Atma & Alchemy

4 1 0
                                    

Kemunculan Dvesa Harimau di museum masih menjadi perbincangan hangat bahkan setelah hampir satu minggu kemudian. Bahkan berbagai media berita di TV berulangkali menyiarkan berita dan berbagai konspirasi mulai bermunculan.

"Beritanya mengada-ada deh!" seru Dinda yang sedang makan. Kakinya yang terluka masih dibalut perban.

"Yah, namanya juga biar rating naik," kata Bima, "Lagipula yang tau kebenarannya cuma kita berdua," tambahnya sambil berbisik

"Iya sih. Ngomong-ngomong aku baru tahu kakak punya Khodam," bisik Dinda

"Kakak saja baru tahu setelah Akash muncul," ujar Bima sambil menunjuk kalungnya yang dikenakan Dinda.

Sejak hari serangan Dvesa di museum, Akash menjadi pelindung bagi Dinda. Lebih tepatnya kalung keris milik Bima selalu dikenakan Dinda.

"Dinda, kalau sudah selesai makannya jangan lupa PR-nya dikerjakan ya. Walaupun belum masuk sekolah lagi kamu harus tetap belajar," seru ibu mereka dari dapur

"Tuh dengerin kata ibu!" ujar Bima sambil melangkah ke kamarnya

"Kak! Gendong, kakiku masih sakit," pinta Dinda sambil memelas

"Ogah," kata Bima mencibir dan menutup pintu kamar

Di atas meja kerjanya 3 buah Atma Chess tersusun rapi dan nampak berkilau tertimpa cahaya lampu. Bima duduk di kursinya sambil mengamati ketiganya.

"Agni, bagaimana keadaanmu?" tanya Bima pada Atma Chess bermotif harimau

"Jauh lebih baik Tuan. Meskipun kekuatan saya belum pulih sepenuhnya," sahut Agni sembari menampakkan wujudnya

"Baguslah kalau begitu. Vikhed dan Kandi juga sepertinya tidak terluka," kata Bima melirik Atma Chess bermotif kuda dan badak

"Tentu Tuan-ku, anda tidak perlu mengkhawatirkan kami," ujar Kandi menampakkan diri, begitu juga denga Vikhed

Bima mengambil secarik kertas menggambar dirinya sendiri, lalu empat teman Atma-nya. Lantas Bima berkata, "Dengan adanya Akash dan kalian bertiga, tiba-tiba saja aku punya teman,"

"Sebuah kehormatan bagi kami bisa dianggap teman oleh Tuan," kata Vikhed sambil membungkuk sopan

"Jangan sungkan, lagipula tanpa kalian aku bukan apa-apa," sahut Bima sambil menempelkan hasil karyanya ke dinding dengan selotip, "Rasanya kalau disandingkan dengan kalian yang gagah seperti ini aku jadi merasa sangat kurus,"

Selanjutnya Bima melanjutkan pekerjaannya menggambar komik. Selagi menggambar Bima menyadari bahwa wujud Nawasena dan karakter pahlawan dalam komik yang dia buatbuat sangat mirip.

Bima melihat kembali video yang direkam seseorang di dekat museum pada hari itu di kanal OurTube, sebuah kebetulan kah wujud Nawasena dan karakter komiknya mirip?

Selain itu Bima sedikit lega tidak ada seorangpun yang melihat siapa orang dibalik topeng Nawasena —yang tentu adalah dirinya. Ketukan di pintu mengagetkan Bima. Di depan pintu berdiri Dinda dan Nabilah teman sekolahnya.

"Kak, bisa ajarin PR matematika?" tanya Dinda

"Iya, sini masuk. Kerjaan kakak juga hampir kelar," kata Bima

Kedua gadis itu memasuki kamar Bima yang walaupun tidak besar namun rapi. Ketiganya duduk dikarpet dan mengelilingi buku PR.

"Anu, perasaan aku saja atau di sini rasanya kayak ada banyak orang?" tanya Nabilah

"I... Itu pasti karena kakak punya banyak koleksi action figure," kata Dinda

"Betul, betul! Dan mungkin karena ada kostum digantung jadi terasa sumpek," timpal Bima

Hening yang agak canggung selama beberapa saat. Para Atma memandangi mereka tanpa bicara.

"Ku rasa ada benarnya," kata Nabilah kemudian

Bima membantu keduanya mengerjakan PR mereka. Beruntung Bima masih mengingat beberapa materi pelajaran seperti trigonometri. Mengajar bukan keahlian Bima, namun dia berusaha menjelaskan sesimpel mungkin agar mudah dipahami.

Satu jam kemudian semua PR Dinda dan Nabilah selesai berkat bantuan Bima. Setelah Nabilah membisikan sesuatu pada Dinda, dia pun berpamitan.

"Tadi Nabilah bisikin apa?" tanya Bima

"Rahasia. Nanti kakak juga tau," jawab Dinda sambil tersenyum

"Dih, sok rahasia segala," kata Bima

"Ngomong-ngomong, ada yang mau aku bicarakan," ujar Dinda kemudian sambil sedikit tergopoh melangkah mendahului ke kamar Bima.

Dinda duduk di ranjang Bima dan mengurut pelan kakinya, menunggu kakaknya tersebut masuk.

"Jadi mau ngomongin apa?" tanya Bima

"Sebelumnya Nabilah menyadari di kamar ini bukan hanya ada kita saja. Apakah dia juga memiliki tingkat energi supranatural yang tinggi sepertiku?" tanya Dinda lebih kepada para Atma ketimbang Bima

"Teman Anda hanya memiliki kepekaan tinggi terhadap kehadiran makhluk astral seperti kami, Nona. Pada dasarnya memang ada beberapa manusia yang cukup peka, bila diibaratkan bisa dibilang hampir mirip dengan kucing ataupun anjing. Bedanya mereka tidak dapat melihat kami layaknya kedua hewan tersebut," jelas Akash sesederhana mungkin

"Lalu satu hal lagi, mungkin kakak juga menyadari hal ini. Menurutku wujud Nawasena sangat mirip dengan White Fighter yang kakak gambar di komik," ujar Dinda sambil melirik Bima

Akash menatap kedua kakak beradik itu lalu mulai menjelaskan, "Biar saya jelaskan sedikit tentang fungsi gelang Tuan Devanka, atau yang Tuan Bima sebut sebagai 'Atma Reader'. Secara sederhana gelang tersebut adalah laboratorium mini, fungsinya adalah untuk memaksimalkan kemampuan fisik penggunanya. Selain itu Atma Reader juga berfungsi untuk menyelaraskan kekuatan Atma dan pengguna gelang tersebut. Semakin tinggi kepercayaan Atma pada sang pengguna, maka semakin hebat juga kekuatannya. Di sinilah alchemy dibutuhkan yakni menyelaraskan kekuatan seperti yang saya sebutkan sebelumnya. Tanpa adanya penggunaan alchemy tingkat tinggi penggunaan kekuatan Atma dalam jangka panjang dapat berakibat fatal bahkan kematian. Dengan alchemy yang menjadi penyeimbang maka beban yang diterima tubuh akan berkurang drastis. Kemudian tentang wujud dan gaya bertarung Nawasena juga bergantung pada daya imajinasi penggunanya. Karenanya, wujud Nawasena dari Tuan Devanka dan Tuan Bima pun sangat jauh berbeda, gaya bertarung pun sangat berbeda"

Bima membuat sebuah skema agar dapat lebih mudah memahami penjelasan Akash, setelah selesai dia berkata, "Kalau begitu berarti bisa dibilang saat menjadi Nawasena aku bertarung hanya bermodalkan tekad dan imajinasi, benar begitu?"

"Tepat. Karena itu walaupun Anda pada dasarnya bukan petarung dan bahkan tidak pernah bertarung sekalipun, saat menjadi Nawasena Anda akan bergerak dan bertarung layaknya seorang ahli. Karena itu saya sarankan Anda untuk memulai latihan fisik dan bertarung agar tubuh Anda tidak terbebani oleh cara bertarung Anda sendiri," jawab Akash

"Oke, mulai besok aku akan mulai latihan!" seru Bima bersemangat

Bima menoleh ke arah Dinda yang ternyata telah tertidur. Semua percakapan dan penjelasan yang didengarnya menjadi semacam lagu pengantar tidur.

"Hah dasar, dia malah tidur," kata Bima sambil melanjutkan kegiatan menggambarnya yang tertunda.

Akash mendadak menjadi lebih waspada dari sebelumnya lalu berujar, "Tuan, tetaplah tenang dan bersikap biasa. Dengarkan saya baik-baik, seseorang sedang mengintai Anda. Saya tidak tahu apa tujuannya,"

"Benarkah?" tanya Bima turut waspada

"Ya, sebuah benda hitam melayang di atas pagar," jawab Akash

"Itu sebuah drone, orang yang mengendalikannya pasti ada di dekat sini," kata Bima sambil melihat keluar jendela dari sudut matanya

"Jadi apa tindakan Anda?" tanya Akash

"Mari ajak dia bermain sebentar," sahut Bima sambil menyeringai

NawasenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang