Duecentodiciasette

2 0 0
                                    

Meskipun mereka berdua tidur jam setengah sebelas malam , setelah dengan serunya berkumpul dan mengobrol dengan keluarganya , rupanya natasha masih bisa bangun pagi , seakan – akan dibadannya ini sudah tertanam alarm otomatis . seperti hari ini saja , begitu jarum pendek di jam dindingnya meunjukkan angka setengah enam pagi , si calon mama ini pun sudah bangun dari tidurnya . kendati samar – samar , si anak tunggal ini tetap bisa dirga yang masih saja terlelap tidur , perempuan ini pun memaklumi dan tidak berniat untuk membangunkan dirga .

Sambil meregangkan otot – otot lengan , bahu dan punggungnya , natasha berjalan menjauhi ranjang tidur dan berjalan menuju kamar mandi yang berada di sebelah kiri televisinya ini . walau sudah lama kosong , tapi kamar mandi pribadinya ini masih terlihat sangat bersih , bahkan saking bersihnya , tidak ada satu pun debu atau titik – titik air yang menempel , dalam hatinya , dia yakin pasti mamanya yang membersihkan kamar mandinya ini , meski dia tidak pernah meminta beliau membersihkannya .

Tidak sampai setengah jam , natasha sudah selesai melakukan morning – skincare routine dan keluar dari kamar mandi . bermodal cahaya lampu neon LED putih yang tertanam didalam plafon , si calon mama ini membawa kedua kakinya kearah pintu utama kamarnya , baru saja dirinya akan membuka pintu , tiba – tiba saja dirinya melihat dirga yang masih tertidur pulas , setelah sempat membenahi selimut yang sebelum benar – benar keluar kamar untuk menyiapkan sarapan bersama nenek dan mamanya . dia yakin kalau kedua wanita yang sudah membesarkannya itu pasti sudah bangun dan sibuk didapur .

Belum ada delapan langkah natasha setelah menutup pintu kamarnya , samar – samar telinganya sudah mendengar suara pintu dibuka dan ditutup dari arah lantai bawah , atau lebih tepatnya dari arah dapur . seakan sudah tahu siapa yang membuka dan menutup pintu dapur , natasha pun tersenyum tipis dan menuruni satu persatu undakan tangga linear ini . perlahan kedua bibir si anak tunggal ini semakin terangkat ketika tahu firasatnya ternyata benar , karena dia melihat mama dan neneknya sudah sibuk memasak .

" pagi mama , pagi nenek " seiringan dengan dirinya yang membuka dan menutup pintu , natasha menyapa mama dan neneknya ini , bersamaan dengan itu , baik mama maupun neneknya kompak saja menoleh dan langsung membalas sapaannya . meskipun kedua tangan si mama ini terulur karena dipenuhi dengan sisa – sisa adonan campuran tahu dan daging giling yang sudah diberi bumbu dan telur

" pagi bumil gemas , kok udah bangun sha ? tidur aja lagi gak apa – apa , lagian sarapan juga belom kelar sha " tukas mamanya ini sambil memeluk dirinya , biarpun beliau juga sedang sibuk memasak , tapi tetap saja bisa menyempatkan diri untuk memeluk anak perempuan satu – satunya ini , alih – alih langsung kembali ke kamarnya , natasha justru memilih ikut terlibat dalam kegiatan memasak sarapan pagi ini .

" kalo udah bangun , mana bisa tidur lagi ma , mendingan ikut masak sarapan pagi barengan mama sama nenek " seloroh natasha sambil mengambil alih kegiatan memasak nasi goreng , sementara neneknya ini beralih membuat kopi dan teh panas untuk sarapan ini , selain membuat teh dan kopi , nenek juga mengupaskan buah mangga dan nanas untuk didinginkan .

Ketika jam dinding sudah menunjukkan angka delapan pagi , satu persatu masakan yang sudah mereka masak seperti nasi goreng sawi putih , tempura tahu , telur mata sapi , kopi dan teh panas sudah tertata rapi diatas meja makan yang tidak jauh dari ruangan dapur ini , setelah menutup makanan dan minuman ini dengan tutupan makanan , ketiga wanita beda generasi ini segera saja kembali ke kamar masing – masing untuk mandi dan bersiap – siap , terutama mamanya yang masih akan pergi kerumah sakit untuk bekerja .

Lima belas menit kemudian , bersamaan dengan satu demi satu penghuni rumah ini pun kembali keluar dari kamar masing – masing dan memasuki dapur , wangi sabun dan sampo yang bercampur dengan wangi parfum mulai menyebar ke seluruh penjuru lantai satu di rumah ini . hanya berselang beberapa detik setelah semuanya berkumpul disini , kegiatan sarapan pagi langsung dimulai , ditemani obrolan yang hangat dan lucu , mereka semua dengan cepat larut dalam kegiatan sarapan pagi ini

" ini sha , susunya diminum dulu sha " baru saja natasha akan beranjak dari kursinya , si mama sudah keburu mengulurkan segelas susu hamil yang memang sudah beliau beli kemarin , seakan – akan tahu kalau anaknya akan mampir ke bandung sebelum kembali ke jakarta , si anak tunggal ini pun kembali menduduki kursinya dan menenggak habis susu yang entah sejak kapan dibuatkan oleh mamanya ini .

Hanya berselang setengah jam , baik mama maupun papanya segera berpamitan berangkat ke tempat bekerja masing – masing . sementara itu , natasha pun memutuskan untuk membuka semua jendela yang ada disamping kanan dan kiri pintu rumahnya ini agar udara pagi khas bandung dan cahaya matahari bisa masuk kedalam rumah . sedangkan nenek masih berada didapur dan sibuk melakukan sesuatu , tepat saat natasha baru saja akan menyalakan televisi , tiba – tiba saja nenek memanggilnya untuk mendatanginya ke dapur

" kenapa nek ? " dengan nada heran yang terdengar jelas , natasha menyahuti panggilan neneknya dan mendatanginya ke dapur , seolah bisa melihat keberadaan cucunya ini , si nenek yang sedang menata dua mangkok keramik berukuran sedang ini , segera meminta natasha untuk mengambil dan memakai sehelai kain jarit yang berukuran cukup panjang , tanpa pakaian dalam sehelai pun ,

Meski dengan kening yang berkerut menandakan keheranan , tapi si anak tunggal ini tetap saja menuruti perkataan neneknya . sembari menerka maksud neneknya ini , natasha pun menaiki tangga dan pergi kekamarnya . setibanya dirinya dikamar lamanya , kedua sudut bibirnya refleks terangkat saat mendapati dirga sedang sibuk mengerjakan pekerjaan kantrornya , disaat dirga sibuk berkutat dengan laptopnya , natasha melepaskan pakaiannya ini dan membalut badannya dengan kain jarit miliknya ini .

Saking terlalu fokus membalut badannya dengan kain jarit , si calon mama ini sama sekali tidak sadar kalau dirga bisa melihatnya melalui pantulan layar laptopnya , kendati terlihat samar – samar , tapi tetap bisa membuat laki – laki ini langsung salah fokus , sigap saja dirga menolehkan kepalanya kearah belakang dan mendapati pemandangan istrinya hanya berbalut kain jarit . baru saja natasha akan keluar lagi dari kamar , refleks saja si CEO perusahaan The HM Group ini menahan tangan kiri istrinya ini , sadar kalau tangan kirinya ditahan , natasha pun refleks saja menolehkan kepalanya dan menatap dirga bingung

" kok pake kain jarit ? emang mau kemana yang ? " tanya dirga dengan ekspresi heran yang terbaca jelas diwajahnya ,

" gak mau kemana – mana kok yang , si nenek suruh aku pake kain jarit " masih dengan kebingungan yang sama , natasha menjawab pertanyaan suaminya ini , otomatis saja kening dirga berkerut – kerut setelah mendengar jawaban istrinya ini .

Baru saja dirga ingin bertanya lebih lanjut , samar – samar terdengar suara nenek memanggil natasha , dengan rasa penasaran yang mulai tumbuh , dirga pun menguraikan genggaman tangannya dari tangan natasha dan membiarkan istrinya ini ini keluar dari kamar hanya dalam balutan kain jarit . bersamaan dengan dirga yang kembali fokus mengerjakan pekerjaan kantornya ini . setibanya diruang tengah pertama , kedua netra natasha langsung melihat keberadaan kasur lipat dan beberapa mangkuk berisi lulur buatan si nenek . 


Imperfettamente PerfettoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang