8. Hari Pemilihan

10 4 3
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba—hari pemilihan Ketua dan Wakil Ketua OSIS. Semua calon sudah bersiap dengan wajah penuh semangat, berharap dukungan dari teman-temannya.

Siswa-siswi dari berbagai kelas bergerak berbondong-bondong menuju aula utama, tempat pemungutan suara akan dilakukan. Semua kandidat sudah mempersiapkan diri, termasuk Reyya dan Althara yang hari ini akan menghadapi momen penentuan.

Di depan cermin kelas, Reyya berusaha menarik napas dalam-dalam, menenangkan dirinya. Matanya menatap pantulan wajahnya sendiri, yang jelas menunjukkan sedikit rasa cemas.

Tiba-tiba, suara familiar terdengar dari arah pintu.

"Rey, lu ngapain di sini? Udah siap belum?" Althara muncul dengan gayanya yang santai, pakai jaket sekolah yang digulung sampai siku.

Reyya menoleh sambil tersenyum tipis. "Gue lagi tenangin diri aja, Al. Deg-degan, lu tahu kan?"

Althara menatapnya dengan mata yang sedikit menyipit, lalu tersenyum tipis. "Santai aja, kita udah berusaha semaksimal mungkin. Lu nggak perlu khawatir, kok. Tinggal tunggu hasilnya."

Reyya mengangguk, tapi tetap aja rasa gugupnya nggak hilang begitu aja. Selama kampanye, mereka udah kerja keras bareng-bareng, mulai dari nyiapin visi-misi sampai bikin janji-janji buat masa depan OSIS. Sekarang, semua itu ada di tangan siswa-siswi sekolah buat memilih.

"Nih, lu jangan terlalu banyak mikir, oke? Kita udah ngelakuin yang terbaik," lanjut Althara sambil menepuk bahu Reyya, seolah mau kasih energi positif.

Reyya menghela napas dan tersenyum. "Iya sih, bener juga. Cuma tetep aja, lu nggak ngerasa deg-degan gitu?"

"Nggak terlalu. Gue percaya sama lu, dan gue percaya sama usaha kita," jawab Althara dengan nada santai, tapi penuh keyakinan.

Reyya tersenyum lebih lebar. Rasanya, Althara selalu punya cara buat bikin semuanya terasa lebih ringan. Mereka udah saling dukung dari awal, dan hari ini bakal jadi puncak dari semua kerja keras mereka.

Akhirnya, mereka keluar dari kelas dan menuju aula. Aula udah penuh sesak sama siswa-siswi yang duduk berdasarkan kelas masing-masing. Panggung di depan aula dihiasi spanduk besar bertuliskan, "PEMILIHAN KETUA DAN WAKIL KETUA OSIS."

Sambil duduk di kursi barisan depan, Reyya melirik Althara. Cowok itu terlihat tenang, padahal Reyya yakin di dalam hati pasti ada sedikit rasa tegang juga. Mereka berdua duduk bareng kandidat lain, nunggu giliran buat suara dihitung.

"Eh, lu yakin kita bakal menang, Al?" tanya Reyya setengah bercanda, tapi jelas dia beneran pengen tau.

"Gue yakin. Lu lihat aja ntar, Rey," jawab Althara dengan senyum yang bikin Reyya sedikit lebih percaya diri.

Pemilihan dimulai, dan satu per satu siswa mulai memberikan suaranya.

✧✧✧

Setelah semua siswa memberikan suara mereka, aula perlahan-lahan mulai hening. Penghitungan suara dimulai, dan suasana tegang terasa di seluruh ruangan. Reyya duduk dengan jantung berdebar, pandangannya sesekali beralih ke arah Althara yang duduk di sebelahnya. Cowok itu tetap terlihat tenang, walau Reyya yakin dalam hatinya, Althara pasti merasakan hal yang sama—tekanan dari momen penentuan ini.

Ketika suara terus dihitung, mulai terdengar bisikan-bisikan di antara siswa-siswi. Banyak yang berbisik soal siapa yang bakal menang, dan meski suara-suara itu pelan, cukup membuat Reyya semakin gelisah. Sementara itu, beberapa teman sekelas Reyya dan Althara mulai melirik ke arah mereka, berharap mereka bisa menang.

Tiba-tiba, Ashela dan Ashila, teman sekelas mereka yang juga mencalonkan diri, menghampiri Reyya dan Althara. Wajah mereka terlihat muram dan penuh amarah.

SERRULATA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang