Bab 40: Menyongsong Cahaya Baru
Malam itu, setelah festival seni berakhir, Alya dan Raka pulang dengan rasa lega yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Mereka telah melalui banyak cobaan, tetapi malam itu memberi mereka harapan baru. Sambil berjalan di trotoar yang diterangi lampu jalan, Alya menggenggam tangan Raka, berusaha menyalurkan semua kebahagiaan yang mereka rasakan.
"Aku tidak percaya kita bisa melaluinya," kata Alya dengan suara ceria. "Rasanya seperti kita telah mengangkat beban berat dari bahu kita."
Raka mengangguk setuju. "Itu semua karena kita saling mendukung. Tidak peduli apa pun yang Mira lakukan, kita akan selalu bersama."
Saat mereka berjalan, Alya merenungkan semua yang telah terjadi. Perjuangan, persahabatan, dan cinta yang mereka bagi telah mengubah cara pandangnya tentang banyak hal. Dia menyadari bahwa meskipun ada banyak kegelapan di sekeliling mereka, selalu ada cahaya yang menunggu untuk ditemukan.
Ketika mereka tiba di depan rumah Alya, dia merasakan kecemasan yang datang kembali. "Aku harus berbicara dengan orang tuaku tentang semua ini," ucapnya pelan. Raka mengangguk, merasakan beban di hati Alya. Dia tahu bahwa pembicaraan itu tidak akan mudah.
"Jika kamu butuh aku, aku di sini," kata Raka, memberikan dukungan yang Alya perlukan.
Alya menghela napas dalam-dalam sebelum membuka pintu. Dalam hatinya, dia tahu bahwa kebenaran harus diungkapkan, tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk keluarganya.
Di dalam rumah, suasana tampak tenang. Ibunya sedang duduk di ruang tamu, membaca buku, sedangkan ayahnya sedang menonton berita di televisi. Alya merasakan jantungnya berdebar ketika dia mendekati mereka.
"Bu, Ayah, bisa bicara sebentar?" tanyanya, suaranya sedikit bergetar.
Ibunya menatapnya, lalu menutup bukunya. "Tentu, ada apa sayang?"
Alya mengambil napas dalam-dalam dan duduk di samping ibunya. "Ada yang ingin aku ceritakan tentang festival tadi malam."
Akhirnya, Alya menceritakan semua yang terjadi dengan Mira, bagaimana dia berusaha menjatuhkannya, dan bagaimana Raka bersamanya untuk melawan semua kebohongan. Dia juga menjelaskan bagaimana perasaannya selama ini, terutama tentang tekanan yang dirasakannya dari orang tuanya.
Ketika Alya menyelesaikan ceritanya, dia melihat ibunya terdiam, merenungkan apa yang baru saja didengar. "Alya, kami tidak tahu apa yang kau alami," ucap ibunya dengan suara lembut. "Kami hanya ingin yang terbaik untukmu."
Ayahnya mengangguk. "Kami seharusnya mendengarkanmu lebih baik. Kami akan berusaha lebih baik untuk mendukungmu."
Alya merasakan air mata mulai menggenang di matanya. "Aku hanya ingin diperhatikan, Bu. Aku butuh kalian, bukan hanya untuk nilai dan prestasi, tetapi untuk diriku sebagai orang."
Ibunya meraih tangan Alya, memeluknya erat. "Kami berjanji akan berusaha lebih baik. Kami akan mendukungmu, tidak peduli keputusan apa yang kau ambil."
Alya merasa beban yang berat terangkat. Diskusi itu memberi harapan baru dalam hubungan mereka. "Terima kasih, Bu. Aku benar-benar merasa lebih baik sekarang."
Setelah berbincang dengan orang tuanya, Alya merasa lebih ringan dan bersemangat. Dia tahu bahwa perjalanan ke depan masih panjang, tetapi setidaknya dia memiliki dukungan dari orang-orang terkasih.
Hari-hari berlalu, dan Alya mulai fokus pada hal-hal yang membuatnya bahagia. Dia melanjutkan studinya dan lebih aktif dalam kegiatan seni di sekolah. Bersama Raka, mereka memutuskan untuk mendirikan kelompok seni di sekolah, di mana siswa dapat mengekspresikan diri mereka tanpa takut akan penilaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twilight whisper
RandomAlya, seorang gadis ceria dengan semangat yang tinggi, selalu percaya bahwa cinta sejati hanya ada di dongeng. Namun, semua berubah ketika dia bertemu dengan Raka, seorang pria dingin dan tertutup yang tak pernah menunjukkan perasaannya pada siapa p...