11. Tentang Kita

21 9 0
                                    

"Bisa kah kita berlari sembari menatap indahnya semesta?"

"Selalu bisa All"

ฅ⁠^⁠•⁠ﻌ⁠•⁠^⁠ฅ

ฅ⁠^⁠•⁠ﻌ⁠•⁠^⁠ฅ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Astaga!

Remaja itu benar benar membuat Alea tertawa kecil. Bagaimana bisa ia menganggap Alea adalah anak yang kebo? Sebelum Theo mengirimkan pesan kepada Alea, ia sudah bersiap siap terlebih dahulu.

Sudah menjadi kebiasaan Theo untuk menawari Alea pergi ke sekolah bersama sama. Pikirnya, mungkin Alea akan berjalan kaki ke sekolah, Padahal ia akan di antar oleh Abyan.

Cowok seperti Theo memiliki sifat yang berbeda berbeda. Kadang ia akan bertingkah seperti bayi, terkadang menjadi cowok dingin yang menyebalkan dan banyak lagi yang tidak cukup di sebutkan satu persatu. Sifatnya tergantung waktu dan dan orang yang berada di sekitarnya.

 Sifatnya tergantung waktu dan dan orang yang berada di sekitarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alea menepuk jidatnya.

Bagaimana Theo bisa tau semua tentang dirinya?

Apakah Theo adalah cucu dari peramal India Kushal Kumar?

Suara sepeda motor PXC sudah terdengar. Theo memberhentikan motornya tepat di depan Alea. Alea yang semula berdiri di depan gerbang berwarna hitam, segera beranjak naik ke sepeda motor milik Theo.

"Hold on tight miss," ucap Theo.

Setelah kalimat itu terlontarkan dari bibir Theo, barulah Theo menancap gas motornya.

Tangan Alea merangkul pinggang Theo yang buat sahabatnya mengukir senyuman kecil.

Udara pagi yang sejuk ini bisa dirasakan Alea setiap harinya, tapi pergi ke sekolah bersama Theo dengan mencium aroma asa di pagi hari tidak dapat terulang kembali.

-Rumah tentang Ayah-

Sejak sore tadi hujan tak kunjung lelah untuk memberikan kesuburan pada bumi.

Alea dan Theo berteduh di pondok pantai sejak tadi sore. Melihat langit yang tak kunjung memberikan senja yang akan menghiasi dan menemani keseharian mereka.

Langkah lebih jauh yang berani kedua insan ini lakukan adalah mencuri waktu hanya untuk bertemu dan menghabiskan waktu bersama. Ini, bukan hidup yang Alea bayang-bayangkan selama ini. Dirinya ingin bebas seperti anak lainnya, namun apa boleh buat?

Semesta tak memberikan kesempatan itu untuk Alea.

Untuk mencapai tujuan ini, Alea harus mencuri waktu dan beralasan dengan cara dirinya akan kerja kelompok di rumah temannya.

Demi kebahagiaan ia rela berbohong dengan Serengga.

Dalam pondok yang hening dan hanya terdengar suara hujan, isi kepala Alea jelas tak berhenti berputar. Ada rasa khawatir bahwa dirinya akan dihajar habis-habisan oleh Serangga.

"Kenapa All?" tanya Theo yang melihat wajah Alea khawatir.

Alea diam sejenak untuk memikirkan kata-kata yang akan dialontarkan kepada Theo.

"Eumm, kira kira gue pulang dari sini bakal di marahin ayah gue gak yah?"

"Gue yang antar lo pulang sampai ke lo masuk ke kamar milik lo!"

"Lo berani ketemu sama ayah gue?" tanya Alea kembali dengan mimik wajah yang ragu.

"Beranilah, sekalian minta restu"

Alea memutar bola matanya malas. Saran dari Theo benar-benar tidak berguna.

Alea kembali memandangi hujan dengan raut wajah khawatir.

"Ya elah, gak usah galau kali. Nanti kita cari alasannya deh" Theo menyemprotkan air hujan yang dari tadi ia tampung di genggaman tangannya ke arah Alea.

"EEK! gue jadi basah tau!"

"Bodoamat."

"Kejar gue kalau dapat gue beliin ko sepuluh bunga tulip. Janji deh." sambung Theo.

Mendengar hal itu Alea mengejar Theo yang tubuhnya sudah basah dikarenakan air hujan. Tapi ia tak peduli, melainkan dirinya ikut berlari membiarkan tubuhnya basah oleh air hujan.

Sial!

Mereka terlalu lucu untuk dipisahkan

-Rumah tentang Ayah-

"Aman gak ?" celetuk Alea dengan nada berbisik.

Theo dari tadi mengintip ke cela pintu rumah Asa yang terbuka sedikit. Memastikan bahwa tidak ada orang di dalamnya.

"Aman aman. Bunga tulip nya jagan lupa di pajang ya," balas Theo.

Alea menggangguk pelan dan mulai berjalan perlahan lahan ke arah kamarnya.

"Dadah Theo, makasih untuk hari ini," Alea melambaikan tangannya dan kembali memutar tubuhnya untuk mencapai kamarnya.

Theo hanya melambaikan tangannya untuk membalas lambaian tangan dari Alea.

-Rumah tentang Ayah-

Rumah tentang Ayah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang