9. Bangga atau Luka?

29 9 1
                                    

"Kalau ayah pengen Lea jadi anak yang berprestasi, lantas, mengapa ayah tidak pernah memberi semangat kecil kepada Lea?"

ฅ⁠^⁠•⁠ﻌ⁠•⁠^⁠ฅ

Ini adalah hari keterakhir Serengga dan Alexa di Malaysia, mungkin beberapa jam yang akan mendatang, Serengga dan Alexa sudah menginjakkan kaki di Indonesia.

Pukul 11.56 WIB

Siswa siswi kelas X IPA3 sibuk mencatat materi yang tertulis di atas papan tulis bewarna putih.

Begitupula dengan Alea dan Hazel yang sama sibuknya dengan siswa lain.

"Disini ada yang mau ikut lomba pidato gak?" tanya ibu Meldiani yang berprofesi sebagai guru IPA di SMA Algatara Lampung.

Tak ada respon dari siswa yang ada di ruangan X IPA3. Yang terjadi saat ini, hanya siswa yang saling bertatapan dengan teman sebangkunya.

"Ibu tanya sekali lagi, Disini ada yang ingin ikut pidato gak!? Pidato yang dibawakan tentang pembelajaran IPA," tanya ibu Meldiani dengan nada yang lebih tegas dari yang sebelumnya.

Alea mengangkat tangannya secara perlahan, diikuti dengan Gauri Ramora dan empat siswa lainnya.

"Kalau gue bisa dapat juara di lomba pidato kali ini, pasti gue bakal di sayang sama Ayah kayak si pantat babi itu kan!?" batin Alea.

"Cuman enam orang? Gimana sih, dimana mana kalau ada lomba yang bersangkutan tentang mata pembelajaran IPA, pasti dari kelas IPA yang terbanyak.Ini kok enggak?" tutur Meldiani tanpa jeda sedikitpun.

Siswa yang ada di ruangan X IPA3 hanya terdiam dan tak merespon sedikitpun. Semua pandangan hanya menatap ke arah Meldiani yang memasang mimik wajah kesal. Tapi tak ada seorangpun yang bisa menanggapi perkataan yang diucapkan oleh Meldiani.

"Sudah sudah, lanjutkan mencatat. Yang ikut pidato kumpul di ruang osis saat pulang sekolah nanti."

-Rumah tentang Ayah-

Satu minggu sejak pengguman pidato itu, Kini hari untuk melaksanakan lomba pidato itu telah tiba.

6 siswa perwakilan dari SMA Algatara Lampung, salah satunya adalah Alea.

Kini giliran Alea untuk membacakan pidato miliknya. Memasuki panggung dengan rasa gugup dan keringat dingin mulai meluncur di dahi miliknya.

Melihat teman teman Alea yang didampingi oleh ayahnya membuat Alea iri karena dirinya hanya ditemani oleh Abyan.

Alea mempunyai ayah, tapi perannya sudah lama mati.

Alea perlahan membacakan pidato miliknya itu, mengatakan kalimat demi kalimat dan membaca aksara yang kemarin ia tulis. Mencoba menstabilkan dirinya agar bisa terlihat profesional di depan umum.

ฅ⁠^⁠•⁠ﻌ⁠•⁠^⁠ฅ

45 detik,Satu jam, hingga dua jam kini pembacaan orang yang mendapatkan kejuaraan untuk pidato kali ini akan di bacakan.

"Lo bakal kalah," bisik Gauri tepat di telinga Alea.

Tapi Alea hanya menghiraukannya, tak peduli apa yang keluar dari mulut Gauri. Menang, kalah itu adalah hal biasa.

"Juara tiga, jatuh kepada Gauri Ramora dari sekolah SMA Algatara Lampung..." ucap MC dengan heboh.

Diikuti dengan semua orang yang mulai memberikan tepuk tangan dan sorakan kepada Gauri.

"Juara dua jatuh kepada Azero Grebto dari sekolah SMA Pusaka Lampung!!" lagi dan lagi suara tepuk tangan meriah dari penonton terdengar kuat.

"Dan, hal yang kita tunggu tunggu. Juara satu di raih oleh..."

Ini adalah hal yang menegangkan bagi orang-orang. Berharap bahwa dirinya akan di panggil.

"ALEA TRIANI JESSY DARI SMA ALGATARA LAMPUNG!!"

Semua orang berteriak kuat, bersorak Sorai memberikan sepatah kata selamat untuk Alea. Tidak lupa juga dengan suara tepukan tangan yang terdengar kuat.

-Rumah tentang Ayah-

"AYAH, LEA DAPAT JUARA SATU LOMBA BACA PIDATO ANTAR SEKOLAH!!" seru Alea gembira.

Alexa yang mendengar itu tertawa kecil alun-alun melihat wajah Alea yang mengukir senyuman bahagia.

Apakah Alea salah saat dia mendapatkan kejuaraan untuk pertama kalinya?

"Lalu? apakah ayah harus bangga pada anak sampah seperti kamu!? Kakak kamu aja juara satu tingkat internasional, Lah kamu? baru antar sekolah aja udah bangga.."

"AYAH GAK TAU SEBERAPA BESAR USAHA ALEA UNTUK DAPETIN INI!?" bantek Alea dengan nada kesal.

"ANAK KURANG AJAR, KAMU GAK BELAJAR SOPAN SANTUN MAKANYA SEENAKNYA BENTAK AYAH!?"

Dengan wajah penuh amarah kembali lagi Serangga memukul Alea dengan buku tebal yang selalu ada di ruangan tamu.

"PERGI!! SAYA TIDAK MAU MELIHAT WAJAH KAMU DI SINI!!"

Alea yang mendengarkan hal itu meringis sambil berjalan ke kamarnya dengan luka yang mendalam di hatinya.

Apakah dia benar-benar salah untuk membanggakan dirinya atas presentasi Kecil itu?

Bukankan Serangga yang selalu menuntut dan mengharapkan Alea agar bisa mendapatkan kejuaraan itu?

Lantas, mengapa Serengga malah menghajarnya habis habisan saat Alea berhasil mendapatkan kejuaraan itu?

-Rumah tentang Ayah-











Tunggu part selanjutnya ya ʕ⁠っ⁠•⁠ᴥ⁠•⁠ʔ⁠っ

Rumah tentang Ayah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang