XVI

1.6K 245 24
                                    

Kedatangan 2 helicopter tersebut jelas sudah tersebar. Polisi bahkan sudah hadir, karena pada dasarnya Byakta juga memiliki hubungan baik dengan kepolisian. Bahkan selama Kala di wilayah ini, Byakta lebih sering bertanya kondisi daerah. Walau tak menyentuh secara langsung ke Kala, tapi mereka memiliki mata mata. Syukurnya semua diselesaikan didalam area militer. Pertemuan 3 pihak antara polisi, TNI dan Byakta cukup membuat yang disana bertanya. Sebesar ini?

"Tidak perlu ada perpisahan, saya yang akan mewakili putri saya. Pembangunan sekolah akan dibatalkan, kami akan mencari wilayah yang memang menginginkan adanya pendidikan yang lebih layak. Kami tidak akan mempermasalahkan bahan yang sudah tersedia disini. Semoga tetap bisa membantu." ucap Haidar Byakta keras.

"Ini kan yang kalian mau? kami yang akan bertanggung jawab atas semua kegagalan proyek. Terimakasih sudah membersamai Kala dan Aruni hingga saat ini." pesan terakhir Haidar.

"Bentar, mau pamit sama beberapa orang yang bantuin aku dulu pi." ucap Kala. Dirinya sudah membawa satu kantong merah entah apa isinya.

Kala berjalan menuju barisan tentara yang menemaninya beberapa terakhir. Ya benar, Jodi dan Amid. 2 orang itu benar benar membekas dalam diri Kala. Tanpa mereka juga Kala tidak bisa bertahan hingga sekarang ini.

"Ini buat Jodi dan ini buat Amid. Terima kasih ya udah bantu masak walau berkali kali ditolak. Khusus Jodi, terima kasih udah kasih saya tongkat itu. Kalau nggak ada benda itu saya nggak tau lagi bakal gimana." ucap Kala sembari memberikan masing masing dari Jodi dan Amid 1 kotak mewah. Yang ternyata didalamnya berisi parfume.

"Eh, tidak perlu bu. Maaf." panik Jodi. Siapa yang tidak panik mendapatkan parfum jutaan. Apalagi nanti bisa disebut gratifikasi.

"Ini, memang saya bawa sebenarnya untuk yang lain. Tapi ternyata yang lebih membantu adalah kamu dan Amid. Jadi buat kalian. Ini bukan gratifikasi soalnya kalian udah bantu saya juga." ucap Kala meyakinkan.

"Tapi.."

"Boleh kan?" tanya Kala tiba tiba sembari mengalihkan pandangannya ke Hadden yang ada di samping kanannya cukup jauh. Yang ternyata diberi balasan anggukan singkat.

"Tuh, kalau nggak dipake ya disimpen aja. Dari saya ya."

"Terimakasih bu."

"Terimakasih bu Kala. Semoga semuanya segera membaik dan kita dapat bertemu dilain waktu." pesan Amid.

"Semoga."

Kemudian Kala berjalan menuju Hadden dengan yakin dan memeluk laki laki itu erat. Hal tersebut menimbulkan banyak pertanyaan dalam benak keluarga Hadden bahkan Kala. Tentara yang lain hanya berani langsung menunduk dan tidak memandang komandannya.

"Terimakasih. Maaf kalau banyak salah, terimakasih sudah mau direpotin sejauh ini." ucap Kala kemudian melepaskan pelukan itu dan melepas topi lorengnya.

"Punya kamu kan? aku kembaliin. Terimakasih juga buat topinya sudah temani aku seminggu." ucap Kala sembari menepuk topi loreng itu lembut dan meletakkan dalam genggaman Hadden.

"Tidak perlu. Kamu pakai kalau memang merasa aman ketika kamu pakai ini." tolak Hadden dan berbalik memakaikan topi tersebut di kepala Kala. Entah dirinya baru menyadari kalau strap topinya sudah dipaskan dengan diameter kepala Kala.

"Aku nggak punya barang yang bisa aku kasih ke kamu." balas Kala pelan.

"Kamu pulang dengan aman sudah cukup. Maaf kalau selama disini saya tidak bisa membuat kamu merasa aman dan nyaman. Sampaikan permintaan maaf saya juga ke Aruni, doa terbaik untuk Aruni semoga cepat sembuh." ucap Hadden fokus ke Kala.

"Huum. Kita bakal ketemu lagi nggak?" tanya Kala tiba tiba.

Hal itu jelas membuat Hadden terdiam cukup lama. Tidak ada jawaban pasti untuk pertanyaan itu, Hadden bahkan tidak bisa memastikan dirinya akan bisa menghubungi Kala juga. Hadden tidak bisa memastikan dirinya masih aman setelah pindah tugas. Setiap pindah tugas berarti dia juga harus bertemu banyak teman atau adik asuh baru.

Love Of CadencyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang