Bab 1: Pertemuan Tak TerdugaAlya melangkah ceria di trotoar yang dipenuhi pepohonan rindang. Hari itu rasanya sempurna; matahari sore memancarkan cahaya keemasan yang bikin suasana semakin manis. Dia mengenakan gaun floral berwarna cerah, rambutnya tergerai cantik, dan senyumnya selalu siap menyapa siapa pun yang berpapasan.
"Cinta sejati tuh cuma ada di dongeng," pikirnya, sambil menyimpan buku cerita favoritnya ke dalam tas. Sudah lama Alya pengen banget ngerasain cinta yang manis kayak di novel-novel romantis. Dia yakin cinta itu ada, meskipun sering kali dia nggak liat di dunia nyata. Di mata Alya, cinta sejati adalah hal yang indah dan ajaib, kayak yang diceritain di dongeng. Tapi, ternyata takdir punya rencana yang beda buat dia.
Saat Alya masuk ke kafe kecil di sudut jalan, aroma kopi yang menggoda dan suara riuh pengunjung langsung nyambutnya. Kafe itu adalah tempat favoritnya buat santai dan baca. Dia sapa pelayan dengan senyuman lebar dan pesan cappuccino kesukaannya. Setelah pesanan datang, dia cari tempat duduk di dekat jendela, menikmati pemandangan di luar.
Sambil nunggu pesanan, Alya buka buku dan mulai baca. Cerita di dalamnya bikin imajinasinya melayang jauh, jauh dari kenyataan. Dalam dunia khayalnya, dia adalah putri yang nunggu pangeran tampan buat nyelamatin dia. Dia senyum sendiri, bayangin gimana kalau ada pangeran yang datang dan bikin hidupnya lebih berwarna.
Tapi, suasana kafe tiba-tiba berubah. Pintu kafe terbuka dengan keras, dan semua orang langsung melirik ke arah pintu. Seorang pria masuk, dan seketika ruangan itu kayak berubah. Raka, cowok berpenampilan rapi dengan tatapan tajam dan aura dingin, bikin semua orang di sekitarnya terdiam sejenak. Dari sudut matanya, Alya bisa merasakan kalau cowok ini nggak suka diganggu.
Raka punya postur tubuh yang tinggi dan atletis, rambut hitamnya sedikit berantakan. Dia pakai jaket kulit yang bikin dia keliatan misterius dan sedikit menakutkan. Alya ngerasakan ketegangan di udara saat dia ngeliat Raka. Dia kayak orang yang terbiasa sendiri, nggak peduli sama lingkungan di sekitarnya.
"Siapa dia?" pikir Alya, penasaran banget sama sosok misterius itu. Dia berusaha ngelupain rasa ingin tahunya, tapi makin lama, rasa penasaran itu makin membara. Raka jalan ke kasir dengan langkah mantap, seolah nggak peduli sama semua pandangan yang tertuju padanya. Alya berusaha ngalihin pandangan, tapi ketertarikan itu sulit banget diabaikan.
Waktu Raka nunggu pesanan, Alya terus nyuri pandang. Ada sesuatu di cara dia berdiri dan cara dia ngomong sama pelayan yang bikin Alya pengen tau lebih. Ketika pesanan Raka tiba, dia berbalik dan mau pergi. Alya ngerasa detak jantungnya makin cepat pas Raka berpapasan sama dia.
"Maaf," kata Raka dengan nada datar, seolah nggak mau ngobrol lebih jauh. Alya ngerasain aliran dingin saat tangan mereka nyentuh sekilas.
Alya berusaha senyum, berharap bisa bikin Raka meliriknya lagi. "Nggak apa-apa. Kamu sering ke sini?" tanyanya, berusaha terdengar santai.
Raka cuma angkat bahu. "Kadang-kadang." Tanpa bilang apa-apa lagi, dia pergi ke meja lain di sudut kafe, kayak pengen menghindari interaksi lebih lanjut.
Alya ngerasa kecewa. Dia berharap bisa kenal Raka lebih baik, tapi cowok itu terlihat sangat tertutup. Meski gitu, ketertarikan Alya nggak hilang. Dia merasa kayak ada sesuatu yang lebih dalam dari diri Raka, meskipun penampilannya dingin dan susah didekati.
Hari-hari berikutnya, Alya tetap datang ke kafe, berharap bisa liat Raka lagi. Setiap kali dia datang, Alya selalu nunggu momen saat bisa ketemu Raka, meski interaksi mereka singkat. Terkadang dia liat Raka duduk sendirian di sudut kafe, memandang ke luar jendela dengan tatapan kosong. Alya ngerasa hatinya tergerak, pengen tau lebih banyak tentang pria yang bikin dia penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twilight whisper
RandomAlya, seorang gadis ceria dengan semangat yang tinggi, selalu percaya bahwa cinta sejati hanya ada di dongeng. Namun, semua berubah ketika dia bertemu dengan Raka, seorang pria dingin dan tertutup yang tak pernah menunjukkan perasaannya pada siapa p...