Minggu-minggu berlalu, dan setiap pertemuan dengan Roxy semakin mendalamkan persahabatan mereka. Kat dan Amar tidak hanya bermain bersama, tetapi juga belajar banyak hal baru tentang satu sama lain. Roxy semakin terbuka tentang kehidupannya di Saturnus, sementara Kat dan Amar membawa Roxy ke tempat-tempat di Bumi yang penuh keajaiban. Mereka menjelajahi danau, mendaki bukit, dan bahkan mengunjungi kebun binatang, menunjukkan kepada Roxy betapa beragamnya kehidupan di planet mereka.
Namun, meskipun kebahagiaan mereka, Kat merasakan ketidaknyamanan yang terus menggelayuti pikirannya. Roxy, meskipun ceria, kadang-kadang terlihat muram, terutama saat momen-momen tenang ketika mereka duduk bersama. Kat memperhatikan sorot mata Roxy yang kadang terlihat jauh, seolah-olah ia sedang memikirkan sesuatu yang sangat penting.
Suatu sore, setelah bermain hoverboard, Kat dan Amar duduk di bawah pohon besar, menikmati suasana sore yang tenang. Roxy tiba-tiba melangkah maju dan berkata, "Aku harus memberitahu kalian sesuatu."
Kat dan Amar saling menatap, jantung mereka berdetak lebih kencang. "Ada apa, Roxy?" tanya Kat, merasakan ketegangan di udara.
Roxy terlihat ragu. "Sebenarnya, aku memiliki misi di sini. Dan itu bukan hanya untuk bersenang-senang," katanya, suaranya mulai bergetar.
"Apa maksudmu?" Amar bertanya, matanya melebar.
"Aku datang ke Bumi untuk mengamati. Koloni kami di Saturnus ingin memahami lebih baik tentang planet ini. Tapi... ada lebih dari itu," Roxy melanjutkan, suaranya semakin pelan.
Kat merasa ada yang tidak beres. "Apa yang sebenarnya terjadi, Roxy?" tanyanya tegas.
Roxy menarik napas dalam-dalam. "Koloni kami memiliki rencana untuk mengambil alih Bumi. Mereka ingin menjadikan planet ini sebagai tempat tinggal baru. Mereka percaya bahwa Bumi memiliki sumber daya yang berharga."
Kat merasa jantungnya berdegup kencang. "Jadi, kamu datang ke sini sebagai... umpan?" tanyanya, suaranya bergetar antara ketakutan dan kebingungan.
Roxy menunduk, mengangguk pelan. "Ya. Aku tahu ini sulit diterima. Tapi aku tidak ingin itu terjadi! Aku ingin melindungi kalian dan Bumi."
Amar merasa marah. "Kau berbohong padaku! Kau bilang kau ingin bersahabat!"
"Aku memang ingin bersahabat!" jawab Roxy dengan nada cemas. "Aku tidak memilih untuk datang ke sini dengan cara ini. Ini adalah perintah dari koloni, dan aku tidak bisa melawannya. Jika aku gagal melapor, aku akan dihukum."
Kat merasakan perasaannya campur aduk. Di satu sisi, ia merasa dikhianati; di sisi lain, ia melihat kerinduan di mata Roxy. "Tapi, kenapa kamu tidak memberi tahu kami sebelumnya?" tanyanya dengan suara penuh emosi.
"Aku takut. Aku tidak ingin kehilangan kalian," Roxy mengakui, air mata mulai mengalir di pipinya. "Aku tidak pernah merasakan persahabatan seperti ini sebelumnya."
Amar menggelengkan kepala, tampak bingung. "Jadi, apa yang akan kamu lakukan sekarang? Apakah kamu akan kembali ke koloni dan mengkhianati kita?"
"Tidak!" Roxy berkata tegas, "Aku tidak akan melakukan itu. Aku ingin menemukan cara untuk menghentikan rencana itu. Aku harus memberitahu kalian."
Kat merasa jantungnya berdebar keras. "Bagaimana kita bisa membantu?" tanyanya, suaranya penuh tekad.
Roxy tersenyum meski dengan air mata di matanya. "Kalian sudah membantu dengan menjadi teman terbaikku. Tapi kita harus merencanakan sesuatu yang lebih besar."
Malam itu, setelah pertemuan yang emosional, Kat dan Amar pulang dengan pikiran yang penuh pertanyaan. "Kita harus mencari tahu lebih banyak tentang koloni itu," kata Kat. "Mungkin kita bisa menghentikan mereka sebelum terlambat."
Amar mengangguk. "Ya, kita perlu rencana. Kita harus mendapatkan informasi lebih lanjut."
Sesampainya di rumah, Kat merasa tidak tenang. Ia berusaha menjelaskan kepada Ibu dan Ayah tentang kehadiran Roxy, tetapi kata-katanya tersangkut di tenggorokannya. Ia tahu orang tuanya tidak akan percaya jika ia mengatakan bahwa sahabatnya adalah seorang alien.
"Mungkin kita bisa membuat alat untuk berkomunikasi dengan Roxy," Amar berujar saat mereka berbincang di telepon malam itu. "Kita perlu menemukan cara agar dia bisa menjelaskan lebih banyak tentang rencana koloni."
Kat setuju, merasa semangatnya kembali membara. "Dan kita perlu mempersiapkan diri jika koloni itu datang. Kita tidak bisa membiarkan mereka mengambil alih Bumi!"
Malam itu, Kat tidak bisa tidur. Ia memikirkan apa yang bisa mereka lakukan untuk membantu Roxy dan melindungi Bumi. Pikiran tentang koloni alien dan rencana jahat mereka terus berputar di kepalanya. "Apa yang harus kami lakukan?" batinnya.
Ketika pagi tiba, Kat tahu bahwa hidupnya tidak akan pernah sama. Persahabatannya dengan Roxy telah mengubah segalanya, dan kini mereka berada di tengah-tengah konflik yang lebih besar dari yang pernah mereka bayangkan. Ia merasa bahwa mereka harus bersatu dan berjuang untuk melindungi planet ini dan semua yang mereka cintai.

KAMU SEDANG MEMBACA
PETUALANGAN KAT : TENTANG ALIEN, SATURNUS DAN BUMI
Ciencia FicciónKat, seorang anak lelaki berusia sepuluh tahun, menemukan Roxy, seorang alien dari planet Saturnus, di hutan dekat rumahnya. Mereka menjalin persahabatan dan mulai menjelajahi dunia bersama. Namun, Roxy mengungkapkan bahwa ia datang sebagai umpan un...