Perpisahan

11 9 0
                                    

Ketika malam merambat, bayangan pohon-pohon besar di hutan mulai menari-nari di bawah cahaya bulan. Kat, Amar, dan Roxy bekerja tanpa henti, merakit alat yang mereka harapkan bisa meyakinkan Zorak dan koloni alien bahwa Bumi layak untuk dijadikan sekutu. Setiap detik terasa berharga, dan ketegangan di antara mereka semakin meningkat.

Roxy memimpin, menjelaskan setiap langkah dengan cermat. "Kita perlu membuat alat yang menunjukkan potensi teknologi Bumi. Mari kita buat prototipe pemancar energi yang bisa digunakan untuk meningkatkan komunikasi," katanya dengan semangat.

Amar, yang lebih ahli dalam teknologi, segera menggambar sketsa di atas kertas. "Kita bisa menggunakan bahan dari sini dan menggabungkannya dengan sisa-sisa alat yang aku buat sebelumnya. Tapi kita harus bergerak cepat sebelum Zorak berubah pikiran."

Kat berfokus dengan penuh perhatian, mengumpulkan bahan-bahan yang mereka butuhkan. "Kita harus berusaha sebaik mungkin. Roxy, kau yakin mereka akan mengizinkan kita menunjukkan ini?"

"Jika kita bisa membuktikan bahwa kita bukan ancaman, mereka mungkin akan memberi kesempatan," jawab Roxy, meski ada keraguan tersirat di matanya. "Tapi kita tidak bisa meremehkan Zorak. Dia berambisi dan berbahaya."

Setelah berjam-jam bekerja keras, akhirnya mereka selesai. Alat yang mereka buat terlihat sederhana, tetapi mereka berharap bisa menunjukkan potensi Bumi kepada Zorak. Dengan napas dalam-dalam, mereka berangkat menuju markas alien, hati mereka dipenuhi campuran harapan dan ketakutan.

Sesampainya di markas, suasana terasa menegangkan. Roxy memimpin, diikuti Kat dan Amar yang berjalan beriringan, saling memberi dorongan semangat. Ketika mereka memasuki ruang konferensi, Zorak sudah menunggu, dikelilingi oleh para pemimpin koloni lainnya.

"Waktu kalian sudah tiba," Zorak berkata dengan nada menakutkan. "Apa yang kalian bawa untuk meyakinkanku?"

Roxy melangkah maju, mengedarkan pandangannya pada wajah-wajah alien yang curiga. "Kami ingin menunjukkan bahwa Bumi bisa menjadi sekutu yang berharga," katanya tegas. "Ini adalah alat pemancar energi yang dapat meningkatkan komunikasi dan pertukaran informasi."

Amar maju untuk menjelaskan lebih lanjut. "Dengan alat ini, kita bisa berbagi pengetahuan dan teknologi. Kami tidak ingin berperang; kami ingin belajar dan tumbuh bersama."

Zorak mengerutkan kening, tampak skeptis. "Apa jaminan bahwa kalian tidak akan menggunakan alat ini untuk menyerang kami? Kami tidak bisa mempercayaimu setelah apa yang kau lakukan sebelumnya."

Roxy berusaha menahan ketegangan. "Kami tidak ingin berperang. Jika kalian menyerang, kalian tidak akan mendapatkan apa pun dari kami. Tapi jika kita bekerja sama, kita bisa mencapai lebih banyak."

Di antara para pemimpin alien, Jorak mulai berbicara. "Kau mengklaim bahwa Bumi memiliki banyak hal untuk ditawarkan. Tapi bagaimana kita tahu bahwa ini bukan tipu muslihat?"

Roxy menggali keberanian dalam dirinya. "Kami siap untuk membuktikannya. Mari kita lakukan demonstrasi. Jika kalian tidak puas dengan hasilnya, kalian bebas untuk mengambil tindakan lebih lanjut."

Setelah saling pandang, Zorak mengangguk. "Baiklah. Kita akan memberikanmu kesempatan. Tapi jika kau gagal, konsekuensinya akan fatal."

Amar dan Kat menyiapkan alat mereka dengan penuh perhatian. Roxy menjelaskan cara kerjanya, dan mereka bertiga saling mendukung satu sama lain, berusaha menjaga semangat.

Ketika alat dinyalakan, cahaya berkilauan menyebar, dan gelombang energi mulai memancar. Roxy menjelaskan setiap langkah, menunjukkan bagaimana alat itu dapat menghubungkan berbagai sumber informasi dengan lebih efisien.

"Dengan teknologi ini, kita dapat berbagi pengetahuan dan meningkatkan hubungan antar planet," Roxy menjelaskan. "Bayangkan apa yang bisa kita capai bersama!"

PETUALANGAN KAT : TENTANG ALIEN, SATURNUS DAN BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang