Pertemuan tak terduga

18 9 0
                                    

Di tepian hutan dekat taman tempat Kat bermain, sinar matahari sore memancarkan cahaya keemasan, menciptakan bayangan panjang di jalan setapak. Kat, anak lelaki berusia sepuluh tahun, merasa bosan dengan rutinitasnya. Setiap hari serasa sama: sekolah, pulang, mengerjakan PR, dan bermain video game sendirian. Hari itu, keinginan untuk menjelajahi area yang belum pernah dimasukinya membara dalam hatinya.

"Sepertinya ada banyak hal menarik di luar sana," gumamnya kepada dirinya sendiri, penuh semangat petualang. Dengan sepatu kets yang berdebu dan kaos bergambar superhero, ia melangkah menuju hutan yang rimbun.

Setelah berjalan beberapa waktu, ia melintasi semak-semak lebat dan mendengar suara gemerisik. Rasa ingin tahunya semakin membara. "Wah, apa itu?" gumamnya sambil mendekat. Tak jauh di depannya, ia melihat cahaya berkilau yang menarik perhatian.

Ketika Kat mendekat, sosok asing muncul dari balik semak. Seorang alien bernama Roxy, mengenakan pakaian futuristik yang bersinar dengan warna-warna cerah, dan rambut biru cerah yang mengalir. Kat terpana, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dunia kecilnya yang selama ini hanya dipenuhi dengan petualangan imajinasi kini hadir di depan matanya.

"Siapa kamu?" tanya Kat, suaranya sedikit bergetar, antara rasa takut dan kagum.

"Aku Roxy," jawabnya dengan suara lembut dan penuh percaya diri. "Aku datang dari planet Saturnus. Jangan khawatir, aku tidak berbahaya."

"Alien? Seperti dalam film-film?" Kat bertanya, matanya membelalak penuh rasa ingin tahu.

"Ya, mirip. Tapi aku tidak datang untuk menyerang," Roxy menjelaskan sambil tersenyum. "Aku hanya ingin menjelajahi dunia ini dan mungkin, menemukan teman."

Kat merasa sedikit lega. "Wah, itu luar biasa! Aku Kat. Jadi, bagaimana planet Saturnus itu?" tanyanya penuh antusias.

"Oh, Saturnus sangat indah! Ada cincin yang mengelilingi planet kami dan banyak teknologi canggih. Tapi...," Roxy tampak ragu sejenak, "aku merasa kesepian di sana."

"Kesepian?" Kat mengernyit. "Tapi kamu sekarang punya aku sebagai teman!"

Roxy tersenyum lebar. "Ya, aku sangat senang. Aku berharap kita bisa menjelajahi hutan ini bersama."

Saat senja mulai menjelang, Kat merasakan cemas akan pulang terlambat. Ia ingat orang tuanya, terutama ayahnya, yang selalu menekankan pentingnya ketepatan waktu. "Kalau sampai mereka tahu aku berkeluyuran di hutan sendirian, pasti mereka akan khawatir," pikirnya.

Dengan berat hati, Kat berpamitan kepada Roxy. "Aku harus pulang sekarang. Ayah dan Ibu pasti menunggu."

"Oh, tidak apa-apa! Kita bisa bertemu lagi besok, kan?" Roxy menjawab dengan semangat, matanya bersinar penuh harapan.

"Ya, pasti!" Kat menjanjikan, meski hatinya dipenuhi rasa ingin tahu tentang apa yang akan terjadi di pertemuan berikutnya.

Setibanya di rumah, suasana di dalamnya tenang. Kat membuka pintu dan disambut oleh aroma masakan Ibu yang menggugah selera. Ayahnya, yang sedang membaca koran di ruang tamu, menoleh ke arahnya.

"Kat, kamu sudah pulang?" tanya Ayah, senyum di wajahnya menunjukkan rasa lega.

"Ya, Ayah," jawab Kat, berusaha menyembunyikan rasa berdebar di hatinya. "Aku hanya bermain di taman."

Ibu muncul dari dapur, mengeringkan tangan dengan handuk. "Kamu harus hati-hati. Jangan pernah pergi jauh sendirian. Kita sudah berbicara tentang itu, kan?"

"Iya, Ibu. Aku tahu," kata Kat, berusaha terdengar meyakinkan.

Ayah menatapnya dengan serius. "Kita hanya ingin kamu aman, Nak. Hutan itu bisa berbahaya."

"Jangan khawatir, Ayah. Aku hanya pergi sebentar," Kat berbohong, menyadari bahwa orang tuanya tidak akan mengerti tentang petualangannya yang luar biasa hari itu.

"Baiklah, tapi lain kali lebih baik kamu bawa teman," kata Ibu, kembali ke dapur.

"Ya, pasti, Ibu," jawab Kat, berusaha menjaga nada suaranya tetap tenang.

Malam itu, setelah selesai makan, Kat pergi ke kamarnya. Dia merefleksikan pertemuannya dengan Roxy. Gambar-gambar dari planet Saturnus, dengan cincin berkilauan dan warna-warni yang menakjubkan, berputar-putar di kepalanya. "Aku harus menemukan cara untuk membuktikan bahwa dia bukanlah ancaman," pikirnya.

Sambil berbaring di tempat tidur, ia memandang langit malam dari jendela. Bintang-bintang berkelap-kelip seolah mengajak Kat untuk bermimpi lebih jauh. Dalam hati, ia berjanji untuk menemukan Roxy lagi esok hari. Mungkin, petualangan baru akan menantinya di hutan itu—dan ia berharap, orang tuanya tidak akan pernah tahu tentang alien yang kini menjadi sahabatnya.

PETUALANGAN KAT : TENTANG ALIEN, SATURNUS DAN BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang