10 (part 1: end)

105 14 2
                                    

"Ayah."

Hyunjin berlutut. Tangannya bertaut di belakang punggung. Menunduk menatap lantai saat sebuah bongkah kayu mengacung tepat di samping kepala. 

"Putuskan dia sebelum fakta meluap ke permukaan." Hwang Jinyoung adalah ayah sekaligus ketua perkumpulan beberapa partai (koalisi). Menyuruh bawahannya untuk menghajar putranya sendiri depan matanya.

Hyunjin terkekeh. "Ayah, ini bukan drama korea."

Buakh! 

Hantaman kayu dikepala membuat Hyunjin limbung ke kiri, terhempas, tertelungkup merasa pusing. Lamat-lamat matanya masih melihat dua orang berjas hitam, dengan kasar menarik masing-masing lengannya agar bangkit. 

"Kau pikir dengan membuat perjanjian dengan tikus tanah itu kau bakal aman?" Jinyoung pria berbadan kekar bak thanos, itu kemudian meraup rambut gondrong sang anak agar mendongak. "Hyunjin-ah. Min Junjae datang sendiri pada Ayah. Mengancam Ayah dengan kata-kata murahan. Mulutnya bisa bocor sewaktu-waktu."

Hyunjin terbelalak marah. Kepalan tangannya kian merapat. "Bajingan Min Junjae."

"Ketimbang karir jalang itu, karirmu jauh lebih penting. Bagi wanita sepertinya, mencari pria lain itu pasti gampang, dia kan parasit. Tapi jika kau yang hancur, Ayah tidak akan segan untuk membunuhmu. Menggembleng  Yuna untuk menggantikanmu apapun yang terjadi. Jika Yuna terlalu lemah. Maka Ayah akan cari anak-anak haram Ayah yang lain."

"Jangan bicara sembarangan." Hyunjin menghempas cengkraman dua bawahan Ayahnya. Berjalan gontai dengan mata elang. "Kau. Memang Iblis."

Buakh! 

"Katakan sekali lagi kalau kau mau masuk neraka karena durhaka."

"Durhaka? pantat kuda. Seharusnya kau yang durhaka karena menyiksa anak sendiri."

"Ayah tidak peduli. Pikirkan baik-baik."

"Bangsat. Cuih!"

Hyunjin meludah kearah lantai, bangkit tertatih lalu melenggang keluar.

"Pak. Apa kita perlu membawa tuan muda kembali?" 

Hwang jinyoung mengelap tangannya yang terciprat darah sang anak. "Tidak perlu. Aku hapal dimana anak itu akan pergi."

***

Dalam kondisi kacau, dalam kondisi marah yang meluap. Hyunjin memaju mobil Van Yeji dan menjemput perempuan itu di bandara. Sesekali meraup tisu, mengelap darah yang mengalir dari dahi sampai dagu.

Kepalanya pusing, berkunang-kunang, tangannya juga gemetaran. Hyunjin kemudian memarkirkan Van di tempat drop jemputan cukup lama.

"Hyunjin-sii?" Yeji masuk. Memekik terkejut saat pria itu menoleh. "Ada apa dengan muka-oh astaga? Apa ada kecelakaan?"

"Yeji."

"Tunggu Hyunjin-sii, aku tidak punya kotak obat. Apa kita ke apotik dulu? Ah tidak, ke rumahsakit saja. Biar aku yang menyetir."

"Hwang Yeji. Lebih baik kita putus."

—Hyunjin kemudian menoleh berubah dingin.














End of part 1

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARTIST:part 1 [Yeji-Hyunjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang