Sejak makan malam di restoran waktu itu, pikiran Reyya nggak pernah tenang. Mau ngelakuin apa aja, tetep aja otaknya balik lagi ke keluarga Alexandria, apalagi ke Kak Zeyya. Ada sesuatu yang janggal banget, tapi nggak ada satu pun orang dewasa yang mau buka suara soal itu. Seriusan, bikin greget.
Reyya lagi duduk di kamar, lihatin buku catatan yang kosong, tangannya udah pegang pulpen dari tadi, tapi nggak ada satu kata pun yang keisi. Rasanya kayak lagi ngegali misteri dalam film detektif, tapi clue-nya minimalis abis. Dia ngelamun berat, mikirin ulang kejadian di restoran itu. Kayak, apa yang gua lewatkan ya?Perasaan penasaran itu makin numpuk tiap hari. Tapi masalahnya, siapa yang bisa dia tanya?
✧✧✧
Besokannya di sekolah, Reyya masih aja keasyikan melamun, nggak sadar kalau Lyorra udah berdiri di sebelahnya.
"Heh, Rey! Lu kenapa sih? Dari tadi kayak lagi di dunia lain," Lyorra nuduh sambil duduk di kursi di sebelahnya.
Reyya cuma senyum tipis. "Nggak apa-apa, kok. Cuma lagi mikir aja."
Lyorra langsung nyamber, "Mikirin keluarga Alexandria lagi, kan? Gua tau banget muka lu kalau lagi kepikiran hal yang bikin ribet."
Reyya ngeluarin napas berat. "Iya... gua masih kepikiran. Kayak ada yang janggal, gua cuma pengen tau ada apa sebenernya antara keluarga gua sama mereka. Kok rasanya kayak ada yang disembunyiin?"
Lyorra manggut-manggut. "Lu udah coba tanya nyokap bokap lu?"
Reyya cuma geleng pelan. "Percuma, mereka jawabnya standar banget. 'Itu urusan lama yang udah kelar', gitu doang."
"Kalau gitu sih, satu-satunya cara ya tanya ke Kak Zeyya. Siapa tau dia lebih jujur daripada orang tua lu yang penuh rahasia itu."
Saran itu sebenernya udah sempat kepikiran di kepala Reyya, tapi dia masih ragu. "Iya sih... tapi gimana kalau bikin awkward? Gua juga nggak yakin Kak Zeyya bakal buka semuanya."
Lyorra nyengir. "Rey, lu nggak bakal tau sebelum lu nyoba. Kak Zeyya keliatannya sih baik, dia mungkin lebih bisa diomongin daripada orang tua lu yang penuh rahasia itu."
Reyya ngangguk, meski masih ada rasa takut di hatinya. Mungkin bener, cuma Kak Zeyya satu-satunya yang bisa kasih sedikit clue soal misteri ini. Tapi yaa... nyari keberanian buat nanya itu yang bikin deg-degan.
✧✧✧
Istirahat pertama pun tiba, dan mereka memutuskan untuk main Uno. Reyya, Lyorra, Ressa, dan Afira duduk melingkar di bawah pohon besar di halaman sekolah, membawa kartu warna-warni yang penuh dengan strategi.
"Gua duluan ya!" kata Lyorra dengan semangat, langsung melempar kartu merah ke meja. "Uno! Siapa takut?"
Reyya ngelihat kartu yang tersisa di tangannya, berusaha mengatur strategi. "Gua nggak mau kalah, nih. Giliran gua!" Dia langsung mengeluarkan kartu kuning yang bikin Lyorra melotot. "Ambil tiga, ya!"
"Hah?! Curang, Rey! Tapi gua balas!" Afira pun langsung nyambar kartu unonya, sambil tertawa. "Lu harus ambil empat!"
Ressa yang dari tadi nunggu giliran, langsung ikut nimbrung. "Gua juga mau! Dapet kartu spesial!" Dia lempar kartu bertuliskan ‘reverse’, bikin permainan makin seru.
"Mau main curang juga, ya?!" Reyya protes sambil ketawa."Eh, tapi seru kan? Gimana kalau kita ubah sedikit aturannya? Yang kalah harus cerita satu rahasia!" Ressa nyaranin dengan semangat.
"Aku setuju!" kata Lyorra. "Makin seru, dong!"
"Ya udah, kalau gitu!" Reyya setuju. "Tapi rahasianya jangan yang parah-parah, ya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
SERRULATA
Teen Fiction"Serrulata" Reyyana Chaira Mahendra, atau yang biasa dipanggil Reyya, harus menghadapi kehidupan baru di sekolah setelah keluarganya pindah dari Jakarta. Dari pertemuan dengan Azzera Zeyyana, kakak kelas yang karismatik, hingga persahabatannya denga...