🥀 [ 29 ]

3 1 0
                                    

MASA LALU ITU SEBAGIAN DARI PERJALANAN YANG TIDAK HARUS DILUPAKAN

Aksa mulai menyadari bahwa Disa tidak benar-benar menangis, lantaran perempuan itu tidak meneteskan air mata sama sekali. Ia pun mengambil kotak makan yang sudah dipersiapkan olehnya, kemudian beranjak pergi tanpa berkata apa pun.

Tatapan perempuan itu tampak kosong, seperti sedang melamunkan sesuatu. Dia bahkan tidak peduli dengan perasaanku, batinnya, murung.

Lamunan itu pun hilang dalam seketika usai lelaki bertubuh gempal memanggil namanya, bergegas mereka pergi meninggalkan rumah untuk menuju ke klinik, tempatnya bekerja. “Aggra, selama aku bekerja kamu bisa bermain di sana, ya,” pesannya, tanpa berlama-lama Aggra langsung menuju ke taman bermain.

Sementara itu, Disa memasuki ruangannya untuk mulai bekerja. Seorang perempuan berambut sebahu tiba-tiba datang menghampiri, lalu meletakkan beberapa formulir pendaftaran pasien di atas meja. “Dokter Disa, hari ini cuman ada tiga pasien.”

“Baguslah, jadi hari ini aku bisa pulang lebih awal,” kata Disa, mengulas senyuman.

Perempuan dengan seragam perawat itu pun melontarkan pertanyaan sebab Disa tampak begitu senang usai mengetahui kabar tersebut, sehingga ia memberitahu perihal rencananya yang akan pergi ke suatu tempat sepulang bekerja. Kemudian, Disa memeriksa satu persatu pasien yang datang hingga ia dapat menyelesaikan setiap keluhan dari mereka.

Disa melepas jas putih miliknya lalu menghampiri Aggra yang tampak asyik bermain seorang diri di sana, keduanya berlalu pergi untuk menuju ke tempat yang sudah Disa rencanakan itu. “Apakah kamu sudah lapar?” tanyanya, saat mulai mengemudi.

Aggra tetap diam dan tidak menepuk perutnya yang biasa ia gunakan sebagai tanda jika sedang merasa lapar, padahal Disa berniat untuk mengajak lelaki itu makan siang sebelum bertemu dengan Aksa. Namun, karena Aggra belum lapar akhirnya Disa memutuskan pergi ke tempat yang semula menjadi rencananya.

Lelaki bertubuh gempal itu tampak girang, dan mulai bertepuk tangan usai Disa menghentikan kendaraan di depan gedung bertingkat. Pada saat mereka berdua masuk ke sana, raut wajah Aggra berubah dalam seketika. Mungkin, dia berpikir jika tempat tersebut merupakan tempat bermain sehingga merasa senang, tetapi tempat yang keduanya kunjungi itu ialah perpustakaan daerah.

“Kak Aksa,” panggil Disa, menghampiri seorang lelaki yang tengah meletakkan buku-buku baru di rak.

Pemilik nama itu pun menengok ke belakang. “Kamu sedang apa disini? Dan, bawa Aggra juga?”

“Kejutan! Aku sengaja datang kesini sama Aggra tanpa memberitahumu lebih dulu, karena ingin ....”

Aksa langsung memotong ucapannya. “Ingin mengganggu pekerjaanku?”

“Apa yang kamu pikirkan itu sama sekali tidak benar, Kak, karena tujuanku membawa Aggra kesini untuk mengajarkan dia membaca dan menulis.” Namun, Aksa justru menentang perkataan Disa barusan jika semua itu dapat dilakukan di rumah, sehingga Disa tidak perlu mengajak Aggra untuk kesana.

Disa bersedekap di hadapan Aksa, lantas menaikkan kedua alisnya. “Ini perpustakaan, artinya disini menyimpan banyak jenis buku untuk dibaca. Jadi apa salahnya jika aku datang bersama Aggra, dan ingin mengajarinya membaca?”

“Terserah kamu saja, tapi kalau sampai Aggra berbuat ulah dan mengacaukan semua yang ada disini maka ... kamu orang pertama yang harus bertanggung jawab atas kesalahannya,” tandas Aksa, yang sudah tidak sudi mendengar penjelasan dari perempuan itu.

“Oh, jadi tanggung jawab Aggra sekarang sudah berpindah kepadaku? Padahal satu hari yang lalu, ada laki-laki yang bilang kalau Aggra itu masih menjadi tanggung jawabnya.”

INEFFABLE [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang