#5 FIND OUT

144 21 0
                                    

Duyung itu menggeleng cepat. Tentunya, ia menolak keras permintaan tersebut. Lagipula bagaimana itu mungkin? Ia bahkan bersumpah untuk tidak pergi ke sana karena ia tidak ingin perasaan dendamnya kian membesar.

Entah dendam kepada siapa.. ia tidak mengerti.

Awalnya, saat teror pertama terjadi. Keluarganya mengira bahwa ada harga yang harus dibayar mereka karena suatu hal. Entah mereka membuat kesalahan secara tidak sadar kepada keluarga kerajaan atau lainnya. Namun kemudian pada keesokan harinya, teror kedua muncul. Beberapa duyung mulai dipaksa untuk naik ke daratan dan dimasukkan ke dalam kapsul besar. Yang mana kapsul itu diletakkan di atas semacam gerobak kayu dan dibawa oleh seorang manusia berpakaian kumuh dan compang-camping.

Harry merasa ada sesuatu yang salah. Mereka yang datang tidak terlihat seperti seseorang yang berasal dari kerajaan. Pakaian mereka jauh berbeda dengan orang-orang yang diperkenalkan oleh Narci kepada keluarganya. Mereka semua ini berbeda.

Walaupun demikian, kedua orang tuanya masih mengira bahwa duyung yang dibawa akan dikembalikan kepada mereka lagi.

Sampai di teror terakhir, barulah orang tuanya percaya kalau orang-orang kerajaan telah menyalahgunakan kebaikan bangsa mereka. Titah penangkapan untuk semua duyung di laut Aghas yang datang membuat mereka semua kecewa.

Singkat cerita, setelah kejadian mengerikan yang menimpa seluruh keluarganya. Akhirnya ia bersumpah akan membenci Narci dan sang raja. Hanya saja, ia kembali luluh ketika Narci lah orang yang menolongnya. Yang membawanya secara diam-diam di malam hari dan mengobati semua lukanya dengan telaten. Walau sudah berkali-kali ia melukainya dengan batu karang.

Beberapa bulan setelah semua lukanya membaik, barulah Narci menjelaskan bahwa penangkapan tersebut bukanlah sebuah titah yang turun dari kerajaan. Sangat tidak mungkin juga melakukan hal tersebut ketika mereka telah hidup berdampingan dengan damai sejak lama. Terlebih mereka adalah teman baik.

Namun, tetap saja trauma masih membekas di hatinya.

Pangeran, sangat amat mengerti. Mendengar kata 'tinggal di kerajaan' mungkin telah membuat Harry trauma. Khawatir jika dirinya hanya akan disakiti dan dibunuh di atas sana. Sama seperti keluarganya yang lain.

"Baiklah. Aku tidak akan melanjutkan pembicaraan ini. Lagipula aku harus kembali ke istana secepatnya. Aku tidak ingin membuat raja menunggu terlalu lama." Pangeran berdiri. "Aku akan mencari tahu terlebih dahulu tentang bagaimana cara melakukan perkawinan itu dan kemungkinan besar besok aku akan datang lagi ke sini untuk menemuimu."

Duyung itu menatap ke arah pangeran. Mengikuti pergerakan kecilnya. "Kau sudah ingin pergi?"

"Iya, aku memiliki beberapa pekerjaan yang harus dilakukan."

"Kau akan datang lagi, bukan?"

Pangeran mengangguk. Senyum yang menawan ditunjukkan. "Tentu saja. Jika luang aku akan segera datang untuk menemuimu. Jangan khawatir."

"Aku mengerti." Duyung itu mulai berenang ke tengah-tengah. Menyentuh pinggiran air mancur. Tangannya sontak melambai tinggi. "Selamat tinggal, pangeran."

Pangeran tersenyum. "Bukan selamat tinggal, tetapi sampai berjumpa lagi." Koreksi pangeran.

"Sampai berjumpa lagi, pangeran!" Ulangnya.

"Mn. Sampai berjumpa lagi, Harry."

[ ••• ]

"Pangeran, kau sedang mencari apa?"

Pangeran menolehkan kepalanya sebagai bentuk kesopanan. "Ayahanda, apakah perpustakaan kerajaan memiliki semacam kumpulan buku tentang duyung?"

Lucius tampak berpikir sejenak. Perlahan kakinya dibawa melangkah untuk menuruni anakan tangga. Berdiri di sisi pangeran. "Maksudmu, buku tentang duyung selain 'Keindahan Laut Aghas'?"

"Ya." pangeran langsung mengiyakan. "Apakah kita memilikinya?"

"Mungkin di sini sudah tidak ada lagi." Jawab Lucius dengan jujur. "Hampir semua buku yang menyangkut tentang fakta-fakta mereka telah dilenyapkan dari dunia oleh Ibundamu. Hanya tersisa beberapa yang ditinggalkan sebagai kenangan."

"Lalu, di manakah agar aku bisa menemukan mereka?" Tanya pangeran. Ada nada mendesak di balik ucapannya.

"Beberapa pelosok yang berada di kota mungkin memiliknya. Seperti toko barang antik, ayahanda rasa."

"Toko barang antik.." gumam pangeran. Ia akan mengingatnya.

"Terima kasih banyak, ayahanda." Pangeran memberikan gestur dengan merendahkan sedikit tubuhnya. Membungkuk sopan. "Saya akan kembali dalam beberapa jam, mohon ayahanda membebaskan tugas untuk sore ini."

"Baiklah, baiklah. Temukan bukunya dan segera kembali untuk makan malam."

"Baik, ayahanda."

Setelah itu pangeran mengundurkan diri untuk bergegas pergi ke pelosok yang dimaksud. Mencari buku itu dari satu tempat ke satu tempat yang lain sampai bulan perlahan-lahan mulai menampakkan dirinya.

[ ••• ]

Niat hati ingin menemukan cara agar manusia bisa kawin dengan seekor duyung, pangeran malah menemukan fakta lain yang cukup mengejutkannya.

Duyung bisa berubah menjadi seorang manusia jika mereka berciuman dengan orang yang mereka cintai.

Bukankah itu opsi yang jauh lebih baik daripada ia harus mengawinkan seekor duyung?

Akan tetapi, jika ia melakukan hal tersebut bukankah sama saja seperti ia merelakan bangsa makhluk itu untuk hilang selamanya dari dunia ini?

Tidak. Ini pasti bukanlah keinginan dari ibundanya. Juga, bukan keinginan dari Harry sendiri.

Pangeran akhirnya mengabaikan soal fakta yang baru ia dapatkan itu. Tujuannya masih tetaplah sama. Ia ingin mengawinkan sang duyung. Memberikannya keturunan dan membentuk kembali bangsa mereka agar ibunya bisa tenang di alam sana.

Ya, seperti itu.

[ ••• ]

Keesokannya, pangeran kembali datang ke goa dimana keturunan terakhir itu berada. Kali ini tidak datang dengan tangan yang kosong. Melainkan, membawa sesuatu.

"Harryyyy!" Selagi berteriak, pangeran mendayung tangannya di atas permukaan air. Membentuk pola melingkar--memberikan tanda untuk Harry agar ia segera menyadari kedatangannya.

Tidak lama rambut cokelat kemerahan itu terlihat. Menyapa dengan ekspresi bahagia.

"Kau datang!" Sambutnya.

"Tentu saja." Jawab pangeran. Kemudian mengambil posisi duduk di tepian, sedangkan kaki menyentuh dinginnya air.

[ ••• ]

by hyakudrarry, 2024.

The Last Descendants - DRARRY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang