"Aku telah menduganya sejak lama. Ternyata laut itu memutuskan untuk mati juga..." Harry meletakkan lenteranya di sebelah sang pangeran. Menurunkan pandangan. "Rasanya sakit sekali mendengarnya."
Pangeran menyentuh punggung tangan itu. Suaranya penuh rasa penyesalan. "Maafkan aku karena tidak bisa mengubahnya kembali."
Harry menggeleng berkali-kali. Lalu bisa dilihat air matanya mulai menetes.
Pangeran tidak bisa berbuat apa-apa. Mau bagaimanapun juga hal yang telah terjadi tidak akan bisa diperbaiki. Kecuali jika rencananya berhasil nanti.
Maka, dengan rasa bersalah yang ia miliki, pangeran mengusap-usap surai sang duyung dan berniat untuk menemaninya sampai matahari terbenam.
[ ••• ]
Sesuai janji, pangeran bersungguh-sungguh menyulap goa minim cahaya ini menjadi tempat yang dipenuhi oleh banyak cahaya lentera. Mungkin ada sekitaran 20 lentera yang memenuhi sudut dan sisi, sedangkan 10 lentera lain digantung di atas dinding. Tidak membiarkan ada spot yang tidak terkena cahayanya.
Manik biru itu berbinar-binar. Pantulan lentera telah sampai pada bola matanya. Betapa senang hatinya karena ia tidak perlu lagi merasakan sepi di tempat ini. Jangkauan pandangan matanya sekarang juga jauh lebih luas karena cahaya mampu memperlihatkan segalanya. Ini semua berkat pangeran, keinginannya dikabulkan dengan mudah.
"Terima kasih banyak pangeran." Harry menundukkan kepalanya. Telapak tangan saling bersinggungan di atas tepi bebatuan. Berkali-kali mengucapkan kata terima kasih penuh rasa syukur. "Jika pangeran menginginkan sesuatu, pangeran bisa memintanya padaku. Sebisa mungkin, pasti aku akan memberikannya padamu."
"Aku tidak menginginkan apa-apa darimu." Jawab pangeran.
Harry mendongakkan kepalanya. Mengerjap polos. "Kau sungguh sangat berbeda dari manusia yang pernah ku temui sebelumnya, pangeran."
"Apakah begitu?"
"Eum!" Harry masih menatap lentera di tangannya dengan kagum seperti saat kemarin. " Kau begitu tulus..."
"Aku tidak?" Sanggah pangeran. Ia jelas jauh dari kata itu. "Omong-omong, apakah aku boleh masuk ke dalam air, Harry?"
"Pangeran tidak akan merusak tempat tinggalku, kan?" Tanya Harry was-was.
"Tidak, Harry. Aku hanya ingin memastikan sesuatu. Apa boleh?"
Harry mengangguk. "Silahkan, pangeran."
Setelah mendapatkan izin dari si duyung, pangeran langsung melepas blazer dan sepatu yang ia pakai. Menyisakan kemeja renda yang tipis dan hosenya saja.
Ujung kaki menyentuh air. Beradaptasi sebentar dengan suhu dinginnya. Ketika dirasa sudah siap, pangeran pun menceburkan dirinya dan menyatu di dalamnya.
Harry tersenyum. Dengan senang hati memimpin sang pangeran menuju dasar air.
Pangeran melihat satu karang besar, hingga tidak lama Harry duduk di sana. Berputar bebas di karang tersebut. Memperlihatkan ekornya yang panjang dan indah. Mengibaskannya dengan gemulai. Membuat pangeran segera mendekat dan menarik lengannya.
Mereka bertatapan cukup lama sampai pangeran mengikis jarak untuk memeluk pinggang sang duyung tanpa izin.
Terkejut, Harry pun tanpa sadar mendorong tubuh pangeran dengan seluruh kekuatannya.
Detik itu, air melesat sangat cepat. Tubuh pangeran berhasil terpental ke belakang. Sekejap punggung besarnya menyentuh tajamnya karang-karang di dinding. Merobek kemeja putihnya. Menimbulkan warna merah yang nyata. Lantas keningnya terlipat, merintih tertahan.
Tidak percaya dengan apa yang sudah ia lakukan barusan, buru-buru Harry menarik tangan pangeran dan membawa tubuh itu kembali ke atas. Susah payah mendorongnya keluar dari permukaan air.
Posisi pangeran kini tengkurap dengan kepala menoleh pada wajah Harry yang tampak sedih. Nyaris menangis.
"Maaf. Maafkan aku pangeran. Aku tidak bermaksud untuk mendorongmu seperti tadi... Tolong maafkan aku..."
"Tidak. Tidak. Seharusnya aku yang meminta maaf padamu, Harry." Tukas pangeran. Terbatuk-batuk. "Maafkan aku karena sudah menyentuhmu tanpa izin."
Harry menggeleng. Air menggenang di pelupuk mata, siap untuk dijatuhkan kapan saja. Melihat pakaian yang dikenakan oleh pangeran menjadi rusak dan ada darah yang keluar dari sana karenanya, ia merasa begitu bersalah.
Ia telah lalai dalam mengontrol kekuatannya.
"Sejujurnya aku hanya ingin memastikan apakah aku bisa berhubungan intim denganmu di dalam air atau tidak. Mengetahui bahwa tekanan di bawah sana sangatlah kuat, mungkin aku menebak hanya bisa bertahan untuk 1 atau 2 menit saja. Tidak bisa lebih dari itu." Pangeran menjelaskan. "Dan rasanya sulit untukku ejakulasi hanya dalam waktu sesingkat itu."
Harry tidak menduga penjelasan yang akan diberikan oleh pangeran adalah penjelasan mesum dan frontal yang menggelitik perutnya. Membuat seluruh wajahnya panas.
"Apakah kau memiliki sebuah saran agar aku bisa bertahan lebih lama di dalam air?"
Harry menarik tangannya. Pandangannya dialihkan pada lentera di sudut kiri. "Apa pangeran serius ingin melakukan itu denganku?"
"Tentu saja." Tanggapnya dengan tegas.
"Apa pangeran.. menyukaiku?"
"Aku menyukaimu."
Harry menatap lekat mata itu. Sama sekali tidak tersirat kebohongan di sana.
"Kalau begitu.. aku bisa membuat pangeran bertahan di dalam air." Jelas Harry.
"Boleh kau beritahu aku?"
"Saat pangeran ingin melakukannya, maka akan ku beri tahu saat itu juga." Harry membawa air ke atas luka yang ada di tubuh pangeran. Memunculkan buih-buih terang hingga tidak lama luka itu kembali menutup dan darahnya pun hilang.
[ ••• ]
hyakudrarry, 2024.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Descendants - DRARRY
Fantasionly harry who's falling in love here. tags: dmhp. m-preg. merman. (on going) --- by hyakudrarry 2024.