6. Satu bulan di kota baru

13 9 11
                                    

Sudah satu bulan Reyya berada di sekolah barunya. Selama waktu itu, berbagai pertanyaan tentang keluarganya dan keluarga Kak Zeyya masih sesekali muncul di pikirannya. Namun, semakin hari, Reyya semakin merasa nggak mau larut dalam misteri itu lagi. Dia merasa hidupnya sudah cukup rumit tanpa harus menambah beban pikiran soal sesuatu yang mungkin nggak bisa dia pecahkan sendiri.

"Udahlah, ngapain mikirin yang nggak jelas? Gua punya banyak hal lain buat difokusin," gumam Reyya sambil menatap keluar jendela kelas.

Dia ingat kata-kata yang pernah dia dengar, "Kadang, sakit untuk tahu hal-hal yang sebaiknya kita enggak tahu." Itu benar-benar mencerminkan perasaannya saat ini. Sekarang, dia ingin menikmati masa-masa SMA-nya. Teman-teman baru, kegiatan sekolah yang padat, dan kesempatan untuk memulai dari awal lagi.

Meskipun sosok Kak Zeyya masih menyisakan tanda tanya, Reyya memutuskan untuk nggak menghabiskan terlalu banyak waktu memikirkannya. Lebih baik fokus ke hal-hal yang lebih nyata dan menyenangkan di depannya.

✧✧✧

Saat suasana di kelas semakin ramai menjelang istirahat, Reyya terlihat duduk di bangku depan dengan perhatian penuh. Teman-teman sekelasnya tertawa dan berbincang-bincang, saling bercanda tentang pelajaran yang baru saja mereka lewati. Di tengah hiruk-pikuk itu, Reyya merasakan kehangatan persahabatan baru yang mulai tumbuh.

Tiba-tiba, ponsel Reyya bergetar di atas meja. Dia melihat pesan dari Althara: "Rey, bisa ke taman sebentar?"

Reyya membalas cepat, "Iya, bentar ya!" Setelah mengemas bukunya, dia segera beranjak menuju taman yang terletak tidak jauh dari kelas.

Sesampainya di taman, Reyya melihat Althara sudah menunggu dengan senyuman lebar. "Eh, Rey! Lu datang juga!" serunya, tampak ceria.

"Ada apa, Al?" Reyya bertanya, sedikit penasaran.

"Nih, gua mau bahas soal pemilihan OSIS. Lu udah denger kan?" Althara menjawab, bersikap antusias.

"Belum, emang ada apa?" Reyya mencoba mengingat informasi yang mungkin terlewat.

"Gua pengen ajak lu gabung! Kita bisa daftar bareng jadi ketua dan wakil OSIS. Gua rasa kita bisa jadi tim yang hebat!" Althara berkata, matanya berbinar.

Reyya tertegun, perasaannya campur aduk. "Tapi gua belum pernah ikut OSIS di sini, Al. Takutnya gua enggak bisa," jawabnya, sedikit ragu.

"Yah, gampang lah! Lu kan pasti udah pengalaman di sekolah sebelumnya," Althara meyakinkan. "Lagipula, kita bisa belajar bareng!"

Reyya menghela napas, ingat saat dia pernah ikut OSIS di sekolah sebelumnya. "Sebenernya gua pernah daftar OSIS, tapi gua gak lulus. Ada masalah waktu itu, dan gua dituduh terlibat. Itu bikin gua sedikit trauma," Reyya menjelaskan, menyentuh masa lalu yang pahit.

"Wah, parah banget sih! Gua gak tahu itu," Althara terlihat terkejut.

Reyya merasakan rasa cemas mulai menyelimutinya. "Tapi gua gak mau membiarkan itu menghalangi gua. Gua pengen coba lagi, tapi disisi lain gua juga bingung, Al. Apa gua beneran bisa?" Dia mulai berpikir ulang tentang kemampuannya dan apakah dia siap untuk kembali terjun ke dunia OSIS.

"Yup! Kita tim yang solid. Lu pasti bisa!" Althara bersemangat, memberinya dorongan yang Reyya butuhkan. Meskipun begitu, Reyya masih merasa bimbang, tidak yakin apakah semua ini akan berjalan mulus.

SERRULATA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang