“Moza, bangun nak.” ucap Arhan mengetuk pintu kamar putrinya itu. Moza memang kalau tidur akan sangat susah bangun. Setelah menunggu beberapa saat tetapi tidak ada jawaban, Arhan menyentuh handle pintu yang untungnya tidak dikunci.
Arhan masuk ke dalam kamar Moza dan mendekati tempat tidur. Kepalanya menggeleng melihat tampilan Moza yang berantakan saat tidur. Bagaimana tidak pusing melihat Moza yang memakai gaun tidur tipis yang terbuka, selimutnya sudah terjatuh di lantai.
Belum lagi posisinya yang tengkurap hingga memperlihatkan bongkahan pantatnya yang montok. Andai tidak melihat tali tipis yang berada disisi pinggangnya, Arhan pasti mengira kalau Moza tidak memakai celana dalam. Tinggal mendekat sedikit sudah pasti Arhan bisa melihat belahan berwarna pink yang hanya sedikit tertutupi carik kecil segitiga itu.
Andai bukan putrinya sudah pasti Arhan akan menggasak habis Moza hingga kelelahan.
“Sayang bangun, kita harus ke rumah sakit.” ucap Arhan saat mengingat tujuannya. Dengan sigap dia menutupi tubuh Moza yang terlihat begitu menggiurkan.
Moza yang merasakan guncangan di tubuhnya tersentak bangun.
Auw..
Arhan dan Moza sama sama terpekik karena refleks Moza tidak sengaja membentur tangan Arhan yang tidak terlalu tegap hingga tubuh besarnya justru jatuh menindih tubuh Moza yang kembali terbaring di atas kasur.
“Daddy.” ujar Moza kemudian melingkarkan tangannya di leher Arhan dan kembali memejamkan mata. Sepertinya Moza hanya ngelindur dan kembali hendak tidur. Arhan terpaksa menarik Moza hingga duduk bersamanya kemudian membawa putrinya itu dalam gendongan dan mencari jaket untuk menutupi tubuh Moza yang nyaris terbuka.
Arhan membawa Moza ke dalam mobil dan mulai menjalankan mobilnya ke arah rumah sakit.
“Daddy, kita mau kemana?” tanya Moza bingung setelah mulai terbangun dan sadar kalau berada di dalam mobil. Matanya melirik ke arah tubuhnya yang terbungkus jaket tebal.
Suaranya terdengar serak. Matanya menatap ke arah jalan.
“Ke rumah sakit, tadi daddy dapat telepon kalau mommy kecelakaan.” jawab Arhan dengan wajah gusar. Moza tersentak kaget mendengar ucapan Arhan. Perasaannya mendadak tidak nyaman, khawatir dengan keadaan mommy nya. Moza juga baru sadar kalau Arhan juga sedang tidak baik baik saja. Hanya berusaha tenang karena fokus menyetir.
Keduanya keluar dari mobil setelah berhenti di area parkir rumah sakit. Dengan langkah lebar keduanya menuju pusat informasi untuk menanyakan keberadaan Melin.
Baik Arhan maupun Moza langsung shock dan Moza bahkan langsung pingsan saat mengetahui kalau Melin benar mengalami kecelakaan dan tidak berhasil diselamatkan. Arhan juga terpaku di tempatnya sembari memeluk tubuh Moza yang sudah tak sadarkan diri. Arhan tidak menyangka kalau kepergian Melin keluar kota kemarin adalah pertemuan terakhir mereka.
Setelah memastikan kalau yang mengalami kecelakaan adalah Melin istrinya, Arhan mengurus jenazah sang istri dan membawanya pulang untuk dimakamkan. Warga mulai berdatangan membantu dan mengurus serta mengantar ke pemakaman.
Setelah kepergian Melin, kediaman Arhan terasa sunyi karena kedua penghuni rumah masih larut dalam duka. Tidak menyangka kalau sang nyonya rumah akan pergi begitu cepat tanpa mereka duga.
Hubungan antara Arhan dan Moza juga terasa hambar hingga beberapa bulan dan keduanya mulai bisa menata hidup kembali selepas kepergian Melin.
“Daddy, kita makan. Aku sudah siapkan di meja.” ujar Moza sambil mengetuk pintu kamar Arhan. Tetapi tidak ada jawaban hingga akhirnya Moza memberanikan diri untuk masuk. Moza tidak melihat keberadaan Arhan tetapi suara gemericik air membuat Moza tahu kalau sang daddy sedang berada di kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY (AFFAIR)
RomanceFollow sebelum membaca Jangan lupa tekan ⭐ Cerita dewasa 21+ Bocah minggir Mature konten Cerita tentang hubungan terlarang diantara lelaki dan perempuan.