AURIN

7.1K 65 0
                                    

“Rin, nanti ada satpam baru yang gantiin Pak Ridho.” ujar Divo sang suami.

Aurin Cantika wanita berusia 24 tahun yang memiliki wajah cantik, kulit putih, rambut panjang bergelombang sebahu adalah istri dari Divo Rahardian lelaki berusia 27 tahun yang memiliki paras tampan dengan kulit kuning langsat, rambut cepak serta berkacamata.

“Memang kapan Mas wawancaranya?” tanya Aurin bingung karena Divo tidak ada memberi tahunya.

“Sudah satu minggu ini sih, tapi ya dari perusahaan. Jadi Mas sudah tahu kinerjanya. Yang untuk kantor baru anak baru.” jawab Divo sambil merapikan isi tas kantornya.

Divo pamit ke kantor setelahnya meninggalkan Aurin sendiri di rumah. Wanita cantik itu memang memutuskan resign dari pekerjaannya setelah menikah dan berharap segera diberi momongan.

Seperti yang dikatakan Divo, siangnya pintu gerbang rumah mereka terdengar suara bell. Divo sudah mengirimkan foto lelaki yang akan menjadi satpam baru mereka sehingga Aurin tidak akan salah memasukkan orang.

“Selamat siang, Bu.” sapa lelaki yang ternyata bernama Amar. Aurin mengamati dengan teliti setelah menyuruh Amar masuk dan duduk. Meski sudah di terima langsung oleh Divo, Aurin tetap ingin menanyakan beberapa hal pada Amar.

Dari penampilan dan postur tubuhnya, Aurin yakin kalau Amar adalah orang yang sudah terlatih. 

“Siang juga, silahkan masuk.” jawab Aurin kemudian membuka pintu rumahnya dan mempersilahkan Amar untuk duduk di sofa ruang tamu.

Aurin menyambut sebuah map yang dibawa oleh Amar. Aurin langsung membukanya yang ternyata adalah cv satpam barunya itu.

Amar Maulana berusia 45 tahun. Rambut pendek seperti kebanyakan satpam lainnya. Kulit kecoklatan dan memperlihatkan otot ototnya yang mungkin sering berlatih beladiri dan juga olahraga, begitu setidaknya menurut Aurin.

Selain informasi umum ada juga informasi tentang keluarga Amar yang ternyata memiliki seorang istri dan dua orang anak yang kesemuanya tinggal di kampung halamannya dan Amar tinggal di perumahan karyawan.

“Berarti bapak bisa langsung kerja hari ini?”

“Boleh, Bu.”

“Iya, nanti sekalian bawa pakaian dan perlengkapan bapak. Tinggal disini saja, jadinya rumah saya nggak kosong.” ujar Aurin.

“Tenang saja, Pak Divo sudah setuju tadi.” lanjut Aurin yang mendapat anggukan dari Amar.

“Baik, Bu. Kebetulan Bapak ada bicara kemarin. Jadi saya sudah bawa barang barang saya, nggak banyak juga Bu.” jawab Amar yang membuat Aurin tersenyum karena artinya dia tidak akan berdua dengan Bik Yani di rumah besar yang mereka tinggali.

“Mari saya antar ke kamar bapak.” ujar Aurin yang kemudian berdiri diikuti oleh Amar.

“Bik Yani, ini kenalkan satpam baru kita.” lanjut Aurin saat Bik Yani datang sambil membawa segelas teh.

“Oh iya, salam kenal bapak.” sapa Bik Yani. 

“Salam kenal juga, Bik.” jawab Amar.

“Bik, teh nya sekalian bawa ke kamar Pak Amar saja.” ujar Aurin.

Setelah menunjukkan kamar Amar, Aurin permisi ke kamarnya sedangkan Amar menuju pos satpam mulai melakukan pekerjaannya menjaga kediaman Divo dan juga Aurin.

Tidak terasa beberapa bulan sudah berlalu dan semuanya berjalan dengan baik. Amar adalah orang yang sangat bisa dipercaya hingga baik Divo maupun Aurin tidak merasa khawatir saat meninggalkan rumah dalam pengawasan mereka.

SHORT STORY (AFFAIR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang