Bab 7 | lian cemburu (?)

969 125 16
                                    

Sasa terbangun dari tidur lelap nya, mata bulat itu mengerjap pelan menyesuaikan pencahayaan yang ada di kamarnya dan lian. Sasa menatap ke sekitar area kamar, kepalanya mendongak mengingat kejadian kemarin sebelum dia jatuh tertidur.

Kalau tidak salah, terakhir sasa ada di ruang tamu bersama lian, mengabari kehamilannya pada mertua dan orang tuanya. Mereka; sasa dan lian, terlibat banyak percakapan. Baik orang tua lian dan dirinya sangat bahagia menyambut calon pewaris yang akan lahir sebentar lagi.

Sudah pasti lian yang membopongnya ke kamar. Tapi ngomong- ngomong, dimana lian. Suaminya itu tak terlihat di kamar. Dengan bibir yang manyun, sasa turun dari ranjang dan berjalan menuju pintu kamar. Kakinya berjalan pelan menyusuri rumahnya hendak mencari keberadaan lian. Sesekali sasa akan menguap kecil dan mengusap lembut perutnya.

Dengan langkah pasti sasa menuruni tangga menuju lantai satu. Kakinya melangkah menuju dapur kala mencium wangi masakan, wangi telur, entah lah. Sasa sampai di dapur, matanya langsung disuguhi pemandangan suami tampannya yang tengah memasak.

Dari tempat sasa berdiri, dapat dia lihat lian sedang sibuk menggoreng beberapa telur di dapur. Sudut bibirnya tertarik tanpa bisa sasa tahan. Bahkan sasa tampak terkikik kecil melihat pemandangan langka di depannya ini. Bukannya apa- apa, selama menikah dengan lian, tak pernah sasa lihat suaminya memasak. Ajaib sekali, malah pagi ini melihat lian menggoreng telur. Iya, walaupun hanya telur. Sasa berjalan mendekat ke arah lian, hendak menyapa suaminya.

"Good morning...."

Sasa memeluk lian dari belakang, wajahnya dia telusupkan di celah ketiak lian, menyelinap disana mencari kehangatan suaminya. Jika biasanya lian akan meletakkan dagu pada pundaknya, sasa tidak bisa balas melakukan hal yang sama karena badannya yang lebih pendek dari lian.

"Good morning, sayang. Gimana bobonya? Nyenyak ?" balas lian pada sasa.

Suami tampan sasa itu tertawa kecil kala melihat kepala istrinya yang menyembul dari sisi kirinya, tepatnya diantara lengan dan tubuhnya.

Sasa mengangguk cepat. "Hmm, karena kamu peluk aku."

Lian tersenyum, menoleh ke kiri, mengecup pelipis sasa, cup! "I do! Aku selalu peluk kamu, sayang."

"Haruss." sasa kian mengusal pada lian, tangannya melingkar kian kuat pada perut kotak- kotak suaminya.

"Kamu kerjaa?" Tanya sasa dengan mata mendongak menatap lian  ragu- ragu.

"Kerja, sayang. Tapi kalo kamu maunya aku di rumah, gapapaa. I'll stay, cantik."

Lian berusaha mengerti istrinya yang tengah mengandung. Memberikan apa yang lian mampu beri untuk sasa dan calon anak pada kandungannya. Lian hanya ingin membuat sasa nyaman dan bahagia.

"No. gapapaa kamu kerja aja." Bantah sasa dengan kepala yang digeleng- gelengkan dengan cepat. "Hmm, tapi..." lanjut sasa terhenti, sedikit ragu untuk mengatakan sesuatu.

Lian menjawil hidung sasa, gemas dengan tatapan mata istrinya. Menginginkan sesuatu namun takut menyampaikannya. "Kamu boleh ikut ke kantor sama aku, sa."

Mata sasa membola, lian seakan bisa membaca pikirannya. Dengan cepat sasa menghadiahi suaminya yang sangat peka itu dengan kecupan di pipinya, cup!. "Thankyou, papi."

"Sama- sama, sayang ku. Kita mandi terus sarapan ya, mami..."

Sasa mengangguk patuh. "Siap papi."

Pukul setengah delapan, keduanya telah menyelesaikan sarapannya dengan sasa yang sudah mandi, sudah rapi menggunakan pakaian kasualnya pun lian dengan setelan kerjanya.

Keduanya telah beranjak dari duduknya. Lian mendekatkan dirinya dan melingkarkan tangannya pada pinggang sasa.

"Kenapa, lian?" Tanya sasa saat mendapati lian menatapnya intens.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 14 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Between Us : Lian & SasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang