Keesokan harinya, Kat dan Amar bertemu di taman seperti biasa, tetapi suasana di antara mereka terasa jauh lebih serius. Setiap langkah menuju hutan dipenuhi dengan ketegangan. Mereka tahu bahwa apa yang mereka hadapi jauh lebih besar dari sekadar petualangan biasa. Roxy telah memberikan mereka tugas yang sangat penting: melindungi Bumi dari invasi alien.
"Kat, kita harus mulai merencanakan sesuatu," kata Amar, wajahnya serius saat mereka duduk di bawah pohon besar. "Roxy tidak bisa melawan sendirian."
"Benar. Kita perlu tahu lebih banyak tentang koloni itu," jawab Kat. "Apa yang mereka rencanakan dan kapan mereka akan menyerang."
Amar mengeluarkan buku catatan dari tasnya, mencoret-coret ide-ide. "Kita bisa membuat alat untuk menghubungi Roxy. Mungkin kita bisa menggunakan perangkat yang diajarkan padaku di kelas sains. Kita bisa membuat alat komunikasi sederhana."
Kat mengangguk, bersemangat dengan ide tersebut. "Dan kita juga perlu mengumpulkan informasi. Mungkin kita bisa menyelinap ke tempat Roxy berada dan melihat apa yang bisa kita temukan."
"Baik! Ayo kita lakukan!" Amar berkata, wajahnya berbinar.
Setelah beberapa jam bekerja, mereka berhasil merakit sebuah alat komunikasi sederhana menggunakan komponen elektronik yang mereka temukan di sekolah dan beberapa barang di rumah. Dengan penuh harapan, mereka menghubungi Roxy. "Roxy, apakah kamu di sana?" suara Kat keluar dari perangkat.
Tak lama kemudian, suara Roxy menjawab. "Kat? Amar? Aku mendengar kalian! Apa yang kalian rencanakan?"
"Kami sudah membuat alat komunikasi! Dan kami ingin membantu," kata Amar, suaranya penuh semangat.
"Aku sangat berterima kasih, tetapi kita perlu lebih hati-hati. Zorak, ketua koloni, tidak akan ragu untuk menghukum siapa pun yang membangkang. Dia sangat berambisi," Roxy menjelaskan dengan nada serius.
Kat menelan ludah, merasakan ketegangan yang menyelimuti. "Apa rencanamu untuk menghentikannya, Roxy?"
"Aku perlu kembali ke markas koloni untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. Tapi aku tidak bisa pergi sendirian. Kalian harus ikut bersamaku," Roxy menjawab.
Amar dan Kat saling pandang, antusias tetapi juga sedikit takut. "Kami siap!" jawab Amar, bertekad.
Setelah mengatur rencana, mereka sepakat untuk bertemu di lokasi rahasia yang jauh di dalam hutan, tempat yang jarang dilalui orang. Ketika malam tiba, Kat dan Amar merasa campur aduk, antara kegembiraan dan ketakutan. Ini adalah petualangan terbesar yang pernah mereka hadapi.
Dengan hati berdebar, mereka berjalan melewati kegelapan hutan, hanya diterangi cahaya bulan. Suara serangga dan hewan malam menemani langkah mereka. Akhirnya, mereka tiba di tempat yang ditentukan, dan melihat Roxy sudah menunggu mereka.
"Baiklah, kita akan menuju markas koloni," Roxy berkata, suaranya tenang tetapi ketegangan terlihat di wajahnya. "Ikuti aku dan jangan membuat suara."
Mereka mengikuti Roxy melewati hutan yang semakin gelap. Kat merasakan adrenalin mengalir dalam dirinya. Setiap suara di sekitar mereka terasa lebih keras, dan setiap bayangan tampak mengintimidasi. Akhirnya, mereka tiba di tepi sebuah jurang yang dalam, di mana Roxy mengeluarkan alat teleportasi yang bersinar.
"Apa itu?" tanya Amar, terpesona.
"Itu alat teleportasi. Aku akan membawa kalian ke markas kami. Ini akan menjadi perjalanan yang sangat cepat, tetapi kalian harus tetap berpegangan erat," Roxy menjelaskan.
Mereka berpegangan satu sama lain, dan dengan sekali tekan, alat tersebut bergetar. Dalam sekejap, mereka muncul di dalam sebuah ruangan besar dengan dinding yang berkilau dan berbagai alat canggih yang bertebaran. Di sekeliling mereka, para alien terlihat sibuk dengan pekerjaan mereka, tidak menyadari kehadiran Kat dan Amar.
"Ini tempat yang sangat futuristik," bisik Kat, matanya melirik ke berbagai teknologi yang belum pernah dilihatnya sebelumnya.
"Cepat, kita harus menemukan informasi tentang rencana Zorak," Roxy berbisik. Mereka bergerak perlahan, mencari tahu apa yang bisa mereka temukan.
Setelah beberapa saat, mereka menemukan ruang konferensi besar di mana para pemimpin koloni berkumpul. Dari balik pintu, Kat dan Amar dapat mendengar pembicaraan mereka. "Kita harus melanjutkan rencana invasi. Bumi akan menjadi milik kita!" suara Zorak menggema di dalam ruangan.
"Apa yang akan kita lakukan dengan mereka?" tanya salah satu alien. "Mereka akan melawan."
"Tidak ada yang akan melawan jika kita menggunakan teknologi pengendali pikiran. Mereka akan tunduk pada kita!" Zorak menjawab dengan nada tegas.
Kat dan Amar saling berpandangan, ketakutan menyelimuti mereka. "Kita harus segera keluar dari sini!" bisik Amar.
"Tunggu!" Roxy mencegah mereka. "Kita harus mendapatkan lebih banyak informasi. Jika kita bisa mengambil alat pengendali pikiran, kita bisa menghentikan Zorak."
Kat merasa jantungnya berdegup kencang. "Tapi bagaimana caranya? Kita tidak punya banyak waktu."
Roxy melihat sekeliling dan menemukan sebuah alat berkilau di atas meja. "Itu dia! Alat pengendali pikiran!" katanya. "Kita harus mengambilnya."
Mereka perlahan mendekati meja, berusaha untuk tidak menarik perhatian. Namun, saat Roxy mengulurkan tangan untuk mengambil alat tersebut, tiba-tiba, salah satu alien menoleh. "Siapa itu?!"
"Hati-hati!" Kat berteriak, tetapi sudah terlambat. Alarm berbunyi, dan dalam sekejap, ruangan itu dipenuhi dengan suara gaduh. Para alien mulai berlari menuju mereka, wajah mereka menunjukkan kemarahan dan kebingungan.
"Lari!" Roxy teriak, dan ketiganya berlari secepat mungkin. Kat dan Amar mengikuti Roxy dengan napas terengah-engah. Mereka harus menemukan jalan keluar sebelum mereka tertangkap.
Mereka berlari melalui lorong-lorong gelap, suara langkah alien semakin mendekat. "Ke sini!" Roxy mengarahkan mereka ke sebuah pintu kecil di ujung lorong. Mereka berhasil masuk dan mengunci pintu di belakang mereka.
"Ini adalah ruangan penyimpanan," Roxy berkata, berusaha tenang meski napasnya tercekat. "Kita mungkin bisa bersembunyi di sini sebentar."
Kat menatap Roxy, merasa campur aduk. "Apa yang akan terjadi sekarang? Mereka akan mencari kita!"
"Kita harus memikirkan rencana lain," Roxy menjawab, sorot matanya tajam. "Jika mereka menemukan kita, semuanya akan berakhir."
Amar terlihat cemas. "Kita tidak bisa menyerah sekarang! Kita harus menemukan cara untuk menghentikan Zorak dan koloni ini."
Ketika suara langkah semakin mendekat, Kat merasa ketakutan menyelimuti dirinya. "Aku tidak tahu berapa lama kita bisa bertahan di sini," bisiknya, merasakan tekanan di dadanya.
Tapi di dalam dirinya, ada satu keyakinan: mereka tidak bisa membiarkan koloni alien mengambil alih Bumi. Apapun yang terjadi, mereka harus berjuang. "Kita harus menemukan cara untuk keluar dari sini," Kat bertekad. "Kita tidak bisa kalah."
Di saat itu, mereka mendengar suara Zorak yang menggelegar di luar ruangan. "Cek setiap sudut! Mereka tidak boleh lolos!"
Ketegangan semakin meningkat, dan Kat tahu bahwa waktu mereka semakin sedikit. Persahabatan mereka akan diuji, dan kini saatnya untuk menunjukkan keberanian yang sejati.
KAMU SEDANG MEMBACA
PETUALANGAN KAT : TENTANG ALIEN, SATURNUS DAN BUMI
Fiksi IlmiahKat, seorang anak lelaki berusia sepuluh tahun, menemukan Roxy, seorang alien dari planet Saturnus, di hutan dekat rumahnya. Mereka menjalin persahabatan dan mulai menjelajahi dunia bersama. Namun, Roxy mengungkapkan bahwa ia datang sebagai umpan un...