06 : Pertunjukan

17 2 0
                                    

Nanti bakal ada part winta nyanyi
Nah, kalian bisa dengerin video diatas untuk visualisasi suara winta^^

-kekasih impian
cover by ashira zamita

***

"win buruan ke aula! udah mulai tuh"

Seruan Candra dari ambang pintu kelas sontak membuat gadis yang semula sibuk menulis mulai memicing mata dan beralih fokus.

"Bentar lagi, masih nyalin catatan nih" jawabnya tak ingin bergeming.

"Nanti aja nyatet nya. Ntar keburu di-diskualifikasi"

"Candra tenang aja, Winta gak bakal ngecewain Candra kok. Udah mukanya jangan disangar-sangarin gitu, nanti gantengnya luntur" ulur Winta lagi, yang disertai rayu pada ujung kalimatnya.

Mendengar saut yang diserukan dengan suara keras, pemuda lain yang berada disisi Candra sontak turut berbicara, "Sa-ae lu nyet. Ngalus mulu ntar ujungnya ditinggalin kayak si saga" cetuk Gio bergabung dalam obrolan.

"Enak aja! Gue gak pernah godain Saga ya. Emang pesona gue aja yang luar biasa makanya saga suka"

"Dih, pede gila"

Winta menutup buku di atas mejanya. Mengabaikan ocehan Gio yang kini mulai menjalar kemana-kemana, dan memilih melangkah menuju cermin di belakang kelas untuk sekedar merapikan penampilan.

"Suporter udah stand by di aula kan? Banner, lighting segala macem siap gak?" Tanya winta kemudian.

"Gak usah bacot deh win. buruan berangkat sebelum gue batalin pesanan albumnya"

"Siap komandan" final Winta yang menyerah pada ancaman.

Tak lagi berniat untuk lebih lama menunda, kini Winta mulai melangkah keluar dari kelasnya. Menebas keramaian di koridor sekolah, demi mencapai aula yang kini telah ramai karena acara seleksi memang sudah dimulai.

"Win kok lo kesini? Kan udah gue bilang biar gue gantiin"

Kalimat yang disertai pencegatan dari Aruna membuat winta berdecak sebal. "Orang yang di daftarin nama winta bukan runa. Lagian lo kan panitia, nanti repot"

"Lo lagi sakit win, muka lo pucet tuh"

"Astaga runa, muka gue tuh pucet bawaan lahir. Lagian gue dipanggung cuma nyanyi bukan atraksi sirkus" ujar Winta meyakinkan sang sahabat.

Winta melirik kerumunan anggota osis yang bertugas sebagai panitia acara. Bibirnya tersenyum cerah ketika mendapati Asa yang berdiri disisi panggung pertunjukkan, kemudian berjalan mendekat-- meninggalkan Runa yang masih mengeluarkan rentetan kata.

"Sa"

Tepat setelah panggilan itu ia layangkan, pandangan Winta teralih menuju seorang lain yang turut menoleh pada dirinya. Pemuda bertubuh tegap yang tengah berdiri sisi Angkasa; manusia yang sama dengan pemilik kamera di koridor pada hari silam.

Winta menarik lengan baju Angkasa, menundukkan wajah demi menghindari kontak mata yang sempat dibuat. "Asaa" ulangnya memanggil dengan intonasi pelan.

Angkasa yang merasa kemejanya ditarik sontak menoleh bingung dan mendapati Winta yang sedikit berbeda dari biasa. Ia melirik Mahesa yang berdiri disebelahnya; tengah menatap Winta dengan lekat, meski gadis tersebut berusaha payah mengalihkan pandangan.

Karena merasa sedikit janggal, Angkasa pun segera meraih jemari Winta untuk digenggam erat.

"Jangan jauh-jauh, bentar lagi giliran lo" Ucapnya sebelum menarik Winta untuk dibawa pergi.
..

Kita dan RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang