Rasa Bersalah

18 4 0
                                    

"imo,, samchon,, ayo kita duduk" ucap min ah menarik mereka untuk duduk, ahyeon melihat sang ponakan dan mengangguk mengikuti min ah. Sedangkan yanan masih terdiam di posisinya, ia masih melihat ke arah daram pergi dan menghilang.

Di luar kedai

"nona,, apa ingin digendong saja?" tanya amy yang melihat wajah pucat nonanya, daram hanya menggeleng dan tersenyum.

"gwenchana,,, ayo kita kembali ke penginapan" balas daram, namun seoertinya tubuh lemah ini tak bisa diajak kerja sama.

Pandangan daram mulai buram,

"nona daramssi" ucap seorang yang sangat ia kenal.

"jun,,, bisakah kamu membantuku?" tanya daram ke sumber suara itu, jun segera mendekat. Daram melihat siluet di depannya, tampak seperti tubuh seorang namja.

Ia tahu bahwa jun sudah mendekat,

"khamsamnida jun~a" ucap daram tulus. Ia pun tak bisa menahan kesadarannya lagi, pandangannya gelap.
.
.
.
.
.
.
.
.
Daram kehilangan kesadarannya,

Sedangkan situasi asli

Yanan langsung berlari mengikuti daram.

Yanan mendengar dan melihat semuanya bagaimana wanitanya begitu rapuh di depan matanya, ia mendekat dan berdiri di depan daram.

Di saksikan oleh amy, jun dan rombongan daram dan yanan. Daram kehilangan kesadaraannya, bersyukurnya tubuhnya tak jatuh ke tanah. Dengan sigap yanan menahan daram, ia memeluk pinggang daram dengan erat.

Setelah itu ia menggendong daram dalam pelukannya,

"mari kita kembali secepatnya kepenginapan dan salah satu dari kalian carilah seorang tabib sekitaran kota ini" tutur yanan kepada bawahannya. Yanan berjalan menuju penginapannya karena itu adalah tempat terdekat dari sini,

Setelah sampai di penginapan

Yanan langsung masuk ke kamarnya dan membaringkan daram dikasur.

"siapkan selimut dan ambilkan air di ember dan handuk kecil" titah yanan kepada bawahannya,

"mintalah kepada pemilik penginapan ini,,, cepatlah" lanjut yanan dengan nada sedikit meninggi akibat panik.

Bawahannya keluar dari ruangan, menyisakan yanan dan daram berdua di kamar.

Yanan hanya melihat daram, ia bingung. Nyawanya seperti menghilang, ini pertama kalinya ia melihat daram yang begitu rapuh dan ringkih.

"mianhae daram,, mianhae" ucap yanan parau kepada daram, tak lama setelah itu amy datang dengan selimut.

Yanan mempersilahkan amy masuk dan menyelimuti daram, bahkan kini yanan memberi ruang dengan mundur kearah bawah kaki daram.

Ia bahkan membantu amy menyelimuti daram, lalu setelah itu juga wadah berisi air dan handuk kecil telah dibawa oleh pemilik penginapan.

Yanan yang mengambil alih handuk itu dan menaruh kedalam air dalam wadah dan memerasnya, setelah itu ia menaruhnya di jidad daram.

"bagaimana dengan tabib? Sudah kalian temukan?" tanya yanan,

"kami sedang berusaha mencari tuan, ini adalah hari libur jadi agak sedikit memakan waktu" balas salah seorang pengawal.

"pecahlah kelompok beberapa, ikutlah mencari tabib. Bahkan bila perlu biaya tambahan tidak masalah asal cepat datang" balas yanan tanpa melihat sang pengawal ia hanya berfokus ke daram, pengawal mengerti dan pamit pergi mencari. Begitupun dengan amy yang ikut membantu,

"kumohon bertahanlah sebentar hmmm,,, jebal" ungkap yanan kepada daram.

Daram sepertinya mengalami ngigau, ia bahkan menangis dalam mimpinya.

Air mata keluar dari pelupuk mata daram, yanan mengelap air mata itu.

"bertahanlah,,tetaplah bersamaku,,, jebal" ucap yanan dengan nada parau dan pelan, ia sungguh tak suka melihat daram yang seperti ini.

Ini membuatnya gila, sakit, tidak jelas.

Bersambung

PanoramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang