03 : Pemilik

47 5 1
                                    

Di tengah dinginnya malam ibu kota, seorang gadis tampak baru mengganti seragamnya dengan piyama yang terasa nyaman digunakan. Ia merebahkan diri diatas tempat tidur, mengecek ponselnya yang sempat berdering, selepasnya melompat bangkit menuju meja belajar.

Dari bibir tipisnya terdengar sebuah umpatan samar ketika mendapati laptop yang kehabisan baterai. Untuk sejenak, netranya bergulir mengamati tiap sudut kamar yang berantakan. Berharap akan menemukan benda hitam dengan kabel panjang, namun ternyata tak jua ia dapatkan. Dan tak ingin berlama-lama terjebak dalam kebingungan, gadis ini segera berlari keluar. Menyebrang dari pintu kamar menuju satu ruangan yang juga berada di lantai dua rumahnya.

"BUN LIAT DEH MBAK WIN MAU MENJAJAH LAPTOP CAYA LAGII"

Seruan penghias malam itu terdengar nyaring setelah gadis berpiyama tadi berhasil menerobos masuk kedalam ruangan yang tak lain adalah kamar adiknya sendiri. Membuat sang bunda yang berada di lantai dasar ikut berseru untuk sekedar melerai pertengkaran yang terdengar semakin sengit diatas sana.

"Winta jangan diganggu adeknya"

"Minjem bentar elah pelit banget lu bocil"

"Lo kan punya laptop sendiri, pake punya lo aja sana"

"Laptop gue gak se-elit punya lu. Bentar doang 1 episode aja"

"Buun! Caya lagi ngerjain tugas masa mbak Win mau ngambil laptop Caya buat nonton drama"

"Boong bun! orang Winta mau nonton reality show oppa ganteng bukan drama. Caya juga lagi main game tuh bukan ngerjain tugas"

Sang ibunda hanya menghela pasrah. Membiarkan aksi saling menyauti itu redam sendiri; meski harus memakan waktu yang cukup lama.

"Win mending kamu bantu bunda anter kue ke rumah Asa aja nih"

Winta yang semula masih berisi keras untuk menjajah, akhirnya pasrah karena tak berani membantah. Ia segera turun menuju dapur. Menemui sang bunda yang telah menunggu dengan sepiring bolu yang masih hangat-hangat kuku.

"Bun bahasa jepangnya selamat malam apa?"

"Mana bunda tau, nih cepet anterin keburu dingin"

"Ih nanti kalo yang buka rumah ternyata om hamada gimana? Kan Winta harus ngomong pake bahasa jepang"

"Kan om mada bisa bahasa Indonesia"

"Iya sih, tapi kan--"

Tiana yang sudah lelah dengan segala macam bantahan langsung memutar tubuh putrinya ditambah sedikit dorongan. Bermaksud agar gadis tersebut segera melaksanakan tugas, tanpa mengulur lebih banyak waktu untuk sebuah perdebatan yang sia-sia.
...

"Ohayōgozaimasu" ucap winta tepat ketika pintu yang telah ia bel beberapa kali itu terbuka.

Di balik pintu berdiri seorang gadis yang tampak lebih tua darinya. Itu kak Raya-- yang tengah terkekeh berkat ucapan berbahasa jepang yang Winta lontarkan. "Itu artinya selamat pagi" koreksi Raya kemudian.

"Tau kok kak, tapi berhubung Winta taunya itu doang jadi Winta sebutin itu aja. Oh iya, ini dari bunda" alih winta menyerahkan sepiring bolu pandan yang langsung disambut dengan senang oleh pemilik rumah.

"Asiik enak nih, makasih yaa! Ayo masuk dulu yuk win" ajak Raya setelahnya.

Winta memasuki rumah bernuansa retro dengan banyak miniatur kendaraan yang dipajang. Mengikuti Raya yang berjalan dua langkah di depannya, sembari celingak-celinguk mencari penghuni lainnya.

Ia mengerucutkan bibir. Menatap nanar kearah satu-satunya ruangan di lantai dua yang pintunya tertutup rapat. 'Asa pasti tengah bertempur dengan para buku' pikirnya kemudian.

Kita dan RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang