8

146 19 4
                                    

Mengerjap dengan mata yang berat dan pedih. Yeji bangun dari tidurnya. Namun aneh, bantalnya tidak lagi empuk. Serta, sapuan kapas basah dan dingin dikulit wajahnya terasa lembut. Yeji bangkit dan terkejut.

"Masih jam 3 pagi. Tidur lagi sini." Hyunjin menepuk pahanya. "Aku bantu bersihkan makeup-mu. Kasihan kulitmu tidak bisa bernapas."

Yeji memejam sebentar lalu mendengus. "Aku mabuk ya? Apa yang terjadi?"

"A-ah. Syukurlah kalo gak ingat. Aku bisa kena tabok dua kali." Hyunjin meraih botol pembersih make up. Menuang ke kapas facial, mengusap permukaan basah itu ke wajah Yeji saat dia berbaring di pangkuannya.

"Makasih ya sudah mengurusku sampai begini. " Yeji merasa tidak enak hati karena merepoti.

Hyunjin tidak masalah. "Ini sudah selesai. Bangun dulu, aku mau pindah."

Yeji mengangkat kepalanya. Duduk bersila melihat Hyunjin beres-beres. "Mau kemana?"

"Aku menghargai privasimu. Aku bisa tidur di kamar sebelah. Besok jam 8 aku berangkat kerja. Kalau kamu bangun setelah aku berangkat, sarapannya pesan saja dari luar. Nomor restoran-nya sudah aku catat dan taruh diatas nakas."

Tampan dan cool Hyunjin berdiri dengan tangan dikedua saku. Pria itu benar-benar paham apa yang dimaksud 'manner' dan pandai memberikan act of service. Yeji mengerjap lalu memegangi kepalanya.

"Aa-aduh!....aku jadi pusing kena virus-virus cinta. Anu, eh? maksudku, aku lagi ngelantur kok. Ugh! Sial. Kayaknya aku masih mabuk." Yeji meringkuk. Menarik selimut. Malu campur takut-takut.

Walau canggungnya terasa sampai ketulang. Menurut Hyunjin itu justru imut-imut. Dia segera pergi dari kamar. Hatinya daritadi juga meremang dengan senang, setelah menutup pintu kamar yang ditempati Yeji,  diam-diam Hyunjin cekikikan dibalik pintu. "Bangsat. Aku memang beruntung. Idolaku, suka aku balik. Hahaha-"

(Jangankan idolamu, gadis biasa juga pasti langsung minta dilamar kalau diperhatikan begitu-huh)

***

Pukul 10.00 pagi tepat.

Yeji turun, semalaman menginap di rumah megah Hwang Hyunjin membuatnya merasa canggung. Yeji mengenakan kemeja putih polos yang dipinjam dari lemari, kedodoran. Rambutnya messy-bun, ditusuk sikat gigi.

"Hah-Belum berangkat?" Yeji melongo cantik.

"Belum. Aku cuti."

Yeji menghampiri. "Mendadak sekali? Hyunjin-sii, ada masalah apa?"

Kepulan asap membumbung, aroma pasta sedap menguar lalu piring-piring sudah ditata. "Memasak buat kamu. Kalau dipikir-pikir, makan diluar itu tidak sehat."

"Lhoh? Hyunjin-sii cuti cuma gara-gara mau memasakkan aku sarapan? Ya ampun." Yeji berlari kecil. Meraup apron dan segera bergabung di dapur. "Biar aku bantu."

"Duduk saja. Jangan buat cutiku sia-sia."

Bagaimana tidak melayang rasanya. Diperlakukan bak putri raja, diperhatikan, diurus, diberi segalanya. Yeji kemudian duduk manis di meja makan. Menangkupkan tangan, melihat punggung lebar Hyunjin yang sibuk mengoreng pasta carbonara. Ya Tuhan, kalau boleh maruk, Yeji mau pria seperti itu untuk dijadikan suami.

"Melihat kita berdua saja disini. Bukankah seperti simulasi suami istri?" Hyunjin menoleh dan terkekeh.

"Baru saja dibatin." Yeji ikutan terkekeh. Kemistri dan ikatan batinnya bak energi panas ke konduktor, penghantar yang pas.

"Aku harap kamu suka pasta." Hidangan itu disajikan. Aroma cream lembut dan oregano menggugah selera Yeji.

"Enak banget." Perempuan itu nyaris nangis pelangi.

"Habiskan saja. Aku alergi olahan susu. Nanti aku bisa masak sendiri menu yang lain." Hyunjin mengelap tangannya yang bau bumbu.

Yeji menunduk. "Aku akan nurut deh."

Hyunjin mengernyit. Berjalan mendekat dan bertanya, "Kenapa tiba-tiba bilang begitu?"

"Karena Hyunjin-sii baik sekali. Aku jadi berhutang budi banyak, aku ingin menebusnya. Jika ingin meminta bantuan atau apapun padaku, jangan sungkan ya." Yeji tersenyum sampai matanya menyipit menggemaskan.

Hyunjin mengulum senyumnya lagi. Takut nyengir lebar seperti kuda dan menjebloskan image cool-nya ke neraka. "Oke. Kalau gitu, karena sekarang kamu banjir tawaran drama baru. Tolak yang ada adegan skinshipnya. Ambil yang genre persahabatan saja. Aku tidak suka kau dipegang-pegang."

Pipi Yeji panas memerah. "Baik."

"Kalau aku senggang, aku juga akan menjemputmu di lokasi syuting."

"E-eh tapi, lokasinya tidak menentu."

"Mau ke planet Mars sekalipun, aku carikan jet."

"Y-yaampun lebay banget." Tapi jujur saja—Yeji suka diperhatikan dan diurus seperti ini.











ARTIST:part 1 [Yeji-Hyunjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang