bab 37

1 0 0
                                    

Bab 37: Pertarungan untuk Cinta

Hari-hari berlalu, dan meskipun Alya dan Raka berusaha membangun kembali hubungan mereka, bayang-bayang Mira terus menghantui mereka. Di sekolah, Mira selalu berusaha untuk muncul di setiap kesempatan yang ada, tampak lebih bertekad untuk merebut perhatian Raka. Setiap kali Alya melihat mereka berbicara, hatinya serasa teriris. Namun, dia bertekad untuk tidak membiarkan rasa cemburu menguasai dirinya.

Suatu sore, saat Alya dan Raka berjalan di taman, mereka tidak sengaja bertemu dengan Mira yang duduk di bangku. Dia terlihat santai, seolah tidak ada yang terjadi. Alya merasa perasaannya bergejolak, tetapi dia mencoba untuk tidak menunjukkan emosi di wajahnya.

"Raka, Alya! Kalian datang ke sini juga?" tanya Mira dengan nada manis, tetapi senyumnya terasa palsu.

"Aku hanya sedang berjalan-jalan," jawab Raka, sedikit ragu.

Alya merasa tidak nyaman dan memutuskan untuk bicara. "Kami hanya ingin menikmati waktu bersama. Jadi, mungkin kau bisa pergi dan memberi kami sedikit ruang?"

Mira mengangkat alisnya, tampak terkejut dengan keberanian Alya. "Oh, maaf. Aku hanya ingin mengobrol sedikit dengan Raka. Tentu saja, aku tidak ingin mengganggu kalian."

Alya menggigit bibirnya, berusaha menahan kemarahan. "Ya, tapi kami tidak ingin ada drama di sini, Mira."

Raka terlihat cemas dan berusaha menengahi. "Alya, mungkin kita bisa mendengarkan apa yang Mira katakan. Dia juga teman kita."

"Teman? Atau pesaing?" Alya menggeram, tidak bisa menyembunyikan nada sinis dalam suaranya.

"Cukup, Alya!" Raka membentak, suaranya keras. "Kita semua harus dewasa di sini. Mira, apa yang ingin kau bicarakan?"

Mira tampak senang melihat pertengkaran itu. "Aku hanya ingin memberitahumu bahwa aku akan mengadakan pameran seni akhir pekan ini. Aku berharap kau bisa datang, Raka. Itu akan menyenangkan jika kita bisa melihat seni bersama."

Alya merasakan darahnya mendidih. "Mengapa kau tidak bertanya pada orang lain? Kenapa selalu Raka?" tanyanya dengan ketidakpuasan yang jelas.

Raka menatap Alya dengan tegas. "Alya, tolong. Kita tidak perlu memperkeruh suasana. Aku akan mempertimbangkan untuk datang."

"Bagus," jawab Mira, senyumnya tidak lepas. "Aku akan menyiapkan tempat yang istimewa untukmu."

Setelah Mira pergi, Alya merasa kemarahan yang tidak bisa dia kontrol. "Aku tidak ingin kau pergi ke pameran itu," ucapnya, berusaha menahan air mata.

"Kenapa kau bisa bilang begitu? Aku hanya ingin mendukung teman," jawab Raka, suaranya lembut tetapi penuh kebingungan.

"Teman? Atau mantan kekasih?" Alya melotot, tidak bisa mengendalikan emosinya.

Raka menggelengkan kepala. "Alya, tolong. Kita sudah membahas ini. Mira adalah masa lalu. Aku tidak ingin terlibat dengan dia lagi."

"Kalau begitu, kenapa kau tidak bisa dengan tegas menolak tawarannya? Kenapa selalu ada keraguan dalam sikapmu?" tanya Alya, suaranya nyaring.

Raka menghela napas, mencoba untuk menenangkan situasi. "Aku tidak ingin membuat masalah. Kita perlu fokus pada hubungan kita, bukan pada masa lalu."

Alya merasakan dadanya bergetar. "Tapi aku tidak bisa hanya duduk dan melihatnya berusaha merebutmu. Itu sangat menyakitkan!"

Raka mendekat dan memegang tangan Alya. "Kita akan melalui ini bersama. Aku berjanji akan lebih memperhatikan perasaanmu."

Malam itu, Alya merenung di tempat tidurnya. Dia merasa bingung antara keinginan untuk mempercayai Raka dan ketakutannya akan kehilangan. Dia tahu dia harus berbicara dengan Raka, tetapi seberapa jauh dia harus bertahan?

Twilight whisperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang