Malamnya. Yeji dibawa kesebuah rooftop restoran mewah di downtown, Seoul. Makan malam sedap dengan hamparan kemerlip lampu, gedung yang menancap langit dan sebongkah roasted beef. Hyunjin pikir hal romantis semacam ini bisa meningkatkan mood sang artis.
Hyunjin menaruh daging yang sudah dipotong ke piring Yeji. "Hati-hati masih panas. Kalau mau tambah, bilang saja." Tangannya terangkat keatas lalu memanggil pelayan. "Tolong 1 handuk hangat...."
"Yeji. Setelah makan nanti, taruh tanganmu diatas situ agar tidak pegal memegang garpu."
"Ya ampun." Yeji menutup mulutnya merasa lucu. " Hyunjin-sii, aku tidak akan pegal cuma karena pegang garpu."
"Ya siapa tau."
"Eum. Apa boleh tanya sesuatu?" Yeji mengerjap.
"Hn."
"Kita beneran pacaran ya?" Yeji melengos 45 derajat. Tidak mampu menatap mata Hyunjin karena gugup. "Anu, soalnya aku gak mau salah paham."
"Iya." Hyunjin santai, menyuap daging dan mengunyahnya tanpa beban.
"Serius?"
"Aku suka padamu." Bagus, Hyunjin malah kebablasan. Dia confess.
Yeji menelan ludahnya susah payah. "Apa jangan-jangan, Hyunjin-sii salah satu dari fansku?"
"Ugrugkhk!" Hyunjin tersedak dan terbatuk. Dia berdalih. "Pokoknya suka ya suka. Jangan membahas hal yang lainnya."
"Bikin salting banget." Yeji mengusap kedua pipinya. Lalu meraup gelas wine 1998 dan menenggaknya dengan ceroboh.
Bahkan sudah bisa ditebak bagaimana malam ini akan berakhir, yaitu Yeji mabuk berat dengan cara klise. Hyunjin mendengus detik itu juga. Memasang jas-nya ke kepala Yeji dan menutup wajah cantik itu sebelum menggendongnya menuju mobil.
Blam! Pintu mobil ditutup. Tubuh lunglai si artis dihempas begitu saja di kursi penumpang. Hyunjin menyuruh supirnya pulang karena hal licik sempat terlintas diotaknya untuk segera memperkos- woi woi, Hyunjin bukan pria seperti itu makanya dia cepat sadar.
"Chagiya!"
(Panggilan sayang dalam bahasa korea)Hyunjin berjengit. "Cha-apa?!"
Yeji bangkit bak zombie. "Ganteng banget, supir baru ya?"
"Sial. Disangka supir." Hyunjin membenahi posisi Yeji, menurunkan roknya yang tersingkap. Mungkin Hyunjin juga sedang diuji. Melihat sendiri kancing baju Yeji yang hilang dua buah. Menonjol-lah dua gunung kembar yang membuat jantung gonjang-ganjing.
"Sshh! Aku mau tidur astaga! Sebelum bintang kejoranya dibawa ironman ke mc donald itu aku harus bisa melawan penjajahan dimuka bu-"
Hyunjin mengernyit. "Ngomong apa sih. Ngelantur. Tapi itu lucu banget." Gumamnya gemas. Mencari sesuatu di dasbor mobil (jepitan kertas), lalu pergi lagi ke kursi penumpang. Disana Hyunjin takut salah pegang, beberapa kali kagok dengan gerakan canggung saat mau membenahi kancing baju Yeji.
"Diam sebentar. Aku gak bisa memasangkan jepitan di dadamu kalau kau gerak terus. Iya tunggu dulu, diam dulu begitu. Eh, Yeji-ya tunggu." Fuila berhasil. Berhasil apa. Harusnya, kerah dan keliman baju yang Hyunjin pegang tapi malah meleset dan gunung kembar Yeji jadi teremas tidak sengaja. Konyol.
"Bangsat! Aku menodai perempuan." Hyunjin syok sendiri. Sementara Yeji malah memiringkan kepalanya kikuk.
"Hyunjin-sii."
"Y-ya?"
PLAK!
"Hua—Maaf, tanganku jadi refleks sendiri."Hyunjin memegangi pipinya yang panas sehabis ditampar. "Gapapa. Salahku juga."
Hahaha 👆😙👆
KAMU SEDANG MEMBACA
ARTIST:part 1 [Yeji-Hyunjin]
Fiksi PenggemarBagi artis yang kurang beruntung. Dijual tubuhnya oleh agency adalah jalan pintas agar karir terus bertahan. Bisnis sampingan yang terselebung tersebut menempatkan Yeji pada posisi sulit. Gadis itu dijebak, bahkan Hwang Hyunjin telah membelinya me...