Kencan

1 0 0
                                    

Beberapa bulan berlalu sejak pertemuan Bima dan Satya. Pertarungan mereka berdua menjadi ide Bagi Bima dalam menggambar adegan-adegan pertarungan dalam komiknya.

Komik White Fighter karya Bima makin hari makin populer di kalangan remaja. Bahkan komik tersebut mencapai peringkat 2 terpopuler di NetToon. Kepopuleran komik White Fighter bukanlah sebuah kebetulan karena kemiripannya dengan Nawasena, namun pembaca menyukainya karena ceritanya yang menarik.

“Karena komik karya kakak masuk peringkat 2 di NetToon, hari ini kakak wajib traktir. Gak mau tahu!” ujar Dinda

“Loh kakak yang berprestasi kok malah kakak juga yang harus traktir?” protes Bima

“Ya harus dong, sudah kewajiban seorang kakak berbagi kebahagiaan dengan adiknya,” kata Dinda

“Tapi kewajiban adik untuk membahagiakan kakaknya,” Bima berkilah

Kedua kakak adik itu saling menatap dengan garang. Kedua mata mereka saling bertemu dengan jarak hanya beberapa senti saja. Bagas menghela nafas melihat kelakuan kedua adiknya.

Bagas memegang puncak kepala kedua adiknya sambil berkata, “Kalian ini kalo akur ya kompak, kalo lagi berantem ya berisik. Begini saja, karena kakak sedang senang hari ini omset penjualan kakak naik, gimana kalau kakak traktir kalian main ke Game Zone?”

Dengan senang hati Dinda dan Bima berseru sambil mengacungkan jempol, “Kak Bagas memang yang terbaik!”

Bagas mendekati ibunya lalu membisikkan sesuatu, sementara Bima dan Dinda bergegas menuju mobil. Ibu sedikit terkejut mendengar apa yang dibisikan Bagas lalu tersenyum.

“Kak Bagas! Ayo cepat kita pergi!” teriak Bima dan Dinda berbarengan

Bagas menghela nafas sambil geleng-geleng kepala melihat kelakuan adik-adiknya, “Kalau melihat kelakuan mereka, kadang Bagas lupa loh bu kalo adik-adik Bagas sudah berumur 17 dan 18 tahun,”

Bagas, Bima dan Dinda berpamitan dengan ibu mereka lalu berkendara ke mall. Begitu sampai di mall mereka segera naik ke lantai 3 tempat Game Zone berada.

“Kamu harusnya pakai baju yang lebih tertutup kalau keluar rumah,” ujar Bima sambil memakaikan jaketnya pada Dinda

“Eh iya dong, aku lupa cuma pakai tank top dan hot pants,” kata Dinda baru menyadari lupa mengganti pakaian

Mereka bertiga menghabiskan sepanjang sore memainkan semua permainan di Game Zone. Dinda bahkan berhasil mendapatkan banyak kupon setelah berhasil mencetak skor tertinggi di permainan bola basket, Dinda menukarkan semua tiketnya dengan sebuah boneka besar berbentuk ikan.

Saat jam hampir menunjukkan jam 7 malam mereka memutuskan untuk segera pulang. Membayangkan pulang setelah lelah bermain dan disambut dengan makan malam lezat yang dimasak ibu membuat mereka makin merasa lapar. Mereka berjalan ke tempat parkir sambil membicarakan makanan apa yang kira-kira dimasak ibu untuk makan malam ini. Saat menuju mobil mereka dihadang oleh seorang pria yang sangat dikenal Bima, Satya.

“Akhirnya ketemu juga kau, Nawasena! Cepat berubah dan lawan aku!” seru Satya

Bima menghampiri Satya dan menepuk pundaknya, “Lain kali saja sobat. Sekarang aku sedang sibuk menikmati hari yang menyenangkan ini,” katanya, lalu masuk ke mobil mendahului kedua saudaranya.

Bima dan yang lain pergi meninggalkan Satya yang masih bengong karena tantangannya ditolak begitu saja oleh Bima.

“Yang tadi itu siapa Bim?” tanya Bagas

“Oh temanku kak, dia wibu-nya udah akut banget. Suka role play gak kenal tempat,” dusta Bima

“Oh, begitu toh. Kasihan, mana masih muda,” kata Bagas sambil terkekeh

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NawasenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang