Vote ya!!
"Darren jangan lari lari nanti jatoh!!" Tegas Aira saat melihat Darren berlari turun tangga menuju dapur.
"Ayo Mama cepat..! Katanya mau bikin kue" seru nya.
Mendengar itu Aira hanya bisa menggelengkan kepalanya karena ulah anak nya itu.
Sesampainya di dapur, mereka pun mulai mempersiapkan alat dan bahan bahan untuk membuat cookies.
Terlihat bahwa Darren berdiri di samping Aira menggunakan kursi agar ia bisa membantu mamanya itu memasak."Darren itu mentah jangan dimakan" ucap Aira dengan sedikit tertawa karna melihat Darren yang ingin memakan telur mentah.
Mendengar perkataan mamanya, ia pun memberhentikan aksinya itu. Saat itu juga Darren melihat sepiring chocochip dan juga marshmallow.
"Hm hm katanya mau bantuin bikin." gumam Aira saat melihat tingkah anaknya.
"Humm? Dalen cuma ngeliat mama."
Karna melihat wajah sedih anaknya, Aira segera mengambil piring kecil untuk di isi dengan sedikit chocochip dan marshmallow.
"Nih, dikit aja ya? Sisanya untuk bikin cookies." ucap Aira sambil memberikan piring itu ke Darren.
"Makasih mama." senangnya lalu mulai memakannya perlahan.
Aira pun segera mulai menakar tepung serta gula dan bahan lainnya.
Setelah itu ia mulai mengaduk rata adonan nya."Ha.. Hacchii..!" suara bersin Darren keluar.
Dan saat itu lah tepung yang ada di depan Darren berterbangan dan terlihat seperti asap.
Aira yang melihat itu sontak tertawa karena saat melihat wajah Darren, rupanya wajah anak itu dipenuhi oleh tepung.
"Hahaha.." gelak tawa Aira sampai memegangi perut karna tak tahan melihat wajah lucu Darren.
Mendengar tawaan mamanya, ia pun hanya bisa bingung. Batinnya kenapa mamanya itu tertawa karena dia bersin??
"Kenapa mama?" tanya Darren lalu sambil membersihkan tepung yang ada dibaju dan tangan nya.
Ia tidak sadar bahwa tepung itu juga mengenai wajahnya.
"Tidak ada apa apa kok sayang hehe." ucapnya lalu melanjutkan kegiatannya tadi sambil sedikit tertawa.
"Dalen aja mama." sentak Darren saat melihat mamanya ingin memasukkan Chocochips ke dalam adonan.
Aira pun memberikan sepiring chocochips ke Darren agar dia saja yang menuang ke dalam adonan.
"Sudah mama, sudah bole di mamam belum?" tanya nya dengan wajah bingung.
Dengan rasa masih ingin tertawa, ia menjawab bahwa ada beberapa langkah lagi baru cookies itu boleh dimakan.
"Lama ya ma? Lain kali dalen mau beli aja." keluhnya. "Tapi seru kan." balas Aira lalu mulai membentuk Cookies nya.
"Darren." ucap seseorang dari belakang mereka.
"Papa!" serunya saat melihat kearah belakang lalu ingin turun kursi dan ingin menyusul papanya itu.
Xavier yang baru melihat wajah anaknya itu sedikit kaget karena menurutnya seperti... tuyul??
"Papa kenapa? Mama dali tadi teltawa? Emang dalen ada salah?" tanya nya.
Xavier lalu melihat ke arah Aira dengan menaikkan salah satu alisnya seolah-olah bertanya.
Aira yang paham, sontak saja tangan nya memberi kode untuk dirinya diam dan tidak membongkar apa yang terjadi.
"Tidak ada." balas Xavier pada anaknya.
"Aneh." gumam anak itu.
"Bikin apa hm?" Xavier berusaha mengalihkan topik.
"Cookies, cuma belum jadi papa.. Kata mama sebentar lagi." balasnya dengan semangat lalu menarik papanya itu ke arah Aira berada.
'Ga gini juga pdkt nya.. Duh dasar bocil.' batin Aira saat melihat Xavier berada di hadapan nya.
"Sudah selesai?" tanya Xavier dengan santai.
"Nih tinggal oven." balas Aira sambil memperlihatkan Cookies nya yang belum matang.
"Bukannya kamu ga bisa masak?" tanya Xavier heran, karena setau nya Aira itu tidak pintar dalam hal memasak.
"Eee jadi ga boleh gitu aku belajar?" tanya Aira sedikit gugup.
'Mana ku tau Aira yang dulu ga pinter masak' lanjutnya dalam hati.
"Boleh saja, kalau begitu besok saya minta dimasakin oleh kamu." kata Xavier dan dibalas anggukan oleh Aira.
"Yeyy.. Besok mama macak." senang Darren saat mendengar ucapan papanya itu.
Xavier pun mengambil alih tempat cookies itu dari tangan Aira.
"Eh? Biar aku aja." ucap Aira berusaha mengambil nya kembali.
"Diam." Xavier pun segera memasukkan Cookies itu kedalam oven dengan baik.
"Papa pintel macak nda?" tanya Darren.
"Sedikit." balasnya lalu memperbaiki jas nya.
"Tumben pulang cepet?" ucap Aira sambil melepaskan apron.
"Suka suka saya, ini sudah hampir malam." Xavier sambil menatap Aira dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Mama, Dalen ga sabal ingin mamam." seru Darren dengan semangat.
"Darren bisa bantu papa?" tanya Xavier. Lalu ia menyuruh anaknya untuk menaruh jam tangannya ke kamarnya.
Darren pun hanya mengangguk dan menurutin perintah papanya itu.
Melihat anaknya sudah pergi dari dapur, Xavier lalu menarik tangan milik Aira agar berdekatan dengan nya."Anak saya tidak sabar ingin makan Cookies buatan kamu, kalau saya tidak sabar ingin memakan mu." Suara Xavier berubah, seperti menahan nafsu pada Aira.
Aira yang melihat wajah Xavier, sedikit takut. Jujur saja ia belum siap menerima Xavier sepenuhnya.
Xavier yang melihat wajah Aira yang takut, langsung saja ia mencium bibir Aira sambil melumatnnya.
Hmpp..
Ahh..
Desah Aira terdengar karena Xavier meremas bagian bokong nya itu.
"Saya suka desahan kamu" goda Xavier saat melepas ciuman nya.
Aira hanya bisa mendengar ucapan Xavier tanpa membalasnya karena ia masih mengatur nafasnya akibat ciuman tadi.
'Apa lagi kalau di ranjang' lanjutnya tepat di telinga Aira.
"Sayang aku izin keluar ya bentar" teriak Aurel dari ruang tamu
Bersambung..
Kalau ada typo atau kata yang salah tandain ya^-^
👀💘
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Aira [21+]
Teen Fiction"HUUAAA MAMA!! GW GA MAU DISINI APA LAGI JADI ISTRI KEDUA HIKS" Ucap Ara yang sudah menjadi Aira tokoh novel yang cukup menyedihkan. "Padahal gw maunyakan kesurga atau masuk ke novel yang banyak pria ganteng gitu." keluh Aira sambil merebahkan tubuh...