bab 19

1 0 0
                                    


Bab 19: Menyusun Kembali Harapan

Alya tidak pernah merasa semangat seperti itu sebelumnya. Setelah percakapan yang menyentuh hati dengan Raka, dia merasa memiliki harapan baru. Sejak pagi hari, dia bersiap untuk menghadapi hari-harinya dengan semangat yang lebih. Di kelas, dia berusaha untuk tidak terpaku pada kekhawatiran yang sebelumnya membebani pikirannya.

Di sela-sela kuliah, dia dan Rani sering berbincang. Rani yang selalu ceria dan penuh energi memberi dorongan yang Alya butuhkan. "Alya, kamu harus terus berjuang! Raka itu orang yang baik. Kalau dia benar-benar mencintaimu, dia pasti akan mengerti," Rani berkata saat mereka sedang beristirahat di kantin.

"Iya, Rani. Aku sudah bilang ke Raka, kita akan mencoba untuk mulai dari awal. Tapi aku juga harus siap kalau semuanya tidak berjalan seperti yang aku harapkan," Alya menjawab dengan sedikit ragu.

Rani memandang Alya dengan tatapan penuh keyakinan. "Percayalah, Alya. Hubungan yang kuat dibangun dari kejujuran dan komunikasi. Jangan pernah takut untuk mengungkapkan perasaanmu," Rani menambahkan.

Alya mengangguk. Dia tahu Rani benar, tetapi ketakutannya masih ada. Dia berusaha untuk tidak terlalu mengkhawatirkan masa depan, tetapi sulit untuk tidak memikirkan semua kemungkinan yang bisa terjadi. "Aku hanya berharap bisa memperbaiki semuanya," ucap Alya dengan harapan.

Ketika perkuliahan berakhir, Alya langsung menuju tempat parkir sepeda motornya. Hari itu terasa lebih cerah, dan dia berencana untuk menghabiskan waktu di pantai setelah kuliah. Pantai adalah tempat yang selalu memberinya ketenangan dan kebahagiaan.

Sesampainya di pantai, angin laut menyapu lembut wajahnya. Dia duduk di tepi pasir, membiarkan gelombang ombak yang menghantam pantai menghapus sebagian dari beban yang dia rasakan. Alya merenung, berusaha untuk memikirkan cara terbaik untuk menghadapi hubungan dengan Raka.

"Kalau aku bisa memahami masa lalu Raka, mungkin aku bisa membantu dia melepas beban itu," pikirnya. "Aku perlu mendengarkan cerita Raka tentang Lani, dan memahami mengapa itu masih memengaruhi dia."

Saat itu, dia melihat sekelompok anak muda bermain voli pantai. Tawa dan sorakan mereka membangkitkan semangatnya. Tanpa sadar, Alya tersenyum melihat keceriaan mereka. Dia berharap bisa merasakan kebahagiaan yang sama. Setelah beberapa saat menonton, dia bangkit dan mulai berjalan di sepanjang pantai, menikmati keindahan alam di sekitarnya.

Keesokan harinya, Alya memutuskan untuk bertemu Raka di café. Dia merasa bersemangat dan ingin melanjutkan percakapan mereka sebelumnya. Dia ingin bertanya lebih banyak tentang Lani, untuk memahami apa yang membuat Raka merasa terjebak dalam kenangan itu.

Setelah memesan kopi, Alya duduk dan menunggu. Raka tiba tepat waktu, dan senyumnya yang khas membuat hatinya berdebar. "Hai, Alya! Kamu terlihat cerah hari ini," ucap Raka.

"Hai, Raka! Terima kasih. Aku ingin kita melanjutkan percakapan kita tentang... semua ini," jawab Alya, sedikit ragu.

"Ya, aku juga ingin itu," Raka mengatakan sambil mengatur posisi duduknya. "Kita bisa mulai dari mana?"

"Dari Lani. Aku ingin tahu lebih banyak tentang hubungan kalian. Kenapa kamu merasa masih terikat dengan masa lalu?" tanya Alya, berusaha untuk bersikap tenang.

Raka terdiam sejenak, seolah berpikir keras. "Lani adalah teman masa kecilku. Kami tumbuh bersama, dan ada banyak kenangan indah yang kami buat. Tapi, hubungan kami juga sangat rumit. Kami saling mencintai, tetapi itu tidak pernah mudah," jelasnya.

Alya mendengarkan dengan seksama. Dia ingin memahami apa yang membuat Raka begitu sulit untuk melepaskan Lani. "Apa yang membuatmu merasa terjebak?" tanyanya lagi.

Twilight whisperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang