"Kau juga sangat menarik, pangeran." Pujian itu ia lontarkan sebagai penutup pembicaraan. Harry kibas sirip panjangnya dan berenang ke bawah. Membawa tubuh mereka menemui dasar. Kemudian berhenti di sebuah lingkaran mutiara yang sudah ia persiapkan pada saat sore tadi.
Di atas lingkaran itu, Harry mengikis jarak mereka sampai habis. Mempertemukan kulit dengan kulit dan menempelkan bagian bawah tubuhnya tanpa terkecuali.
Pangeran mulai paham. Kedua tangannya terus bergerak mengusap, menyentuh, menggerayangi bagian tubuh sang duyung. Ia bahkan menundukkan kepalanya untuk sapa leher yang dilingkari tali hijau dengan satu mutiara besar di tengahnya--mencium dan menjilatinya tanpa henti.
Gesekan yang dirasakan di bawah sana, terasa semakin intim. Hal itu membuat keduanya seakan diselimuti oleh kabut napsu. Mulai merasa menginginkan sesuatu.
Harry mendongakkan kepalanya. Memejamkan mata kala lidah pangeran berhenti pada jakunnya lalu beralih cepat ke bagian pundak. Sentuhan demi sentuhan terus memberikan sensasi yang luar biasa. Tidak sampai disitu, pangeran mulai menjelajahi sisi tubuh bagian bawah dengan tangannya. Meraba-raba ceroboh.
Jemari ia bawa pada surai hitam pangeran yang menyatu bersama air, ada dorongan dimana ia harus menjambak rambutnya dan ia benar-benar melakukannya.
Ia tahu jelas apa yang sedang pangeran coba temukan pada tubuhnya itu.
Sisik-sisik di bagian tengah perlahan terbuka, itu berkedut. Bereaksi begitu pemilik tubuh sudah tidak tahan lagi menerima rangsangan pada area sekitarnya.
Kepala Harry pun dijatuhkan begitu saja ke atas pundak pangeran. Ia menyerah. Jemari pangeran sudah tiba pada lubangnya dan sekarang ia pusing.
Bibir pangeran melengkung ke atas. Senang karena akhirnya ia bisa menyelusupkan satu jarinya dan rasakan dinding lubang sang duyung.
Tubuh Harry bergetar pelan. Lubangnya sekarang seolah tengah dipermainkan.
Setelah satu jari panjang masuk, pangeran menambahnya dengan jari yang lain. Mencoba mengisi sampai penuh. Namun seolah belum cukup, pangeran menambahkan lagi satu jarinya yang mana buat tubuhnya makin terasa lemas.
Jika kepalanya berada di permukaan atas air, pangeran ingin sekali berbicara yang tidak sopan seperti, "apakah kau menikmatinya?", "apakah jari-jariku sudah cukup membuatmu merasa nikmat?", "bagaimana dengan rasanya?" Dan "aku ingin mendengarmu mendesah seperti di awal tadi". Mungkin saja kata-kata seperti itu akan semakin membangkitkan gairah mereka berdua.
Harry menarik tubuh pangeran ke dasar dengan punggungnya yang bersentuhan dengan bebatuan rata. Sengaja mengubah posisi. Setidaknya ia berharap posisinya kali ini akan memudahkan pangeran.
Dalam posisi dirinya yang berada di atas sang duyung, pangeran bisa melihat dengan jelas wajah Harry yang merah padam dan bagaimana tatapan mata sayu itu terarah padanya.
Pangeran keluarkan tiga jarinya dari lubang Harry, lalu menggantinya dengan miliknya yang langsung dimasukkan perlahan disana. Pandangannya terus tertuju pada wajah sang duyung. Bibir tipis itu digigit dan kukunya juga ikut ditancap perlahan di punggungnya.
Kedutan pada lubang itu terus ada, bahkan ketika milik pangeran sudah setengahnya masuk.
Wajah Harry membuat ekspresi kesakitan dan tidak nyaman. Rasanya pangeran ingin sekali gapai bibir itu namun segera diurungkan.
Tidak apa-apa. Rasa sakitnya nanti akan hilang. Itulah yang pangeran ucapkan dalam hatinya.
Milik pangeran kini sepenuhnya masuk. Memberi jeda beberapa waktu. Lalu ia cium pipi dan rahang Harry untuk mengurangi sedikit rasa sakitnya sebelum inti dari kegiatan intim mereka dimulai.
Setelah lumayan lama ia bertahan dalam posisi itu, akhirnya pangeran mulai menggerakkan miliknya. Perlahan dan perlahan. Sampai ketika tepukan pada punggungnya menyuruhnya untuk bergerak cepat, ia pun menambah temponya.
Sirip itu bergerak-gerak mengikuti, begitupun dengan tangan yang kian saat mencakar setiap ada kesempatan.
Pangeran usap lembut leher Harry. Sedikit lagi ia akan sampai pada putihnya. Jadi ia percepat lagi gerakan pinggulnya dan rasakan betapa dalamnya miliknya menyentuh titik sensitif itu sampai akhirnya keluar juga cairannya di dalam sana.
Lengan Harry terkulai lemas. Matanya terpejam saat kedutan pada lubangnya itu terasa semakin nyata. Ada hangat yang mengisi di dalamnya sesaat.
Pangeran tarik miliknya keluar. Telapak tangan dibawa lagi untuk usap area sekitaran lubangnya. Setelahnya memeluk tubuh Harry dan menenggelamkan kepalanya di ceruk leher sang duyung.
Mereka berdiam dalam posisi itu untuk beberapa saat.
[ ••• ]
"Pangeran Draco, kau akhirnya pulang."
Pangeran mendongak ke atas dan melihat ayahandannya--sang raja--berdiri dengan gagah di atas tangga kerajaan seperti sebelumnya. Tersenyum ke arahnya dengan hangat.
"Ayahanda," balas pangeran menyapa. Ia menunduk dari kejauhan, baru setelahnya menaiki tangga dan menghampiri sang raja.
"Apa perjalananmu menyenangkan, pangeran?" Lucius bertanya.
"Selalu menyenangkan, ayahanda. Namun hari ini jauh lebih menyenangkan dari sebelum-sebelumnya." Pangeran sama sekali tidak berbohong dengan mengatakan bahwa hari ini menjadi hari yang paling menyenangkan baginya. Itu karena ia mendapatkan pengalaman baru di dalam hidupnya.
"Oh? Apakah Harry sudah menyetujui soal tinggal di dalam istana?" Celetuk Lucius berusaha menebak. Wajah tuanya itu terlihat tersenyum tipis. "Kebetulan sekali kolam besar di dalam kamarmu sudah selesai dibangun. Desain yang kau pinta itu terlihat sangat bagus. Sudah sempurna jika Harry tinggal disana."
"Apa sungguhan sudah selesai???" Lucius mengangguk dan pangeran tidak bisa menyembunyikan perasaan bahagianya. "Walaupun aku belum mendapatkan izin darinya, tetapi seharusnya dalam beberapa waktu lagi ia akan mau tinggal di sini. Aku sungguh tidak bisa meninggalkannya sendirian di tempat itu."
[ ••• ]
2024, hyakudrarry.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Descendants - DRARRY
Fantasyonly harry who's falling in love here. tags: dmhp. m-preg. merman. (on going) --- by hyakudrarry 2024.