Bab 2 | broken heart

1K 50 2
                                    

Sasa terdiam membeku menatap pemandangan di depannya, sedangkan semua teman- temannya bersorak ria. Hatinya meringis pelan tidak dapat menerima kenyataan yang baru saja terjadi.

"Gais, gue mau ngumumin sesuatu. Jadi, gue sama sila udah resmi pacaran." Seru dimas dengan wajah bahagia. Tak tanggung- tanggung, dimas menggandeng mesra tangan kanan sila di depan semuanya.

Prok prok prok!

Semua orang bersorak bahagia, bahkan dimas dan sila di beri tepuk tangan atas peresmian hubungan dua sejoli tersebut.

Sasa mengerjap pelan, dia merasa matanya mulai berkaca- kaca air mata. Sasa menggigit bibirnya menahan tangis. Tak ingin merusak suasana bahagia di depannya. Pun karena akan sangat memalukan kalo dia sampai menangis disini.

Sasa menggeleng kecil, suasana hatinya buruk seketika. Dia kembali memberanikan diri melirik ke depan, tempat dimana dimas dan sila menjadi pusat perhatian. Mata sasa kian berempun melihat kemesraan dua sejoli yang baru resmi tersebut. Sasa mendapati sila yang sedang bercanda ria dengan dimas. Benar- benat terlihat mesra.

"Lian..." sasa merasa perlu lian sekarang. Dia mau lian, right now!

Sasa mengambil handphone nya dengan cukup tergesa, dia menekan kontak bertuliskan nama 'My husband'. Sasa segera menghubungi lian.

Calling...

"Halo, sa?" Tak perlu menunggu lama, suara bariton sedikit serak yang selalu sasa dengar setiap hari menyapa gendang telinganya.

Tak ada suara, sasa belum berucap apapun. Ada rasa ragu mengatakan pada lian, iya, sedikit.

"Sa? Are you still there?" Suara lian terdengar kembali.

"Lian..." lirih sasa kecil dengan suara yang sudah serak.

"Iya, sa? What's wrong? You okay? Sayang..." nada panik lian mulai terdengar.

"Hmm kamu— kamu bisa jemput aku?" Sasa mengecilkan suaranya, agar tidak ada satupun orang di meja tersebut tau bahwa dia tengah menelpon seseorang. Sasa tak ingin merusak suasana disini.

"Right now? Aku lagi makan sama bunga. Kenapa sa ?"

"Lian..."

"Wait, are you crying? Kenapa nangis, sa ?"

"No..."

"Sasa."

".."

"Gimme fifteen minutes, I'll pick you up." Suara tegas lian terdengar.

Sasa menggigit bibirnya, sedikit ragu. Namun setelahnya menggeleng. "No, lian. Di rumah, I'll wait for you. Cuma sebentar aja, setelahnya kamu boleh pergi sama bunga lagi. I promise, li. And ya, I'm sorry..."

"No. Just wait for me, Sa. I'll be home soon."

Sasa menghela nafas lega, lian selalu bisa diandalkan. "Thanks lian."

"Iya, sayang. Please, take care of yourself."

Sasa tak bisa menahan lengkungan tipis di bibirnya kala mendengar nada khawatir lian.

"Sure." Tanpa menunggu orang di seberang menjawab. Sasa langsung menekan tombol merah pada ponselnya.

Sasa berkaca pada ponselnya, memastikan kedua matanya seperti semula dan merapikan riasannya sesaat. Setelahnya langsung beranjak bangun dari kursi. Pergerakan sasa membuat semua mata menatap ke arahnya.

"Sa, mau kemana ?" Ujar dimas cepat seraya menatap sasa.

Sasa menatap semua yang ada disana, menunjukkan senyum kecil yang sangat menawan,

Between Us : Lian & SasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang