Bab 4 | berharap lebih

1.8K 117 13
                                    

"Lian, mana sasa ih. Mami tanya loh sama kami, dimana sasa ?"

Lian menatap ragu ke arah mami nya. "Hmm itu, ada mi. Di kamar..."

"Oalah, ada di kamar. Mami samperin deh." Seru liana dengan santainya.

Lian menatap terkejut mami nya, dia menahan berusaha menahan liana dengan sedikit panik. "Eh, jangann mi!"

"Lah, kenapa sih. Mami mau ketemu sasa. Ngapain kamu larang- larang." Sahut liana kesal dengan putranya.

Lian menggaruk tengkuk lehernya. "Hmm itu, anu mi—"

"Anu anuu apa sih. Kamu ga jelas banget. Pi, liat anaknya itu." Adu liana pada suaminya.

Rian menatap putranya aneh. "Udah deh, li. Mami biar ketemu sasa dulu. Kamu jangan ribet."

"Sasa lagi— ..."

"Mami papi!"

Pekikan dari seseorang yang sedang menuruni tangga membuat ketiga manusia pada ruangan tersebut menoleh dan mendapati sasa dengan pakaian rapinya turun. Sasa terlihat sangat cantik dan anggun.

"Kenapa mami sama papi ga bilang mau mampir? Sasa kan bisa bangun lebih pagi, niar bisa masakin juga." Sasa memasang senyum manisnya dan duduk di samping rony setelah berpelukan sesaat dengan papi dan mami

Liana menatap sasa dengan lembut. "Gak usah sasa cantik. Mami sama papi kesini kan mau kasi surprise buat sasa, hehehee."

Sasa balas tersenyum manis pada kedua mertuanya lalu menoleh ke arah rony yang sepertinya sangat tegang.

"Lian..."

"Hmm?" Lian menatap lekat wajah istrinya.

"Kamu bersih- bersih dulu gih. Ga malu apa sama mami papi, belom mandi udah turun." Sasa tersenyum dan memberikan kecupan singkat pada pipi rony.

"Iyaa.."

Seakan terhipnotis, rony segera beranjak pergi ke kamar untuk membersihkan diri.

Sedangkan di depan sana, kedua orang tua lian tertawa geli melihat anak dan menantunya yang semakin mesra saja di pernikahannya yang sudah menginjak bulan kelima.

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan, sasa izin menyiapkan sarapan ke dapur. Sementara mami dan papi memilih duduk di sofa seraya menonton berita pagi di televisi besar yang ada di ruang tamu rumah sasa dan lian.

Sasa langsung berkutik dengan alat alat dapur, dengan cepat membuat sarapan untuk kedua mertuanya yang baru saja datang tadi.

"Kamu buat apa, sa?"

Suara bariton seorang lelaki menghampiri sasa dengan setelan jas kantor nya, menandakan dia sudah siap untuk pergi ke kantor.

"Sarapan yang simpel, apalagi." Sahut salsa tanpa mengalihkan atensi nya pada sosok yang sedang berada di sampingnya. Tangannya masih sibuk menyiapkan seluruh masakannya.

Lian menatap sasa lekat. "Sa, kamu masih marah ?"

Pertanyaan rony membuat sosok yang sedang memanggang roti tersebut menghentikan gerakannya dan menoleh. Sasa menatap lian tepat di matanya.

Lian merasakan perubahan sasa, tatapan mata datar di dapati lian dari mata indah sasa, namun sangat jelas tersirat luka di mata kelam itu.

"Aku ga pernah marah sama kamu." Sahut sasa seadanya.

Aku hanya ingin dihargai.

"Sorry, aku td ga sengaja buka hp kamu. Bunga bilang mau kesini. Bales chat bunga, bilang jangan kesini. Nanti mami sama papi bisa tau."

Between Us : Lian & SasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang