Sehari setelah pertemuan Bima dan Diranda, Bima memutuskan untuk mulai berlatih dengan samsak —atau lebih tepatnya karung bekas tepung yang diisi pasir. Sepanjang sore Bima berlatih sementara Bagas kakaknya menikmati hari minggu dengan duduk santai sambil menikmati secangkir kopi dan ubi goreng sambil mendengarkan kicauan burung Kutilang milik mendiang ayahnya.“Wih... Nyantai sambil ngopi dan dengerin kicau burung. Beneran udah mode bapak-bapak!” ledek Dinda sembari duduk dan mengambil sepotong ubi goreng
“Sembarangan, ini tuh namanya menikmati hidup!” sahut Bagas yang mulai bersiul
“Aku gak tau kakak bisa bahasa burung,” kata Dinda menggoda Bagas
“Ini bahasa Italia dek,” sahut Bagas acuh disambut gelak tawa Dinda
Keduanya mengawasi Bima yang sedang latihan dengan samsak. Pertarungan sebelumnya tidak sulit, namun cukup membuat Bima kewalahan. Dia berharap dengan giat berlatih nantinya dia dapat menjadi lebih kuat.
“Tumben kak Bima latihan, ada angin apa gerangan?” tanya Dinda
“Ah, paling lagi ngincer cewek dia itu!” seru Bagas
“Ngincer cewek? Bukannya sejak SMP kak Bima udah deket sama kak Maya ya? Apa kak Bima mau kelihatan lebih macho kalo ketemu lagi sama kak Maya?” Dinda menyipitkan mata sambil menatap Bima
“Maya? Yang sekarang jadi artis terkenal itu? Ya gak mungkin lah! Mana mau gadis secantik itu sama wibu kek Bima!” ledek Bagas sambil menggerakkan tangan kirinya seakan mengusir lalat
Bima berbalik ke arah mereka lalu berseru, “Berisik ah! Aku latihan tuh Cuma biar lebih fit!”
“Iya, iya, si paling fit deh pokoknya,” Bagas nyengir sembari membawa cangkir kopinya masuk ke dalam rumah
Dinda menonton Bima yang kembali berlatih. Beberapa saat kemudian Dinda teringat sesuatu, “Oh iya kak, Nabilah ada chat kakak gak soal jadi bintang tamu untuk acara di sekolah Senin nanti?”
“Iya, kaget dikit sih. Padahal dari siang sampai sore dia di sini, kenapa gak bilang langsung aja,” kata Bima yang sekarang duduk di kursi yang tadinya diduduki Bagas
“Nabilah memang pemalu sih. Tapi kayaknya dia suka sama kakak deh,” ucap Dinda yang mulutnya masih dipenuhi ubi goreng
“Mana mungkin, kan teman seangkatan kalian pasti banyak juga yang ganteng,” kata Bima yang juga ikut mengunyah ubi goreng
“Ya gak tahu, kok tanya saya. Siapa tahu dia sukanya sama yang lebih tua. Lagian ya, di kelas tuh Nabilah yang paling getol bahas komik kakak,” ucap Dinda dengan wajah serius
“Berarti dia sukanya sama komik kakak, bukannya suka sama kakak!” kata Bima
“Iya juga sih. Ya kayak kata kak Bagas: 'mana mau gadis secantik itu sama wibu kek Bima!’” Dinda meniru gaya Bicara Bagas dengan sangat mirip
“Heh sembarangan! Ganteng-ganteng gini aku tuh wibu paling cerdas di kelas, masuk 5 besar loh dulu!” ujar Bima sambil menyentil dahi Dinda
“Iya deh si paling cerdas,” kata Dinda sambil mengelus dahinya, “Kakak gak sekalian cosplay gitu? Kan acara besok ada cosplay juga,” tambahnya
“Kepingin sih ya, tapi males,” sahut Bima
“Oh, kakak kan agak berotot ya. Aku pikir siapa tau gitu mau cosplay jadi Momo Peri Rapuncel, mumpung aku punya beberapa baju yang keliatan udelnya,” ucap Dinda lagi
“Idih emang eike cowok apaan!” seru Bima dan keduanya terbahak
Malam berlalu seakan hanya beberapa detik dan telah berganti menjadi pagi. Sejak subuh Bima berkutat dengan beberapa pakaiannya, mencoba mencocokkan antara atasan dan bawahan agar serasi. Akhirnya Bima memutuskan memakai kaos putih dan kemeja lengan panjang kotak-kotak merah serta celana jeans hitam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nawasena
AcciónApa yang kalian ketahui tentang pahlawan pelindung Nusantara? Pahlawan Nasional? Raja-raja? Apa yang kalian pelajari di sekolah itu hanya yang tercatat dalam sejarah, tapi tahukah kalian bila jauh sebelum kerajaan-kerajaan berdiri bahkan jauh di era...