Ketegangan di dalam ruangan penyimpanan semakin mencekam. Kat, Amar, dan Roxy berusaha berbisik, mendengarkan langkah kaki alien yang semakin mendekat. Jantung Kat berdegup kencang, sementara pikiran tentang apa yang akan terjadi selanjutnya berputar dalam kepalanya."Siapa saja yang mungkin ada di luar?" tanya Amar, berusaha menahan suara bergetarnya.
Roxy menjawab dengan pelan, "Zorak adalah pemimpin koloni, dan dia dikelilingi oleh para penjaga. Mereka sangat berbahaya dan tidak segan-segan untuk menggunakan kekerasan."
Kat mengangguk, merasa semakin gelisah. "Jika kita tidak bisa keluar dari sini, bagaimana kita bisa menghentikan mereka?"
Saat mereka berbisik, suara Zorak tiba-tiba terdengar lebih jelas. "Mereka pasti ada di sekitar sini! Periksa semua ruangan!" teriaknya, suaranya menggema di seluruh lorong.
Ketiga teman itu saling berpandangan. Roxy mengeluarkan alat teleportasi yang masih ada di tangannya. "Kita harus menggunakannya. Ini satu-satunya cara untuk kabur dari sini."
"Tapi kita belum mendapatkan alat pengendali pikiran!" Amar berusaha menahan Roxy.
"Tanpa kita, rencana mereka akan tetap berjalan. Kita bisa kembali untuk mengambilnya nanti," Roxy menjelaskan, menatap Kat dan Amar dengan penuh harap.
Ketiganya sepakat. Roxy menekan tombol di alat teleportasi, dan dalam sekejap, mereka terbangun di luar markas alien, di tengah hutan yang gelap.
"Kita berhasil!" seru Amar, tetapi keceriaan mereka hanya sesaat.
"Aku merasakan kehadiran mereka!" Roxy berkata, merasakan getaran aneh di sekelilingnya. "Kita harus cepat bergerak sebelum mereka menemukan kita."
Mereka berlari ke dalam kegelapan hutan, dengan hati-hati mencari tempat yang aman. Dalam perjalanannya, Roxy menjelaskan lebih banyak tentang Zorak dan para alien yang lainnya.
"Zorak memiliki dua tangan kanan, yaitu Jorak dan Vira. Jorak adalah ahli teknologi dan sangat berbahaya, sedangkan Vira memiliki kemampuan telepati yang bisa membacakan pikiran. Jika kita tidak hati-hati, mereka bisa saja menemukan rencana kita," kata Roxy, suaranya tegas namun penuh kecemasan.
Setelah berlari beberapa saat, mereka menemukan sebuah gua kecil yang terlihat aman. "Mari kita bersembunyi di sini dan menyusun rencana," saran Kat, napasnya masih terengah-engah.
Di dalam gua, mereka duduk melingkar. "Apa rencana kita selanjutnya?" tanya Amar, wajahnya serius.
"Pertama, kita harus menemukan cara untuk menghentikan Zorak dan koloni ini dari mengambil alih Bumi. Kita perlu mengganggu rencana mereka," Roxy menjelaskan.
"Bagaimana jika kita memecahkan alat pengendali pikiran itu?" saran Kat. "Jika kita bisa menghancurkannya, mereka tidak akan bisa mengendalikan pikiran orang-orang."
Roxy mengangguk. "Itu ide yang bagus, tetapi kita perlu masuk kembali ke markas mereka untuk mendapatkannya. Kita harus menggunakan semua kecerdikan kita."
Ketika mereka sedang berdiskusi, tiba-tiba mereka mendengar suara langkah di luar gua. "Mereka datang!" Kat berbisik, panik.
Roxy segera mengambil alat teleportasi. "Kita harus cepat!" Tapi sebelum mereka bisa melakukannya, pintu gua terbuka, dan di depan mereka berdiri Zorak, Jorak, dan Vira, semua dengan ekspresi marah.
"Terjebak dalam jebakan kami, ya?" Zorak menyeringai, menunjukkan taringnya yang tajam. "Kalian tidak akan bisa melarikan diri kali ini."
"Tidak ada yang akan menghentikanku untuk menguasai Bumi!" Zorak berteriak. "Aku akan menghancurkan kalian dan semua yang kalian cintai!"
Jorak bergerak maju, tangan penuh alat-alat canggih yang bersinar. "Jika kita bisa menangkap mereka, kita bisa menggunakan teknologi ini untuk mengontrol pikiran mereka," katanya, suaranya dingin dan penuh perhitungan.
"Jangan biarkan mereka mendekat!" Roxy berteriak, mengangkat alat teleportasinya, tetapi Vira mengalihkan pandangannya dan berusaha membaca pikiran mereka.
"Rasakan ini!" Vira mengucapkan mantra, dan Kat tiba-tiba merasakan kepalanya berdenyut. Pikiran-pikirannya bergetar di dalam kepala, seolah-olah ada sesuatu yang mencoba mengontrolnya.
"Kat! Fokus!" Amar berteriak, berusaha menahan Kat agar tidak terpengaruh.
Roxy melangkah maju, berusaha menghadang Vira. "Kau tidak akan bisa mengendalikan kami!" teriaknya, mengangkat alat teleportasi dan menekan tombol dengan cepat.
Namun, sebelum Roxy bisa menggunakan alat tersebut, Zorak melangkah maju dan merebutnya dari tangan Roxy. "Bodoh! Kalian tidak akan bisa melarikan diri dari kami!" Zorak menyeringai, melihat alat itu dengan penuh kebanggaan.
Kat merasa putus asa, tetapi sesuatu dalam dirinya memicu keberanian. "Kami tidak akan menyerah!" serunya, berusaha berdiri meski dalam keadaan terjepit.
"Siapkan senjata! Kita akan mengakhiri ini!" Zorak berteriak, memberi perintah kepada Jorak dan Vira.
Jorak segera menyiapkan alat berkilau yang tampak menakutkan. "Kami akan membuat kalian menyesal telah datang ke sini," katanya, senyum jahat menghiasi wajahnya.
Dalam detik-detik yang mendebarkan itu, Roxy melirik Kat dan Amar. "Kita harus bertindak cepat! Mari kita lakukan sesuatu!"
Kat tiba-tiba memiliki ide. "Kita harus membuat mereka bingung! Roxy, bisa kau memanipulasi teknologi ini?"
"Biarkan aku coba," jawab Roxy dengan tegas. Dia berusaha mengingat instruksi yang diajarkan di planetnya.
Dengan segenap tenaga, Roxy mengarahkan pandangannya pada alat canggih yang dipegang Jorak. Dalam sekejap, sinar terang memancar, dan Jorak seketika terjebak dalam lapisan energi yang diciptakan oleh Roxy.
"Sekarang!" Kat berteriak, berlari ke arah Zorak yang terlihat terkejut. Amar mengikuti di belakang, berusaha merebut kembali alat teleportasi yang dipegang Zorak.
Tapi Zorak dengan cepat bergerak mundur, mengacungkan tangan untuk menyerang. "Kau akan menyesal, anak kecil!" teriaknya, tetapi Amar sudah siap.
Dengan gerakan cepat, Amar meluncurkan dirinya ke arah Zorak dan berhasil meraih alat teleportasi itu. "Kita harus pergi sekarang!" Amar berteriak, mengalihkan perhatian Zorak.
Roxy segera membantu Amar, dan dalam kekacauan itu, mereka berhasil keluar dari gua. Namun, ketika mereka melarikan diri, Vira menggunakan kemampuannya untuk mencoba menyerang pikiran mereka kembali.
"Tidak! Kami tidak akan menyerah!" Roxy berteriak, mengeluarkan kekuatan dari dalam dirinya, menciptakan perisai energi di sekitar mereka.
"Mundur! Jangan biarkan dia mendekat!" Kat berteriak, berusaha memfokuskan pikirannya untuk melawan serangan Vira.
Ketiga sahabat itu berlari sekuat tenaga, sementara Zorak dan Jorak mengejar mereka dengan penuh kemarahan. "Kalian tidak bisa lari dari takdir kalian!" teriak Zorak, suaranya menggetarkan tanah.
Mereka berhasil mencapai tepi hutan, tetapi Zorak dan Jorak semakin dekat. "Sekarang atau tidak sama sekali!" Kat berteriak, dan dengan sekali gerakan, Roxy menekan alat teleportasi.
Dalam sekejap, mereka merasakan tubuh mereka ditarik ke dalam kilau cahaya, dan dalam detik berikutnya, mereka muncul di sebuah tempat yang tidak mereka kenali.
Kat menatap sekeliling, merasakan kelegaan. "Apakah kita selamat?" tanyanya.
Roxy, masih terengah-engah, mengangguk. "Tapi kita tidak bisa berpuas diri. Kita harus segera merencanakan langkah berikutnya."
Mereka tahu bahwa meskipun mereka telah berhasil melarikan diri, pertarungan sebenarnya baru saja dimulai. Zorak dan koloni alien masih berada di luar sana, dan mereka akan melakukan apapun untuk menguasai Bumi. Kini, lebih dari sebelumnya, Kat, Amar, dan Roxy harus bersatu dan berjuang untuk melindungi planet yang mereka cintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
PETUALANGAN KAT : TENTANG ALIEN, SATURNUS DAN BUMI
Science FictionKat, seorang anak lelaki berusia sepuluh tahun, menemukan Roxy, seorang alien dari planet Saturnus, di hutan dekat rumahnya. Mereka menjalin persahabatan dan mulai menjelajahi dunia bersama. Namun, Roxy mengungkapkan bahwa ia datang sebagai umpan un...