lututnya. Alea tidak melawan karena tahu jika itu tidak ada gunanya.

Lelehan air mata mulai menetes dari sudut matanya. Hatinya terasa remuk mendengar perkataan yang keluar dari mulut serangga yang diucapkannya tadi.

Air mata yang meluruh, tapi senyum miris malah tersinggung di bibirnya. Napasnya tidak beraturan dan menangis sesenggukan.

Benci.

Dia benci takdirnya.

Dia benci karena semua orang menganggapnya remeh dan tidak berguna.

Dia benci sang bunda yang tak kunjung pulang.

Dia benci Ayah dan kakak nya yang tidak pernah puas menyiksanya.

Kenapa? Kenapa dirinya yang ditunjuk Tuhan untuk melewati cobaan ini?

Kenapa... Kenapa gadis selemah dan cengeng itu di beri cobaan seberat ini?

Kenapa dia tidak pantas untuk mendapatkan sedikit bahagia di dalam hidupnya?

Kenapa?

-Rumah tentang Ayah-
















Next?

Rumah tentang Ayah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang