Bab 5 | cinta ?

1.2K 100 12
                                    

Disini lah sasa sekarang, di ruangan luas lian setelah merengek meminta ikut bersama lian menuju kantornya. Walaupun ada sedikit debat diantara mereka, akhirnya lian tetap menerima permintaan sasa. Dan iya, mana bisa lian menolak tatapan memelas sasa. Tidak bisa, lian akan selalu takhluk.

Terlihat sasa sedang makan sarapan yang tadi dibelikan lian di restoran. Wanita cantik itu duduk di sofa dimana biasanya dia bersemayam kalo berkunjung ke kantor lian dengan sangat anteng. Sedikit aneh, karna biasanya sasa sangat jarang pergi kesini dan sekalipun dia pergi ke kantor lian, itu pasti dengan dirinya yang santai.

Tak seperti sekarang, merengek pada suaminya. Terus saja bermanja- manja dan sangat emosional. Perjelas lagi, sangat.

"Pelan- pelang, sayang."

Terdengar suara berat lian dari kursi kebesarannya saat melihat sasa yang makan dengan sangat lahap seakan ini adalah pertama kalinya dia makan setelah ribuan tahun. Tak sabaran sekali.

"Lwapwar in— UHHUK!!" Sasa terbatuk dengan kencang. Tangannya segera meraih segelas air di samping makanannya dan meneguknya secara rakus.

"Sasa, aku bilang pelan- pelan loh. Nurut makannya, cantik." Ujar lian santai diikuti tawa ringannya kala melihat sasa tersedak dan menatapnya sinis.

"Kamu aja ga nurut sama aku." Sasa mendengus pelan lalu kembali melanjutkan makannya.

"Kapan? Aku selalu nurut, sayang." Tanya lian menantang.

"Itu! Kamu minta izin having sex sama bunga. Eleh." Cicit sasa pelan. Bibirnya bergetar menahan tangis, tiba- tiba saja moodnya jadi buruk. Sasa meletakkan makannya dengan kasar, sudah tidak mood.

Lian tentu saja panik saat menyadari sasa yang tiba- tiba menangis. Lian segera berlari menuju sofa dan memeluk sasa erat. Ini benar- benar bukan sasa sekali. Baru saja senang dengan makanannya, kesal karna diganggu, dan sekarang, dengan cepat berubah jadi menangis. Apa sasa begini karena terlalu banyak menonton drama?

"Sayangg. Kenapa nangis hmm?"

"Jahat hikss..."

Sasa menangis dalam dekapan lian. Lian pun tidak tau harus berbuat apa, dia hanya berusaha menenangkan sasa sebelum menjelaskan tentang kesalahpahaman ini.

"Sa, I never do that. If you say don't, I won't do that, sayang." Jelas lian seraya mengusap punggung kecil sasa yang bergerat karena tangisannya.

Sasa menahan isakannya, pertanda dia ingin mengatakan sesuatu.

"Lian, l'm sorry, aku.. I don't know kenapa jadi sensitive kayak gini. I feel so emotional. Maaf..." sasa memainkan jemarinya gugup.

Lian menangkup wajah cantik istrinya menggunakan ibu jarinya. Lian usap air mata yang masih berjatuhan dari mata cantik sasa.

"Suttt udah ya. Don't cry, cantik. Jangan terlalu dipikirin ya..." lian menenangkan dengan kata- kata manisnya.

"Maaf..." cicit sasa lirih.

Lian menggeleng, mengecup dahi sasa. "It's okay, sayang. Gapapa."

"Hmm sakit.." sasa tiba- tiba merintih kesakitan seraya memegang erat kepalanya. Sasa merasa seperti sedang dibawa memutar selama satu jam penuh. Semuanya terlihat kunang kunang.

Lian mengusap kepala sasa. "Sakit sa? Kenapa? Kenapa bisa sakit?"

Lian memijat pelipis sasa menggunakan ibu jarinya, berusaha membantu semaksimal mungkin.

"Sa, kita ke dokter aja ya? You're not okay, babe." Saran lian seraya memberikan tatapan yang begitu khawatir. Bagaimana pun juga lian sangat menyayangi sasa. Lian tak suka melihat sasa merintih kesakitan seperti ini.

Between Us : Lian & SasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang