Langit berwarna biru cerah. Mataharinya bersinar terang. Terlihat sekawanan burung terbang di atas kepala. Langkah kaki yang ringan pun dibawa melangkah di atas pasir yang melimpah. Ini pesisir laut Aghas.
Pandangan sejauh 10 meter dikerahkan. Manik keemasan terus memindai sekeliling. Berharap dapat menemukan sesuatu yang indah.
Namun laut Aghas sudah tidak sesuai dengan apa yang telah dideskripsikan di dalam buku 'Keindahan Laut Aghas'. Sekarang hamparan airnya hitam. Bukti bahwa sudah tidak ada lagi kehidupan di dalam laut itu. Bukti tentang sejarah kelam tentang keserakahan manusia.
Pangeran menggertakkan giginya. Merasa geram. Bagaimana bisa lautan yang membentang jauh ini tidak menyisakan apa-apa sama sekali? Keterlaluan.
Kaki jenjang terus dibawa melangkah. Butuh waktu sekitaran 30 menit untuk dirinya pergi ke goa yang dituju.
Jaraknya cukup jauh namun pada akhirnya pangeran berhasil tiba. Sedikit saliva ditelan gugup ketika maniknya menemukan pintu goa yang begitu suram. Benalu membentang di mana-mana. Beruntung sarung tangan akan tetap menjaga tangannya tetap bersih. Jadi pangeran mencoba berani untuk menyingkirkannya.
Ketika benalu sudah tidak terlalu mengganggu, pangeran akhirnya masuk ke dalam goa. Mendapati bahwa langit-langitnya penuh akan jaring laba-laba dengan suhu sekitar yang dingin dan agak lembab.
Pangeran pun mengikuti jalur dengan berani. Semakin jauh ia berjalan, semakin basah pula permukaan batu di bawah sepatunya. Sehingga ia meningkatkan kewaspadaan. Berhati-hati. Jika ia salah melangkah, maka hasilnya bisa sangat fatal.
Cahaya biru di ujung sedikit demi sedikit terlihat dan itu membangkitkan rasa semangat di jiwa pangeran.
Langkahnya pun dipercepat. Pangeran sudah tidak peduli lagi dengan jaring laba-laba yang tersisa. Untuk sekarang, tujuannya hanyalah cahaya itu.
Tersisa satu langkah. Pangeran akhirnya melompat. Membuat kakinya mendarat di tempat yang jauh lebih kering. Sangat berbeda dengan goa yang baru saja ia lewati.
Pangeran tidak bisa untuk tidak berkata, "Wow.." Karena takjub ketika pandangannya beredar. Di depannya ada satu air mancur di tengah-tengah genangan air. Menarik atensinya.
Pangeran mendekat. Melirik ke air di bawah kakinya dan berpikir jika airnya mungkin tidak dalam. Pun tanpa berpikir panjang lagi ia langsung meloncat masuk ke dalam genangan tersebut.
Saat menyentuh air, kedua kaki itu mencelos. Dugaannya salah besar. Ini bukanlah sebuah genangan cetek yang sama seperti kolam ikan di istana.
Ini lebih mirip seperti jebakan.
Airnya dalam, dan dingin.
Pangeran pun tercebur. Ia begitu syok sehingga tubuhnya tidak langsung bereaksi. Dengan lambat dan pasti, tubuhnya terus turun. Kedua mata membesar saat sesuatu yang berkilau berada di bawah tubuh mengambangnya.
Apa itu mutiara?
Pangeran mulai menggerakkan kaki dan tangannya. Dengan rasa penasarannya yang tinggi, ia mencoba mengamati. Semakin lama pandangannya menjadi semakin jelas.
Benar. Itu mutiara.
Mutiara itu seperti tidak tertebak berapa jumlahnya. Begitu banyak bagai kumpulan semut yang mengerubungi makanan. Sangat berhamburan.
Pangeran tidak bisa berlama-lama menatap benda berkilau itu, ia butuh oksigen. Bermaksud untuk memutar tubuh dan kembali ke atas, pangeran dibuat syok untuk yang kedua kalinya. Satu sosok bayangan menatap tajam ke arahnya. Sorot itu begitu tidak bersahabat. Lalu tanpa aba-aba melesat cepat ke arahnya.
Pangeran terhenyak sesaat.
Hampir saja ia kehilangan nyawanya...
Saat makhluk itu berputar, buru-buru pangeran menggerakkan tubuhnya. Berenang secara acak demi mengecoh makhluk yang sedang mengejarnya saat ini.
Berkali-kali pangeran merasakan sakit di beberapa bagian tubuhnya. Makhluk itu sangat cerdik, menyerangnya dengan batu karang berukuran segenggaman tangan.
Ini buruk. Ternyata makhluk itu punya alat untuk melawan dirinya.
Harapan pangeran menjadi tinggi, ketika kepalanya lebih dulu sampai ke permukaan, pangeran segera menghirup oksigen, mengumpulkan napas. Setelah itu menyeret tubuhnya ke bebatuan yang lumayan rata. Bersandar pada dinding goa--menjauhi air.
Untuk beberapa saat pangeran menaikkan tingkat kewaspadaannya. Merasakan betapa kuat jantungnya berdebar-debar. Terus menatap air yang bergetar.
Saat kepala itu menyembul sesuai perkiraan, pangeran menggeser tubuhnya lebih jauh lagi. Napasnya tersengal-sengal konstan.
Tanpa berkedip, manik keemasannya mengawasi pergerakan makhluk itu. Tidak lepas barang sedetikpun.
Dalam waktu yang singkat, makhluk itu berbalik badan. Manik biru sedalam lautan terukir di mata. Memberikan kesan yang tegas. Sedangkan wajahnya putih, agak pucat.
Benar-benar deskripsi yang sesuai dengan makhluk yang pangeran kagumi sejak kecil.
"Duyung???"
[ ••• ]
hyakudrarry, 2024.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Descendants - DRARRY
Fantasyonly harry who's falling in love here. tags: dmhp. m-preg. merman. (on going) --- by hyakudrarry 2024.