🥀 [ 13 ]

7 1 0
                                    

BISAKAH KAMU KEMBALI PADAKU

Hari-hari Aksa melamun, entah apa yang ia pikirkan hingga mengganggu pekerjaannya sebagai pustakawan. Kematian Zaviya sudah menghancurkan setengah jiwa dari lelaki itu, lalu kepergian Bu Siti yang sangat tiba-tiba kian membinasakan seluruh jiwanya. Di perpustakaan pun Aksa memilih untuk tidak berbaur dengan rekan yang lain, ia menjadi lebih pendiam dan selalu tampak murung.

Selama bertahun-tahun bekerja di perpustakaan Aksa jarang sekali melakukan kesalahan, tetapi hari ini sesuatu yang cukup besar sudah terjadi akibat dirinya. Selain mendapat surat peringatan ia juga harus menjalankan setumpuk tugas sebagai bentuk teguran terhadap Aksa, karena tanpa sengaja telah membakar buku-buku keluaran terbaru padahal buku-buku lama yang seharusnya dibakar.

"Semangat lembur, ya," pesan rekan kerja Aksa, menepuk salah satu bahunya dan berlalu pergi.

Malam akan segera larut, tetapi Aksa masih saja berada di perpustakaan untuk menggarap beberapa dokumen yang secepatnya harus diselesaikan, lantaran pimpinan dari dinas pendidikan akan berkunjung ke sana esok hari, sehingga Aksa berharap jika mereka dapat menyukai kinerjanya, dan kunjungan itu akan berjalan dengan lancar.

Aksa bermonolog karena sudah terlalu letih dengan pekerjaannya yang tidak kunjung usai. "Buku-buku itu sudah hangus terbakar, mau tidak mau aku harus membuat susunan buku baru dan memindahkan file buku yang aku bakar ke bagian arsip, tapi buku apa saja yang sudah aku bakar tadi, ya." Pikirannya mulai kacau.

"Ah, kenapa aku harus membakar buku-buku itu! Dasar bodoh!" Aksa terus memaki dirinya sendiri, lalu mencoret-coret kertas menggunakan bolpoin hingga sobek.

"Kalau saja aku lebih fokus dengan pekerjaanku, dan tidak terus-terusan memikirkan ibu ... maka aku tidak akan terkena masalah seperti ini, sekarang aku harus mengingat buku-buku apa saja yang sudah terbakar supaya file di sini bisa segera aku arsipkan," gumamnya, lalu memejamkan kedua mata demi menjernihkan pikiran.

Secara tiba-tiba Aksa merasakan sentuhan dari sepasang tangan lunak pada wajahnya, ia pun langsung membuka kedua mata. "Zaviya ...."

Lelaki itu sontak membulatkan bola mata saat menangkap seorang perempuan berdiri di depan mejanya, lalu dia mencubit tangan berulang kali untuk memastikan jika sedang bermimpi, dan perempuan yang dilihatnya bukanlah Zaviya. Namun, dia merasakan sakit pada lengan tangannya itu berarti perempuan yang berada di depan sana, memanglah kekasihnya.

"Kamu di sini, Zaviya?" tanya Aksa, mencoba untuk menghampiri sang pujaan hati.

Perempuan itu hanya tersenyum, sambil memundurkan langkah kakinya supaya semakin menjauh dari posisi Aksa. "Kamu mau kemana, Zaviya?!" Pertanyaan dari Aksa tidak juga memperoleh balasan darinya, sehingga ia bergegas mengejar kepergian Zaviya yang perlahan menghilang dari pandangan.

"Zaviya! Kamu dimana?!" Aksa terus memanggil nama kekasihnya saat perempuan itu sudah tidak terlihat di sekitar sana.

"Aku yakin sekali jika Zaviya tadi ada di sini," ujarnya pada diri sendiri, sembari mencari keberadaannya di setiap ruang perpustakaan itu.

Namun, Aksa tidak menemukan apa pun bahkan ia tidak dapat merasakan pertanda kehadirannya lagi, entah apa yang terjadi pada dirinya sampai-sampai menganggap bahwa perempuan yang ia lihat itu Zaviya. "Apa aku cuman halusinasi saja, karena terlalu merindukannya?" tebak Aksa, mengusap kening yang berkeringat.

"Tapi, kenapa terlihat seperti nyata ...." Aksa berusaha untuk tidak menghiraukan sosok yang menyerupai Zaviya, meskipun kemunculannya sudah mempengaruhi pekerjaan Aksa malam ini.

Aksa berniat untuk membawa pulang pekerjanya yang belum tuntas itu, tetapi ia justru melihat seisi rumah berantakan bagaikan kapal pecah. "Astaga, Aggra!"

Lelaki bertubuh gempal itulah pelakunya, Aggra memang tidak bisa dibiarkan seorang diri di rumah. Namun, bagaimana bisa Aksa meninggalkan pekerjaan demi menjaganya? Sementara, ia masih belum mendapatkan kabar terkini dari sang ibu. Entah, apakah Aksa mampu mengatasi situasi ini atau memilih untuk menyerah, saat pikirannya sudah mulai bercabang.

"Kalau mau tidur di kamar, jangan di ruang tengah seperti ini," omel Aksa.

Aksa menyeret sepasang kaki Aggra yang sudah tertidur di lantai, ia cukup kesulitan saat akan memindahkan lelaki dengan tubuh besar itu ke kamar. Setelah Aggra tergeletak di atas ranjang, Aksa pun langsung membersihkan sisa-sisa makanan serta barang-barang yang berceceran di ruang tengah.

"Ah," keluh Aksa, membaringkan tubuh lelahnya di atas kasur.

Sorot mata terus menatap langit-langit kamar dengan sedikit lamunan kecil, andaikan waktu bisa diputar kembali ke masa lalu, maka dia akan berupaya untuk tidak pergi ke Jakarta bersama ibu dan adiknya hanya demi mencari sang ayah, Selain itu, dia tidak ingin bertemu dengan Zaviya jika akan berakhir seperti ini.

Pandangan yang perlahan tampak samar, membuat Aksa memejamkan kedua mata. Ia tertidur pulas dalam bayang-bayang kekasih dan ibunya, keringat dingin telah membasahi sekujur tubuh lelaki itu lalu terbangun dengan kondisi yang setengah sadar. Napas berembus kasar, jantung pun berdegup sangat kencang, bahkan keringat tidak berhenti mengalir dari keningnya.

"Bu, ibu!" jerit Aksa, tampak ketakutan.

Suara ketukan dari pintu lagi-lagi mengacaukan pikirannya, suasana tegang di dalam kamar pun berubah menjadi berisik akibat kedatangan Aggra. "K-ke-kenapa?" tanya Aksa, gagap.

Aggra memukul-mukul perutnya yang buncit sebagai pertanda jika lapar, sehingga Aksa pun menyisir pandangan ke arah jendela. Ternyata hari sudah pagi dan matahari sepertinya sudah terbit sejak tadi, sedangkan Aksa baru bangun usai bermimpi buruk. "Sebentar, ya, aku masak dulu." Buru-buru Aksa menuju dapur dan membuatkan sarapan untuk Aggra.

Selesainya mengurus sang adik, kini waktunya Aksa mempersiapkan diri untuk berangkat kerja. Namun, pada saat akan memasukkan Apple ibook ke tas, ia justru teringat jika belum menyelesaikan tugasnya karena semalam ketiduran.

Entah bagaimana nasibnya hari ini, Aksa tetap akan bertanggung jawab atas kesalahannya. Ia mengunci Aggra dari luar yang sedang menikmati sarapan di meja makan, lalu mengemudikan sepeda motornya untuk menuju ke tempat kerja.

"Aksa, kenapa folder di bagian arsip masih kosong? Apa kemarin kamu tidak mengerjakan tugas dari saya?" tanya pria tua, yang langsung menghadang langkah Aksa usai tiba di perpustakaan.

"Maaf, Pak, saya baru membuat dokumen baru untuk buku-buku yang ...."

Pria tua itu memotong perkataan Aksa sambil berkacak pinggang. "Jadi semalaman kamu lembur di sini cuman membuat dokumen baru? Apa kamu lupa jika hari ini pimpinan dari dinas pendidikan akan datang ke perpustakaan kita!"

"Saya tidak lupa, Pak, karena semalam sudah sangat larut jadi saya berinisiatif untuk mengerjakan tugas itu di rumah saja," sanggah Aksa, gemetar.

"Sudahlah, jangan mengelak lagi! Kamu sudah membuat masalah dan sekarang justru melalaikan tugas dari saya."

"Sepertinya kamu sedang ada masalah, jadi sebaiknya kamu mengambil cuti saja selama satu minggu," lanjutnya, telah membuat Aksa bingung.

"Kenapa lama sekali, Pak, cutinya?"

"Bukannya itu cukup? Supaya pikiran kamu lebih jernih dan bisa berkonsentrasi lagi saat bekerja nanti," jawabnya, telak.

"Pak, tapi ...." Aksa berusaha untuk menolak permintaan dari atasannya itu.

"Cuti kamu dimulai hari ini, jadi silakan pergi," usir pria tua itu, seakan sudah tidak membutuhkan Aksa lagi. Padahal, selama ini ia yang paling unggul dibandingkan dengan rekan lainnya, tetapi hal itu tidak bertahan lama meski Aksa sudah berusaha melakukan yang terbaik.

Seluruh usaha telah sirna begitu saja hanya karena Aksa kembali membuat kesalahan, tetapi bagaimanapun ia tidak akan lari dari tanggung jawab. Mungkin, saran dari atasannya itu benar jika Aksa membutuhkan waktu untuk memulihkan pikirannya yang kian berantakan, dan saat pulang Aksa justru melihat pintu rumahnya terbuka lebar, dengan langkah tergesa-gesa ia berjalan masuk usai mengingat jika Aggra berada di dalam sana seorang diri.

"Aggra!"

🥀🥀

hai, jangan lupa untuk vote, komentar dan share yaa? Thank you sudah mampir dan membaca cerita ini, semoga kalian suka! See u ><

Support me 🤍

INEFFABLE [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang