#1Periode CINTA

148 49 55
                                    

Haloww, aku sebagai author~
sangat berterimakasih karena telah membaca hasil karangan saya. Saya berharap kalian menyukainya
#jangan lupa untuk follow ya! jnahceahh
#follow Ig ku juga @ jnahceahh


jangan lupa vote & komen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


jangan lupa vote & komen

~Periode Cinta~

Cinta itu seperti musim. Ada saatnya berbunga dan ada saatnya harus menghadapi hujan.

Starla selalu percaya pada hal itu, namun sekarang, saat Hanandra berdiri di depannya dengan senyum khas tengilnya, namun jujur saja mereka seakan masih takut akan turunnya hujan itu, bertanya-tanya kapan hujan itu akan datang, di bulan yang keberapa? Hari yang keberapa?

"Udah saltingnya ditunda besok aja," ucap Hanandra dengan nada yang ringan, matanya menatap Starla dengan cara yang selalu membuat jantungnya berpacu sedikit lebih cepat.

"Siapa yang salting?" balas Starla cepat, meski dia tahu kebohongannya terlalu jelas. Ada sesuatu tentang Hanandra yang selalu bisa membuatnya gugup. Sesuatu yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Apakah ini yang orang-orang sebut cinta? Apa ini yang namanya jatuh cinta?

"Aku gak salting, aku cuma..." Starla berhenti. Kenapa dia harus menjelaskan perasaannya? Apalagi di depan Hanandra, pria yang seakan bisa membaca semua pikirannya.

Rasanya Starla ingin menutup ramalan hatinya Hanandra.

"Bisa gak sih, kamu gak ganteng-ganteng gini? Jantung aku capek, tau," keluh Starla, setengah bercanda, setengah jujur. Dia tahu Hanandra akan menertawakannya lagi, tapi dia tak peduli. Mungkin sedikit lelucon akan mengalihkan perasaannya yang semakin sulit dikendalikan.

"Rasanya pengen ku gulung, ini bumikkk" batin Starla.

Hanandra tertawa pelan, menggelengkan kepala. "Iya, gapapa atuh. Biar kamu gak berpaling dari pangeran satu ini." Ucapannya terdengar santai, tapi ada sesuatu dalam nada suaranya yang membuat Starla berpikir lebih dalam. Apa-apaan pria satu ini?

Starla menghela napas panjang, memutar matanya. "Pedenya, gak ilang-ilang."

"Yuk, berangkat, keburu macet nanti," kata Hanandra, mengisyaratkan motor custom-nya yang sudah terparkir di tepi jalan. Starla naik, melingkarkan tangannya di pinggang Hanandra, sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan mereka. Namun hari ini, dia merasa berbeda. Lebih dekat. Lebih nyata.

Motor melaju, menyusuri jalanan Jogja yang ramai tapi penuh kenangan dan keindahan di pagi yang cerah ini. Malioboro yang terlintas di sebelah mereka, seolah menjadi saksi bisu perjalanan cinta mereka. Hanandra memang suka mengaitkan mereka dengan tempat-tempat yang dia temui. Dia selalu bilang, "Kita ini kayak Jogja sama Bandung. Jauh, beda, tapi sama-sama punya pesona yang gak bisa ditolak, sama-sama bikin nyaman."

Namun, di tengah tawa dan obrolan santai, ada sesuatu yang selalu mengganjal di hati Starla. Bagaimana jika takdir mereka tidak seindah yang terlihat? Bagaimana jika, suatu saat, jarak Bandung dan Jogja menjadi lebih dari sekadar jarak atau hanya semata keindahan yang hanya sementara?

"Aku duluan ya, jangan lupa pesanku tadi," kata Hanandra saat mereka sampai di kampus.

Starla mengangguk pelan. "Iya, Aa, tenang aja. Aku gak bakal ke mana-mana."

Hanandra tersenyum, lalu berjalan menjauh, meninggalkan Starla yang diam-diam memperhatikan belakang punggungnya. Starla yang melihat belakang punggung Hanandra yang lebar, yang mampu menjadi sandaran di saat bahagia dan sedihnya. Strala selalu berucap berulang kali, Starla yang beruntung memiliki Hanandra dalam hidupnya, Hanandra yang selalu hadir di saat Starla baik maupun sulit, membawa kehangatan, dan ketenangan yang tak pernah kuduga. Di setiap bersamanya di situlah Starla merasa aman.

Kamu sudah terlalu jauh berjalan Hananadra Arashaki.

"Andai aku bisa meramal takdir Hanandra, aku ingin merubah semua takdir ku yang akan membuatmu jauh dariku, agar aku bisa etap bersamamu dan tiada rintangan yang akan di hadapi nantinya " batin Starla.

"Starlaaa!" teriak seseorang dari kejauhan. Karinta, teman sekelasnya, datang menghampiri dengan langkah cepat.

"Bucin mulu sama anak Bandung, yeuu! Gak inget temennya!" cibir Karinta, membuat Starla tersenyum kecil.

"Baru juga nyampe, Rinn" balas Starla, mencoba mengalihkan pikirannya dari Hanandra.

Mereka berjalan menuju kelas, suasana kampus yang ramai membuat Starla sedikit tenang. Tapi, di sela-sela kebisingan itu, pikirannya tetap berputar memikirkan semuanya.

***

Di tempat lain, Hanandra melangkah masuk ke Fakultas Ilmu Budaya, tempatnya menghabiskan sebagian besar waktunya. Tapi, kali ini pikirannya melayang ke arah yang berbeda. Sejak bersama Starla, dia merasa ada sesuatu yang berubah dalam dirinya. Bukan hanya soal perasaan, tapi tentang masa depannya. Apakah dia siap untuk membawa hubungan ini ke tahap yang lebih serius? Namun dalam pikirnya, Hanandra tidak mau jika yang ia pikirkan tadi hanya akan membuat usaha Starla sia-sia, dengan segala perjuangannya.

Mahesa sedang duduk di bangku kelas saat Hanandra tiba. "Anjay, gue lebih dulu daripada Andre," celetuk Hanandra sambil menjatuhkan tasnya di samping Mahesa.

"Yak' elah, lu mah gak bakal telat kalau sama Starla" goda Mahesa. Hanandra hanya tertawa kecil.

"Yaiyalah, harus gercep"balas Hanandra.

Mahesa menyandarkan tubuhnya di dinding "Gimana baik-baik Lo, sama Starla?"

"Kita berdua baik-baik aja," jawab Hanandra, meski dalam hatinya dia tahu, ada hal-hal yang belum terucapkan.

"Ya sih, gue lihat lo juga bahagia-bahagia aja," ujar Mahesa, memperhatikan raut wajah temannya yang ceria. "Tapi inget, Han, cinta gak selamanya indah."

Hanandra berhenti sejenak, lalu tersenyum tipis. "Cinta memang gak selamanya indah, tapi yang penting, kita tetap bertahan meski ada susahnya. Semua tergantung gimana kita ngejalaninnya."

Mahesa mengangguk, mengerti bahwa temannya sudah berada di fase cinta yang lebih serius dari pada dirinya yang terus tarik ulur. Namun, dia juga tahu, Hanandra dan Starla punya tantangan besar di depan mereka. Dan mungkin akan ada saat nya tiba, mereka akan tetap menjalani rintangannya.

****

Di kelas lain, Starla merasakan perasaan yang sama. Dia tahu kebahagiaan ini mungkin tidak akan bertahan selamanya, tapi untuk saat ini, dia ingin menikmati setiap momen yang ada. Namun, yang di pikirkan saat ini hanyalah dirinya yang harus tetap berjuang menghadapi segala mimpi-mimpinya. Apakah mereka akan tetap sejalan ketika akhirnya tiba saatnya memilih jalan hidup yang berbeda? Apakah akan tetap sama?

"Starla, hari ini lu kerja gak?" tanya Manda tiba-tiba, memotong lamunan Starla.

"Iya, kenapa?" jawab Starla, setengah sadar dari pikirannya.

"Kita mau ikut ke café lu, sekalian cuci mata lihat cogan," goda Manda sambil tertawa kecil.

"Iyanih, udah lama kita gak mampir"

Starla hanya tersenyum tipis. Teman-temannya memang selalu tahu cara menghibur, dua manusia yang selalu gagal dalam percintaan, tapi Starla yakin tidak akan jadi salah satunya.

Biarkan waktu yang akan menjawabnya.

bersambung.....

Ikuti ceritanya dan jangan lupa untuk terus membacaaaa
sekian terimagajiii🌟🌟

Cinta antara Jogja dan Braga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang